The Mirror Never Lies: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
k Muhammad Ali Mahapangeran memindahkan halaman Laut Bercermin ke The Mirror Never Lies dengan menimpa pengalihan lama: Judul yang tepat
 
(19 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Film
|movie_name = The Mirror Never Lies (Laut BercerminBecermin)
|image = The Mirror Never Lies.jpg
|image_size = 230px
|caption = Poster film
|director = [[Kamila Andini|Camilla Andini]]
|producer = [[WWF-Indonesia]]<br />[[Kabupaten Wakatobi|Pemda Kabupaten Wakatobi]]<br />[[Asaf Antariksa]]<br />[[Anastasia Rina]]<br />[[Wiwid Setya]]<br />[[Gita Fara]]<br />[[Garin Nugroho]]<br />[[Nadine Chandrawinata]]
|eproducer =
|aproducer =
|writer screenplay = CamillaKamila Andini<br />[[Dirmawan Hatta]]
|story = [[Kamila Andini]]
|starring = [[Gita Novalista]]<br />[[Reza Rahadian]]<br />[[Atiqah Hasiholan]]
|music =
Baris 14 ⟶ 15:
|editing =
|distributor = [[Set Film]]<br />[[WWF Indonesia]]
|released = [[26 April 2011]]
|runtime = 100 menit
|country = [[Indonesia]]
Baris 27 ⟶ 28:
|imdb_id =
}}
'''''Laut Bercermin''''' (judul internasional: '''''The Mirror Never Lies (Laut Bercermin)''''', lit. "Cermin Tak Pernah Bohong") adalah [[film drama]] [[Indonesia]] yang dirilis pada [[2011]] dengan disutradarai oleh [[Kamila Andini]] yang dibintangi oleh [[Gita Novalista]], [[Reza Rahadian]] dan [[Atiqah Hasiholan]]. ''The Mirror Never Lies'' dirilis untuk reaksi kritikan yang bagus. Kritikus banyak yang memuji aspek produksi film, tata setting, serta akting dramatis dari aktris utama Gita Novalista.
 
''The Mirror Never Lies'' mendapatkan tujuh nominasi dalam [[Festival Film Indonesia 2011]], termasuk [[Penghargaan FFI untuk Film Bioskop Terbaik|Film Terbaik]], [[Penghargaan FFI untuk Penyutradaraan Terbaik|Sutradara Terbaik]] untuk [[Kamila Andini|Camilla Andini]], dan [[Penghargaan FFI untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik|Aktris Terbaik]] untuk [[Gita Novalista]]. Film ini juga mendapatkan tiga belas nominasi dalam [[Festival Film Bandung|Festival Film Bandung 2012]], memenangkan empat, termasuk penghargaan tertinggi [[Festival Film Bandung|Film Terpuji]] dan [[Festival Film Bandung|Sutradara Terpuji]] untuk Camilla Andini.<ref>{{factCite news|last=Gibbons|first=Zeynita|date=2014-05-18|editor-last=Ratomo|editor-first=Unggul Tri|title=Film karya Kamila tarik perhatian di Cannes|url=https://www.antaranews.com/berita/434791/film-karya-kamila-tarik-perhatian-di-cannes|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]|access-date=2021-05-19}}</ref>
 
== Sinopsis ==
Ketika Pakis ([[Gita Novalista]]), gadis berusia 12 tahun dari suku Bajo di [[Wakatobi|kabupaten Wakatobi]], bangun tidur sebelum matahari terbit, ia langsung mengambil sampan dan berangkat ke tempat Sandoro, peramal di daerahnya, bersama sahabatnya Lumo ([[Eko]]). Sandoro melakukan ritual dengan menggunakan cermin, dimana masyarakat sekitar percaya bahwa dengan cermin bisa melihat apa yang dinanti. Namun ritual itu gagal, Pakis tidak bisa menemukan bayangan orang yang paling ia nanti, ayahnya.
Kekayaan kehidupan laut di Wakatobi dan kebijakan local suku Bajo direkam dan divisualisasikan lewat film drama tentang seorang gadis kecil bernama, Pakis (12) berusaha menemukan sang ayah yang hilang ketika berada di lautan. Pakis melakukan ritual suku Bajo di mana mereka percaya dengan menggunakan cermin, Pakis berharap dan terus menanti melihat bayangan ayahnya. Namun, apa yang diharapkannya tak kunjung terlihat. Harapan Pakis tersebut sering dihancurkan oleh ibunya, Tayung yang mencoba menutupi kejadian yang sebenarnya. Penyangkalan yang dilakukan Tayung membuat ia memakai bedak putih di wajahnya, sebuah tradisi di suku Bajo. Meskipun coba untuk dihancurkan oleh ibunya, namun harapan Pakis tetap besar. Bersama sahabat karibnya, Lumo, Pakis terus mencari jawaban di Laut Wakatobi. Persoalan dan konflik Pakis dengan ibunya semakin pelik ketika Tudo, seorang peneliti lumba-lumba muncul kedalam hidup mereka. Ke empat karakter ini kemudian saling berinteraksi di kehidupan sehari-hari dan mereka juga punya penafsiran masing-masing terhadap laut. Namun, mereka sepakat bahwa lautlah yang membantu mereka menemukan jati diri mereka.<ref>[http://www.21cineplex.com/the-mirror-never-lies-lies,movie,2533.htm, Laman The Mirror Never Lies], diakses pada 26 April 2011</ref>
 
Tidak jelasnya keberadaan suaminya saat melaut membuat Tayung ([[Atiqah Hasiholan]]), ibu Pakis, menggantikan peran suaminya dalam mencari nafkah. Di pasar, Tayung yang hanya mampu berjualan teripang tidak mendapat untung sebanyak tetangganya yang berjualan ikan. Pakis yang sering menunggu kepulangan ayahnya sampai tidak tidur pun ditegur oleh gurunya di sekolah, yang membuat Tayung kecewa. Tambah lagi, Pakis selalu lebih suka bermain dengan cermin peninggalan ayahnya, yang bahkan tidak ia bolehkan ibunya untuk menggunakan. Meskipun semua orang, termasuk ibunya dan Lumo, menasihati Pakis untuk merelakan ayahnya, Pakis tetap menanti kepulangannya. Kunjungan-kunjungan berikutnya ke Sandoro pun tidak kunjung menimbulkan bayangan yang ia cari.
 
Ketika seorang peneliti lumba-lumba dari Jakarta datang bernama Tudo ([[Reza Rahadian]]), kepala kampung meminta Tayung untuk menjadi penyambut tamu tersebut, dan, meskipun diprotes oleh Pakis, akhirnya menyewakan kamar suaminya untuk Tudo. Kehadiran Tudo membawa warna tersendiri untuk kampung tersebut: Tayung berusaha untuk tetap dingin meskipun ia sering memandangi Tudo, sementara Pakis dan Lumo menyukai Tudo yang tahu cara berbaur dengan orang-orang. Tudo pun mengajar sementara di sekolah Pakis, terutama tentang biologi lautan. Meski sempat merasa ingin menarik perhatian pria itu, Pakis pun bersikap lebih santai dengan pria ibu kota itu.
 
Suasana ekonomi semakin sulit saat Tayung beralih menjual rumput laut, yang meski tidak mendatangkan untung sebanyak teripang, tetapi lebih mudah disiapkan dan ditumbuhkan. Pakis pun sering tertangkap basah mencuri ikan tangkapan nelayan, meskipun niatnya baik karena ayahnya pernah berkata ikan kecil harus dilepaskan agar mereka bisa tumbuh dulu. Ketika lumba-lumba yang diteliti Tudo tak kunjung terlihat, ia pun mulai tertarik pada Tayung, meski mereka memutuskan untuk tidak melakukan hubungan lebih jauh.
 
Suatu pagi Pakis pun dikejutkan dengan hilangnya cermin kesayangannya. Ketika ia menemukan ibunya telah menyembunyikan cermin itu, Tayung pun marah dan mengingatkan Pakis akan kejamnya lautan luas itu dan apapun bisa terjadi pada ayahnya, sebelum membanting cermin itu hingga pecah. Pakis yang tidak bisa berbicara hanya bisa memungut pecahan kaca dan membawanya pada Lumo untuk disatukan, tetapi pecahnya cermin itu menyebabkan tidak bisanya lagi Sandoro membantunya melakukan ritual cermin.
 
Akhirnya sang ayah pulang, tetapi yang pulang bukan ayah Pakis, tapi ayah Lumo, yang ditemukan telah meninggal di lautan. Pada perahunya yang rusak, ditemukan potongan papan perahu ayah Pakis, yang ada ukiran namanya. Pakis, yang hanya bisa berbagi sedih tanpa kata dengan Lumo, akhirnya merelakan ayahnya kepada lautan. Pakis tidak pernah lagi mengunjungi Sandoro, ia mulai membantu ibunya bekerja dan ia tidak pernah lagi tertidur di kelas. Dan, di dasar lautan, cermin peninggalan ayahnya terlihat berkilauan, bersandar pada terumbu karang Wakatobi.
 
== Referensi ==
Baris 38 ⟶ 49:
 
== Pranala luar ==
* [http://www.21cineplex.com/the-mirror-never-lies-lies,movie,2533.htm Ulasan di Cineplex] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110427083025/http://www.21cineplex.com/the-mirror-never-lies-lies,movie,2533.htm |date=2011-04-27 }}
{{Film-indo-stub}}
 
[[Kategori:Film berbahasa Indonesia]]
[[Kategori:Film drama Indonesia]]
[[Kategori:Film Indonesia]]
[[Kategori:Film Indonesia tahun 2011]]