Tinoor: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Ejaan
 
(5 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Orphan|date=Januari 2023}}
 
{{rapikan}}
'''Tinoor''' adalah nama sebuah kampung di [[Minahasa]], wilayah administrasiAdministrasi kotaKota Tomohon. Saat ini, desaDesa Tinoor telah terbagi menjadi dua;, yaitu [[Tinoor Satu, Tomohon Utara, Tomohon|Tinoor Satu]] dan [[Tinoor Dua, Tomohon Utara, Tomohon|Tinoor Dua]]. Jaraknya kurang lebih 17 km dari ibukotaIbu Kota Provinsi [[Sulawesi Utara]], [[Kota Manado|Manado.]]. Dari desaDesa iniTinoor bisa dilihat kotaKota Manado lengkap dengan pulau-pulau disekitarnyadi sekitarnya termasuk Pulau Bunaken.
 
== Sejarah ==
Tinoor diambil dari kata TUMO'OR yang artinya berdiri. Sejarah berdirinya Desa Tinoor menurut cerita dari orang-orang tua terdahulu berawal dari adanya aktivitas orang-orang Minahasa yang bermukim di dataran tinggi Minahasa yang kemudian turun ke daerah pantai untuk membuat garam. Garam nantinya akan dijual atau dipakai sebagai alat tukar-menukar pada saat itu. Pada zaman tersebut, daerah pesisir pantai didiami oleh suku Bantik yang sering berperang dengan suku Minahasa. Alasan itu membuat orang-orang yang dikirim untuk membuat garam di daerah pesisir pantai haruslah [[orang]] yang memiliki pengetahuan atau keahlian lebih dari orang biasa. Dalam hal ini, keahlian magis masih sangat kental pada budaya masyarakat Minahasa. Dikisahkan saat itu ada suatu kerajaan kecil yang berada di daerah yang berbatasan langsung dengan wilayah kediaman dari suku Bantik. Sekarang daerah tersebut dikenal dengan Desa Lota. Kerajaan kecil itu terdesak akibat serangan dari suku Bantik yang berusaha melewati batas wilayah mereka untuk diambil alih
 
[[Kategori:Desa di Kota Tomohon]]
Di suatu lembah dataran tinggi yang di apit oleh tiga gunung yaitu gunung Lokon, Tatawiran dan Kasehe. Konon di sana berdiam satu keluarga yang menjadi legenda orang Minahasa yaitu keluarga Toar - Lumimuut. Di lembah inilah Toar dan Lumimuut membangun keluarga dan mendapat keturunan lima orang anak, dua orang laki - laki masing - masing di beri nama : MUNTU UNTU dan SOPUTAN, serta tiga orang perempuan masing - masing di beri nama : RUMINTUUNAN, PARIWUAN dan LILIUNKANBENE (LINKANBENE).
Setelah anak - anak dari TOAR - LUMIMUUT menjadi dewasa maka mereka pun membentuk keluarga di mana MUNTU UNTU mengambil RUMINTUUNAN sebagai istrinya dan SOPUTAN mengambil PARIWUAN sebagai istrinya pula. Maka tinggalah LINKANBENE sendiri bersama orang tuanya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari - hari, keluarga TOAR - LUMIMUUT sudah mengetahui perlunya garam sehingga secara rutin mereka ke pantai laut untuk mengambil garam yang disebut "mangasin". Namun, setelah MUNTU UNTU dan SOPUTAN membentuk keluarga maka LINKANBENE-lah yang di panggil oleh TOAR untuk menjadi teman mengambil garam.
Pada suatu waktu, TOAR dan LINKANBENE pergi mangambil garam. Dalam perjalan ke pantai bagian utara disebuah lembah lerang gunung Empung, mereka menjumpai sebuah telaga kecil yang setelah di amati ternyata telaga kecil itu merupakan sumber mata air. Telaga kecil itu berukuran ±10 m dengan kedalaman ± 1m. Airnya sangat sejuk dan bersih di lindungi pepohonan yang rindang. Oleh sebab itulah LINKANBENE memberi nama telaga kecil itu dengan "TAMBULE'NAS" yang artinya Telaga Bersih. Selanjutnya, setiap kali pulang mangasin, mereka beristirahat dan mandi di telaga kecil itu yang di kenal dengan mata air Tambulenas. Kemudian hari mata air hulu Tambule'nas inilah yang menjadi pokok ceritera adanya kampung TINOOR.