Emha Ainun Nadjib: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib) |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Edit Check (references) activated Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(10 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 5:
| birth_name = Muhammad Ainun Nadjib
| birth_date = {{tanggal lahir dan umur|1953|05|27}}
| birth_place = [[Kabupaten Jombang|Jombang
| death_date = <!-- {{Death date and age|YYYY|MM|DD|YYYY|MM|DD}} (tanggal meninggal diikuti tanggal lahir) -->
| death_place =
Baris 18:
}}
'''Muhammad Ainun Nadjib''' atau biasa dikenal '''Emha Ainun Nadjib''' atau '''Cak Nun''' atau '''Mbah Nun''' <ref name=":41">{{Cite web|url=https://www.caknun.com/foto/mozaik/riwayat-panggilan-mbah-nun/|title=Riwayat Panggilan 'Mbah Nun'|last=|first=|date=|website=CakNun.com|access-date=3 Desember 2019}}</ref> (
Ragam dan cakupan tema pemikiran, ilmu, dan kegiatan Cak Nun sangat luas, seperti dalam bidang sastra, teater, tafsir, tasawwuf, musik, filsafat, pendidikan, kesehatan, Islam, dan lain-lain.<ref>{{Cite web|url=https://www.caknun.com/2019/kata-mereka-tentang-cak-nun-kiaikanjeng-dan-maiyah/|title=Kata Mereka Tentang Cak Nun, KiaiKanjeng, dan Maiyah|last=|first=|date=18 Oktober 2019|website=CakNun.com|access-date=3 Desember 2019}}</ref> Selain [[penulis]], ia juga dikenal sebagai [[seniman]], [[budayawan]], [[ulama]], [[penyair]], [[cendekiawan]], [[ilmuwan]], [[sastrawan]], [[filsuf]], aktivis-pekerja sosial, pemikir, dan [[kyai]]. Banyak orang mengatakan Cak Nun adalah manusia multi-dimensi.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=W55dUqZ9jDkC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false|title=Jalan Sunyi Emha|last=Rahardjo|first=Toto|publisher=Kompas|year=2006|isbn=979-709-255-0|location=Jakarta|pages=xviii|chapter=Teman Siapa Saja|quote=Seorang host suatu talk show di sebuah stasiun televisi swasta, Jaya Suprana, bertanya kepada orang ini, "Orang selalu mengatakan bahwa Anda adalah manusia multi-dimensional. Sekurang-kurangnya kegiatan Anda di masyarakat memang sangat beragam. Apa pendapat Anda sendiri?"|url-status=live}}</ref>
Menjelang [[Kejatuhan Soeharto|kejatuhan pemerintahan Soeharto]], Cak Nun merupakan salah satu tokoh yang diundang ke [[Istana Merdeka]] untuk dimintakan nasihatnya, yang kemudian celetukannya diadopsi oleh Soeharto berbunyi "''Ora dadi presiden ora pathèken''” (arti dalam bahasa Indonesia adalah "tidak jadi presiden tidak apa-apa").<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=W55dUqZ9jDkC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false|title=Jalan Sunyi Emha|last=Oetama|first=Jakob|publisher=Kompas|year=2006|isbn=979-709-255-0|location=Jakarta|pages=xvii|chapter=Pengantar Jakob Oetama|quote=Kehadiran buku ini tentu ditunggu khalayak pembaca, tidak hanya oleh para pengagum, tetapi juga pengritik sosok yang menyeletukkan kalimat 'ora dadi presiden ora pathèken', saat bersama sejumlah tokoh diundang Soeharto sebelum lengser.|url-status=live}}</ref>
Baris 91:
=== Mandar ===
Di Yogyakarta, seorang asli [[Mandar]] [[Sulawesi Barat]], alumni [[Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa "APMD"|APMD Yogyakarta]] yang kemudian menjadi Pegawai Negeri Sipil yang suka sastra, bersahabat dengan Cak Nun. Namanya Alisjahbana.<ref>{{Cite web|url=https://www.caknun.com/2017/pak-nevi-asisten-pengobatan-cak-nun/|title=Pak Nevi Asisten Pengobatan Cak Nun|last=Mustofa|first=Helmi|date=1 April 2017|website=CakNun.com|access-date=12 Desember 2019}}</ref> Di [[Tinambung, Tinambung, Polewali Mandar|Tinambung]] kampungnya, sekitar tahun 1983, Alisjahbana menghimpun puluhan anak muda yang setiap malam mangkal dan bernyanyi-nyanyi di pinggir jalan, liar dan suka mabuk-mabukan. Mereka yang tidak mampu sekolah dan kuliah itu dihimpun dalam sebuah komunitas yang diarahkan sebagai wahana pembinaan pengembangan seni budaya. Nama komunitas itu '''Teater Flamboyant'''.<ref name=":10">{{Cite web|url=https://www.caknun.com/2018/orang-mandar-yang-lahir-di-jombang-jejak-mbah-nun-di-tanah-mandar/|title=Orang Mandar yang Lahir di Jombang: Jejak Mbah Nun di Tanah Mandar|last=Ismail|first=Hamzah|date=8 April 2018|website=CakNun.com|access-date=12 Desember 2019}}</ref>
[[Berkas:Emha Ainun Nadjib dan Nevi Budianto di Tinambung.jpg|jmpl|kiri|Emha Ainun Nadjib dan Nevi Budianto bersama Teater Flamboyant di Tinambung, April 1989.]] Alisjahbana membina mereka agar bisa terarah dan mempunyai prospek dalam hidupnya ke depan. Secara pelan dan bertahap, anak-anak muda liar dan suka mabuk-mabukan itu bisa terkendali. Salah satu cara ia membangun mimpi mereka, adalah dengan mengenalkan beberapa orang pintarnya Indonesia ke mereka. Salah satunya Cak Nun. Setiap tulisan Cak Nun yang terbit di majalah terkemuka nasional, difotokopi sebanyak mungkin, dibagikan, dan malamnya didiskusikan sampai larut. Perlahan tumbuh rasa cinta anak-anak muda itu ke Cak Nun. Tidak satupun tulisannya yang ada di sejumlah media dilewatkan.<ref name=":10" />
Baris 269:
Luasnya sambutan masyarakat ketika itu dengan diadakannya Padhangmbulan, bagi Cak Nun sekeluarga, yang juga penting adalah pengaruh pengajian itu kepada sang ibunda, Chalimah (wafat 2012). Meski sudah lanjut usia ketika itu, ibu Chalimah sangat bersemangat untuk mempersiapkan acara sebulan sekali itu. Cak Nun mengatakan bahwa ibunya akan sangat sehat kalau bisa ''ngerumat'' banyak orang karena merasa senang. Karena kalau tidak ada kegiatan, mungkin bisa sakit-sakitan.<ref name=":38" />
Sejak awal, upaya tafsir dilakukan di Padhangmbulan melalui duet Cak Nun dan kakak pertamanya, Cak Fuad (Ahmad Fuad Effendi). Cak Fuad menyampaikan tafsir tekstual, sementara Cak Nun menyampaikan tafsir kontekstualnya. '''Tafsir tekstual''' dilakukan seperti lazimnya yang dilakukan para kyai. Beberapa ayat Al-Qur`an dibacakan Cak Fuad, lalu diterangkan arti atau terjemahnya. Cak Fuad juga sering menguraikan makna kata-kata kunci di dalam ayat-ayat tersebut. Kemudian disampaikan tafsirnya dengan merujuk pada beberapa kitab tafsir Al-Qur`an. Cak Fuad juga mencoba menyampaikan pemahamannya sendiri menyangkut ayat-ayat yang tengah dikaji tersebut. Sementara, '''tafsir kontekstual''' disampaikan Cak Nun yang berupaya memahami kejadian di masyarakat, baik itu peristiwa politik, sosial, budaya, dan
Tanggal 13 Oktober 2019, keluarga besar Cak Nun dan Masyarakat Maiyah mensyukuri perjalanan masih diselenggarakannya Padhangmbulan selama 26 tahun.<ref>{{Cite web|url=https://www.caknun.com/2019/belajar-menjadi-manusia-sorogan-dari-gamelan-kiaikanjeng/|title=Belajar Menjadi Manusia Sorogan dari Gamelan KiaiKanjeng|last=Agustian|first=Fahmi|date=14 Oktober 2019|website=CakNun.com|access-date=15 Desember 2019}}</ref>
Baris 313:
*''Waro` Kaprawiran,'' Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo.
*''Damar Kedhaton,'' Gresik.
*''
*''Jamparing Asih,'' Bandung.
*''Relegi,'' Malang.
Baris 512:
#''Pusaka 1'' (2020)
#''Pusaka 2'' (2020)
#''Wakafa'' (2023)
== Penghargaan ==
Baris 538 ⟶ 539:
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Penulis Indonesia]]
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]
[[Kategori:Budayawan Indonesia]]
[[Kategori:Penyair Indonesia]]
[[Kategori:Penyanyi berbahasa Jawa]]
[[Kategori:Esais Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh
▲[[Kategori:Tokoh dari Jombang]]
[[Kategori:Alumni Pondok Modern Gontor]]
[[Kategori:Tokoh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia]]
▲[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh IPM]]
|