Lokalisasi Kramat Tunggak: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
SabitAprido (bicara | kontrib) Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Lokalisasi Kramat Tunggak''' adalah sebuah lokalisasi untuk pelacuran yang pernah ada di daerah Kramat Jaya, [[Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara|Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]], [[Indonesia]]. Namun kini telah ditutup dan diganti dengan [[Masjid Islamic Center Jakarta|Jakarta Islamic Centre]]. Pada masanya, lokalisasi ini diakui sebagai yang terbesar se-Asia Tenggara.<ref name="okezone">
== Sejarah ==
Sejarah Lokalisasi Kramat Tunggak dimulai dengan peresmian Lokasi Rehabilitasi Sosial (Lokres) Kramat Tunggak oleh [[Ali Sadikin]]. Nama Kramat Tunggak berasal dari nama tempatnya, Kramat Jaya, sementara Tunggak berarti pohon yang dipotong untuk dijadikan tambatan nelayan. Panti ini dibangun untuk menyadarkan dan membina para penjaja seks di Jakarta, yang kebanyakan digiring dari [[Pasar Senen]], Kramat, dan [[Pejompongan]].<ref name="okezone"/>
Lokasi Rehabilitasi Sosial Kramat Tunggak ini terletak di
Namun kenyataannya mucikari justru memanfaatkan berkumpulnya para pekerja seks untuk membujuk mereka kembali kepada profesi semula dan berdirilah berbagai rumah remang-remang di seberang panti. Dan tempat tersebut akhirnya terkenal menjadi tempat pelacuran. Akhirnya tempat tersebut ditetapkan sebagai lokalisasi melalui SK Gubernur DKI Jakarta No. Ca.7/I/13/1970 tanggal 27 April 1970, tentang Pelaksanaan Usaha Lokalisasi/Relokasi Wanita Tuna Susila serta Pembidangan dan Tanggung Jawab, yang ditandatangani oleh Ali Sadikin. Sehingga tempat ini menjadi lokalisasi tempat prostitusi yang sebelumnya tersebar di beberapa tempat, seperti Bina Ria dan Volker, yaitu deretan rel kereta api di kawasan [[Ancol, Pademangan, Jakarta Utara|Ancol, Jakarta Utara]].<ref name="islamiccenter"/>
Pada awal pembukaan, hanya terdapat 300 orang PSK dan 76 mucikari. Namun selanjutnya berkembang hingga pada tahun 1980-1990, jumlah WTS telah mencapai lebih dari 2.000 orang di bawah kontrol sekira 258 mucikari. Tempat ini juga menjadi sumber penghidupan bagi lebih dari 700 pembantu pengasuh, sekira 800 pedagang asongan, dan 155 tukang ojek. Belum lagi tukang cuci dan pemilik warung-warung makanan yang bertebaran di sekitarnya. Lahan lokalisasi juga terus berkembang hingga 12 hektare dan dikenal sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara.<ref name="okezone"/>
Pada tahun 1999, atas ide Gubernur [[Sutiyoso]], akhirnya Lokalisasi Kramat Tunggak akhirnya ditutup dan Jakarta Islamic Centre dibangun di atasnya.
== Pembangunan Jakarta Islamic Centre ==
{{Main article|Masjid Islamic Center Jakarta}}
Menjelang akhir ditutupnya Lokres Kramat Tunggak tahun 1999, jumlah wanita tuna susila di Kramat Tunggak telah mencapai 1.615 orang WTS di bawah asuhan 258 orang germo/mucikari. Mereka tinggal di 277 unit bangunan yang memiliki 3.546 kamar. Hal ini menimbulkan masalah baru bagi masyarakat di lingkungan sekitarnya dan sekaligus citra Jakarta. Sehingga muncul desakan dari ulama dan masyarakat agar Panti Sosial Karya Wanita (PKSW) Teratai Harapan Kramat Tunggak ditutup.
Baris 21 ⟶ 20:
Dari berbagai usulan bangunan pengganti berupa pusat perbelanjaan, perkantoran, dan lainnya, yang akhirnya dieksekusi adalah pembangunan Jakarta Islamic Centre.
==
<references/>
[[Kategori:Lokalisasi di Indonesia]]
[[Kategori:Kota Administrasi Jakarta Utara]]
[[Kategori:Koja, Jakarta Utara]]
|