'''Lokalisasi Kramat Tunggak''' adalah sebuah lokalisasi untuk pelacuran yang pernah ada di daerah Kramat Jaya, [[Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara|Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]], [[Indonesia]]. Namun kini telah ditutup dan diganti dengan [[Masjid Islamic Center Jakarta|Jakarta Islamic Centre]]. Pada masanya, lokalisasi ini diakui sebagai yang terbesar se-Asia Tenggara.<ref name="okezone">{{Cite news|url=http://jakarta.okezone.com/read/2012/04/25/504/618221/kramat-tunggak-lokalisasi-tersohor-di-asia-tenggara |title=Kramat Tunggak, Lokalisasi Tersohor di Asia Tenggara |access-date=2013-03-22 |archive-date=2013-03-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20130302013013/http://jakarta.okezone.com/read/2012/04/25/504/618221/kramat-tunggak-lokalisasi-tersohor-di-asia-tenggara |dead-url=yes |last=Chrisfanni |first=Stella |work=[[Okezone.com]] }}</ref>
{{hapus:kelayakan}}
'''SEJARAH PEMBANGUNAN JAKARTA ISLAMIC CENTRE'''
== Sejarah ==
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Centre) adalah sebuah lembaga yang berdiri di eks ''Lokasi Resosialisasi (Lokres) Kramat Tunggak'', Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Sejarah Lokalisasi Kramat Tunggak dimulai dengan peresmian Lokasi Rehabilitasi Sosial (Lokres) Kramat Tunggak oleh [[Ali Sadikin]]. Nama Kramat Tunggak berasal dari nama tempatnya, Kramat Jaya, sementara Tunggak berarti pohon yang dipotong untuk dijadikan tambatan nelayan. Panti ini dibangun untuk menyadarkan dan membina para penjaja seks di Jakarta, yang kebanyakan digiring dari [[Pasar Senen]], Kramat, dan [[Pejompongan]].<ref name="okezone"/>
''Lokres Kramat Tunggak'' adalah namaLokasi sebuah PantiRehabilitasi Sosial Karya Wanita (PKSW) Teratai Harapan Kramat Tunggak, yangini terletak di jalanJalan Kramat Jaya RW 019, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Kotamadya Jakarta Utara. Areal tersebut tepatnya menempati lahan seluas 109.435 m2 yang terdiri dari sembilan Rukun Tetangga.<ref (RT)name="islamiccenter">{{Cite web |url=http://islamic-center.or.id/sejarah-pembangunan.html |title=''Sejarah Pembangunan Islamic Center'', diakses dari situs Islamic-Center.or.id |access-date=2013-03-22 |archive-date=2013-01-15 |archive-url=https://web.archive.org/web/20130115082432/http://islamic-center.or.id/sejarah-pembangunan.html |dead-url=yes }}</ref>
Namun kenyataannya mucikari justru memanfaatkan berkumpulnya para pekerja seks untuk membujuk mereka kembali kepada profesi semula dan berdirilah berbagai rumah remang-remang di seberang panti. Dan tempat tersebut akhirnya terkenal menjadi tempat pelacuran. Akhirnya tempat tersebut ditetapkan sebagai lokalisasi melalui SK Gubernur DKI Jakarta No. Ca.7/I/13/1970 tanggal 27 April 1970, tentang Pelaksanaan Usaha Lokalisasi/Relokasi Wanita Tuna Susila serta Pembidangan dan Tanggung Jawab, yang ditandatangani oleh Ali Sadikin. Sehingga tempat ini menjadi lokalisasi tempat prostitusi yang sebelumnya tersebar di beberapa tempat, seperti Bina Ria dan Volker, yaitu deretan rel kereta api di kawasan [[Ancol, Pademangan, Jakarta Utara|Ancol, Jakarta Utara]].<ref name="islamiccenter"/>
Kramat Tunggak (kramtung), kemashurannya tidak saja terkenal di Indonesia, namun juga terkenal hingga ke seluruh Asia Tenggara sebagai pusat jajan terbesar bagi kaum hidung belang. Pada awal pembukaannya tahun 1970-an, terdapat 300 orang WTS dengan 76 orang germo. Jumlah ini terus bertambah seiring bertambah bulan dan tahun.
Pada awal pembukaan, hanya terdapat 300 orang PSK dan 76 mucikari. Namun selanjutnya berkembang hingga pada tahun 1980-1990, jumlah WTS telah mencapai lebih dari 2.000 orang di bawah kontrol sekira 258 mucikari. Tempat ini juga menjadi sumber penghidupan bagi lebih dari 700 pembantu pengasuh, sekira 800 pedagang asongan, dan 155 tukang ojek. Belum lagi tukang cuci dan pemilik warung-warung makanan yang bertebaran di sekitarnya. Lahan lokalisasi juga terus berkembang hingga 12 hektare dan dikenal sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara.<ref name="okezone"/>
Menjelang akhir ditutupnya Lokres Kramtung tahun 1999, jumlahnya mencapai 1.615 orang WTS di bawah asuhan 258 orang germo/mucikari. Mereka tinggal di 277 unit bangunan yang memiliki 3.546 kamar. Artinya, lokalisasi ini tumbuh dan berkembang dengan pesat yang akhirnya menimbulkan masalah baru pada masyarakat di lingkungan sekitarnya dan sekaligus citra Jakarta yang tidak bisa dipisahkan dari sejarahnya sebagai sebuah kultur Betawi yang sangat identik sebagai komunitas Islam yang terbuka, bersemangat multikultur, toleran dan sangat mencintai Islam sebagai identitas utama kebudayaan mereka. ▼
Pada tahun 1999, atas ide Gubernur [[Sutiyoso]], akhirnya Lokalisasi Kramat Tunggak akhirnya ditutup dan Jakarta Islamic Centre dibangun di atasnya.
Kondisi demikian ini menimbulkan desakan yang tidak henti-hentinya dari ulama dan masyarakat agar Panti Sosial Karya Wanita (PKSW) Teratai Harapan Kramat Tunggak ditutup. Adanya desakan yang semakin menguat tersebut pada akhirnya dilakukan penelitian oleh Dinas Sosial bersama Universitas Indonesia untuk tentang sejauhmana penolakan masyarakat terhadap PKSW Teratai Harapan Kramat Tunggak.
== Pembangunan Jakarta Islamic Centre ==
Dari hasil penelitian tersebut, pada tahun 1997 direkomendasikan agar Lokres tersebut ditutup. Pada tahun 1998 dikeluarkan SK Gubernur KDKI Jakarta No. 495/1998 tentang penutupan panti sosial tersebut selambat-lambatnya akhir Desember 1999. Pada 31 Desember 1999, Lokres Kramat Tunggak secara resmi ditutup melalui SK Gubernur KDKI Jakarta No. 6485/1998. Selanjutnya Pemda Provinsi DKI Jakarta melakukan pembebasan lahan eks lokres Kramat Tunggak. ▼
{{Main article|Masjid Islamic Center Jakarta}}
▲Menjelang akhir ditutupnya Lokres KramtungKramat Tunggak tahun 1999, jumlahnyajumlah wanita tuna susila di Kramat Tunggak telah mencapai 1.615 orang WTS di bawah asuhan 258 orang germo/mucikari. Mereka tinggal di 277 unit bangunan yang memiliki 3.546 kamar. Artinya, lokalisasiHal ini tumbuh dan berkembang dengan pesat yang akhirnya menimbulkan masalah baru padabagi masyarakat di lingkungan sekitarnya dan sekaligus citra Jakarta . yangSehingga tidakmuncul bisa dipisahkandesakan dari sejarahnyaulama sebagaidan sebuahmasyarakat kulturagar BetawiPanti yang sangat identik sebagai komunitas Islam yang terbuka, bersemangat multikultur, toleran danSosial sangatKarya mencintaiWanita Islam(PKSW) sebagaiTeratai identitasHarapan utamaKramat kebudayaanTunggak merekaditutup.
▲DariDesakan hasilditeliti oleh oleh Dinas Sosial bersama Universitas Indonesia untuk mengukur sejauh mana penolakan masyarakat. Dari penelitian tersebut, pada tahun 1997keluarlah direkomendasikanrekomendasi agar Lokres tersebut ditutup. PadaAkhirnya pada tahun 1998 dikeluarkan SK Gubernur KDKI Jakarta No. 495/1998 tentang penutupan panti sosial tersebut selambat-lambatnya akhir Desember 1999. Pada 31 Desember 1999, Lokres Kramat Tunggak secara resmi ditutup melalui SK Gubernur KDKI Jakarta No. 6485/1998. Selanjutnya Pemda Provinsi DKI Jakarta melakukan pembebasan lahan eks lokres Kramat Tunggak. <ref name="islamiccenter"/>
Setelah dibebaskan banyak muncul gagasan terhadap lokasi bekas Kramat Tunggak tersebut, ada yang mengusulkan pembangunan pusat perdagangan (mall), perkantoran dan lain sebagainya. Namun Gubernur H. Sutiyoso memiliki ide lain yaitu membangun Islamic Centre. Sebuah ide yang cemerlang yang menyatukan kelompok-kelompok lain yang awalnya berbeda-beda.
Dari berbagai usulan bangunan pengganti berupa pusat perbelanjaan, perkantoran, dan lainnya, yang akhirnya dieksekusi adalah pembangunan Jakarta Islamic Centre.
Pada tahun 2001 Gubernur Sutiyoso melakukan sebuah Forum Curah Gagasan dengan seluruh elemen masyarakat untuk mengetahui sejauhmana dukungan masyarakat terhadap sebuah perubahan yang telah dicanangkan. Ternyata 24 Mei 2001 dukungan itu semakin menguat. Gagasan untuk membangun Jakarta Islamic Centre (JIC) dikemukakan Gubernur Sutiyoso kepada Prof. Azzumardi Azra (Rektor UIN Syarif Hidayatullah) di New York di sela-sela kunjungannya ke PBB pada tanggal 11-18 April 2001 dan mendapatkan respon yang sangat positif.
== Referensi ==
Setelah adanya konsultasi terus menerus antara masyarakat, ulama, praktisi baik skala lokal maupun regional bahkan international akhirnya diwujudkan dalam sebuah master plan pembangunan JIC pada tahun 2002. Kemudian dalam rangka memperkuat ide dan gagasan pembangunan JIC,pada Agustus 2002 dilakukan Studi Komparasi ke Islamic Centre di Mesir, Iran, Inggris dan Perancis. Pada tahun yang sama, dilakukan perumusan Organisasi dan Manajemen JIC. Kehadiran JIC ternyata sesuatu yang sangat fenomenal sebagai produk zaman yang strategis dan monumental.
<references/>
[[Kategori:Lokalisasi di Indonesia]]
Dalam rangka menyongsong cita-cita besar umat Islam yang digantungkan kepada Jakarta Islamic Centre, dikeluarkan SK Gubernur KDKI No. 99/2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Centre). Selanjutnya pada tahun April 2004, Badan Pengelola Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamci Centre) diangkat/dilantik melalui SK Gubernur KDKI Jakarta No. 651/2004.
[[Kategori:Kota Administrasi Jakarta Utara]]
[[Kategori:Koja, Jakarta Utara]]
Namun selanjutnya, kehadiran JIC tidak sekedar hanya merubah tanah hitam menjadi putih, atau hanya sebuah masjid saja, melainkan lebih dari itu JIC diharapkan menjadi salah satu simpul pusat peradaban Islam di Indonesia dan Asia Tenggara yang menjadi simbol kebangkitan Islam di Asia dan Dunia.
|