Kekhalifahan Abbasiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Membalikkan revisi 23593867 oleh Muhammad Ikmaluddin Furqon (bicara)
Tag: Pembatalan
 
(22 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Expand language|langcode=en|otherarticle=Abbasid Caliphate|date=Maret 2024}}
{{infobox former country
| native_name = الخلافة العباسية
| conventional_long_name = Kekhalifahan Abbasiyah
| common_name = Abbasiyah
| continent = Afro-Eurasia
| region = Timur Tengah
| status = [[Kekhalifahan Abbasiyah]]
| government_type = [[Khilafah]]
| life_span = 750–1258<br />1261–1517<br />{{small|(dibawahdi bawah [[Kesultanan Mamluk (Kairo)|Kesultanan Mamluk Kairo]])}}
| year_start = 750
| year_end = 1258
| p1 = Kekhalifahan Umayyah
| s1 = Kesultanan Utsmaniyah
Baris 17 ⟶ 18:
| s5 = Aghlabiyyah
| s6 = Kekaisaran Mongolia
| image_flag = Abbasid Caliphate Caliphal Bannerbanner.svg
| flag_caption = Bendera Bani Abbas
| image_map = File:Abbasids simple.png
| image_map_caption =
| today = {{flag|Irak}}<br />
{{flag|Iran}}<br />
{{flag|Arab Saudi}}<br />{{flag|Oman}}<br />{{flag|Bahrain}}<br />{{flag|Lebanon}}<br />
Baris 41 ⟶ 42:
{{flag|Malta}}<br />
{{flag|Portugal}}<br />
{{flag|Spanyol}}<br />
 
Kekhalifahan Abbasiyah pada masa kejayaannya, sekitar 233/234 [[Hijriah|H]] atau 849 [[Masehi|M]]
| capital = [[Kufah]]<br />{{small|(750–762)}}<br />[[Baghdad]]<br />{{small|(762–796, 809–836, 892–1258)}}<br />[[Ar-Raqqah]]<br />{{small|(796–809)}}<br />[[Samarra]]<br />{{small|(836–892)}}<br />[[Kairo]]<br />{{small|(1261–1517)}}
| common_languages = [[Bahasa Arab|Arab]] (administrasi pusat); berbagai bahasa regional
| religion = [[Islam]] (penguasa); rakyat dengan berbagai macam agama
| currency = [[Dinar emas|Dinar]] (koin emas)<br />[[Dirham]] (koin perak)<br />[[Fals]] (koin tembaga)
| leader1 = [[As-Saffah]] {{small|(pertama)}}
| year_leader1 = 750–754
| leader2 = [[Al-Musta'shim]] {{small|(Khalifah terakhir di Baghdad)}}
| year_leader2 = 1242–1258
| leader3 = [[Al-Mutawakkil III]] {{small|(Khalifah terakhir di Kairo)}}
| year_leader3 = 1508–1517
| title_leader = [[Khalifah]]
| footnotes =
| image_map2 = File:Abbasid Caliphate.png
| image_map2_caption = Kekhalifahan Abbasiyah serta wilayah administratifnya di bawah pemerintahan [[al-Mutawakkil]], sekitar 233/234 H atau 849 M
}}
 
'''Kekhalifahan Abbasiyah''' ([[Bahasa Arab|Arab]]: الخلافة العباسية, ''al-khilāfah al-‘abbāsīyyah'') atau '''Bani Abbasiyah''' ([[Bahasa Arab|Arab]]: العباسيون, ''al-‘abbāsīyyūn'') adalah [[kekhalifahan]] keduaketiga [[Islam]] yang berkuasa di [[Baghdad]] (sekarang ibu kota [[Irak]]) dan kemudian berpindah ke [[Kairo]] sejak tahun 1261. Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dunia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari [[Bani Umayyah]] dan menundukkan semua wilayahnya kecuali [[Al-Andalus|Andalusia]]. Bani Abbasiyah merujuk kepada keturunan dari paman [[Nabi Islam|Nabi]] [[Muhammad]] yang termuda, yaitu [[Abbas bin Abdul-Muththalib]] ([[566]]-[[652]]), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam [[Bani Hasyim]]. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibu kota dari [[Damaskus]] ke Baghdad. Berkembang selama tiga abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa [[Turki]] yang sebelumnya merupakan bahagianbagian dari tentara kekhalifahan yang mereka bentuk, dan dikenal dengan nama [[Mamluk]]. Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering disebut [[amir]] atau [[sultan]]. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri, [[Maghreb]] dan [[Ifriqiya]] kepada [[Aghlabiyyah]] dan [[Fatimiyah]]. Kejatuhan totalnya pada tahun [[1258]] disebabkan serangan bangsa [[Mongol]] yang dipimpin [[Hulagu Khan]] yang menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Baghdad. Kekhalifahan Bani Abbasiyah berlanjut di Kairo mulai tahun 1261 dibawah naungan [[Kesultanan Mamluk]] Mesir. Kekhalifahan di Kairo ini berakhir ketika Mesir di taklukan [[Kesultanan Utsmaniyah]] tahun 1517 dan gelar khalifah di klaim oleh dinasti Utsmaniyah Turki.
 
Keturunan yang berasal dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi saat ini banyak bertempat tinggal di [[timur laut]] [[Tikrit]], [[Iraq]] sekarang.
 
== Pendahuluan ==
Baris 73 ⟶ 74:
Pusat propaganda ada di dua tempat, yaitu Kufah dan Khurasan.<ref name=":0" /> Kufah terhitung negeri baru di wilayah Irak, dan Irak pada masa itu termasuk dalam daerah Persia. Khurasan pun termasuk dalam daerah Persia. Keduanya menjadi pusat perkumpulan rahasia itu sebab Bani Umayah sendiri kuat kedudukannya di kalangan bangsa Arab, sedangkan daulah yang akan berdiri ini hendak berpusat pada Persia, bukan ke Arab. Di kedua negeri itu, banyak orang yang merasa kurang senang jika khalifah tidak dipegang oleh Bani Hasyim, padahal merekalah yang dekat hubungannya dengan Rasul.
 
Mereka mengangkat 12 orang propagandis.<ref name=":0" /> Kedua belas orang tersebut mengembara di negeri Khurasan, Kufah, Irak, lalu mendatangi Mekah pada musim haji. Mereka mengincar orang yang menentang kezaliman pemerintahan Bani Umayah. Diterangkan pula tentang bagaimana keturunan Bani Hasyim yang asli telah didesak dan dirampas hak turun-temurun yang mereka terima dari Rasul.  Salah satu propagandis yang terkenal ialah Abu Muslim al-Khurasany. Ia mula-mula berpropaganda dengan terang terangan di negeri Maru. Disuruhnya seisi negeri berkumpul. Diadakannya pidato yang mengkritik pemerintah sekarang. [[Muhammad bin Ali]], [[cicit]] dari [[Abbas bin Abdul-Muththalib|Abbas]] menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di [[Iran|Parsi]].{{cn}}
 
Para penyebar Islam Semenanjung Arabia yang merupakan Kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah, Keturunan dari Ahlul Bait Sayyidina Hussenin di Pulau Perca pada Abad ke-7 Masehi pada tahun 623 Masehi yakni Syaikh Ushuluddin, Bicitram syah, Sultan Alaudin Mughayat, Sultan Ratu Ngegalang Paksi dari Sultan Ratu Mumelar Paksi anak cucu dari Sayyidina Hussein memiliki tujuan khusus penyebar Islam di Pulau Perca dan mempengaruhi berdirinya kerajaan-kerajaan di pulau tersebut, bukti-bukti penyebaran Islam diantaranya tatanan adat yang masih hidup serta berjalan hingga sekarang, masjid dan makam-makam, sejarah adat dan budaya Islam menumbuhkan cinta tanah air dan memperkuat identitas bangsa.<ref>https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/masuk-dan-berkembangnya-islam-di-sumatera/</ref><ref>https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/26/182500369/perkembangan-dan-peninggalan-islam-di-sumatera?page=all </ref>
 
=== Runtuhnya Daulah Umayyah ===
Baris 149 ⟶ 150:
== Pengaruh Mamluk ==
{{utama|Mamluk}}
Kekhalifahan Abbasiyahabbasiyah adalah yang pertama kali mengorganisasikan penggunaan tentara-tentara [[budak]] yang disebut [[Mamluk]] pada abad ke-9. Dibentuk oleh [[Al-Ma'mun]], tentara-tentara budak ini didominasi oleh bangsa [[Turki]] tetapi juga banyak diisi oleh bangsa [[Berber]] dari [[Afrika Utara]] dan [[Slav]] dari [[Eropa Timur]]. Ini adalah suatu inovasi sebab sebelumnya yang digunakan adalah tentara bayaran dari Turki.
 
Bagaimanapun tentara Mamluk membantu sekaligus menyulitkan kekhalifahan Abbasiyah. karena berbagai kondisi yang ada di umat [[muslim]] saat itu pada akhirnya kekhalifahan ini hanya menjadi simbol dan bahkan tentara Mamluk ini, yang kemudian dikenal dengan ''Bani Mamalik'' berhasil berkuasa, yang pada mulanya mengambil inisiatif merebut kekuasaan kerajaan [[Ayyubiyyah]] yang pada masa itu merupakan kepanjangan tangan dari khilafah Bani Abbas, hal ini disebabkan karena para penguasa Ayyubiyyah waktu itu kurang tegas dalam memimpin kerajaan. Bani Mamalik ini mendirikan kesultanan sendiri di [[Mesir]] dan memindahkan ibu kota dari [[Baghdad]] ke [[Cairo]] setelah berbagai serangan dari tentara [[tartar]] dan kehancuran Baghdad sendiri setelah serangan [[Mongol]] di bawah pimpinan [[Hulagu Khan]]. Walaupun berkuasa Bani Mamalik tetap menyatakan diri berada di bawah kekuasaan (simbolik) kekhalifahan, dimana khalifah Abbasiyyah tetap sebagai kepala negara.
Baris 176 ⟶ 177:
Ada kemungkinan bahwa para khalifah Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari provinsi-provinsi tertentu, dengan pembayaran upeti itu. Alasannya adalah:
# Mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk kepadanya,
# Penguasa Bani Abbas lebih menitik beratkanmenitikberatkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi.
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada persoalan politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini bisa terjadi dalam salah satu dari dua cara:
Baris 184 ⟶ 185:
Kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko, provinsi-provinsi itu pada mulanya tetap patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah mampu mengatasi pergolakan-pergolakan yang muncul. Namun pada saat wibawa khalifah sudah memudar mereka melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad. Mereka bukan saja menggerogoti kekuasaan khalifah, tetapi beberapa di antaranya bahkan berusaha menguasai khalifah itu sendiri.
 
Menurut [[Ibnu Khaldun]], sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas mulai terlihat sejak awal abad kesembilan. Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin yang memiliki kekuatan militer di provinsi-provinsi tertentu yang membuat mereka benar-benar independen. Kekuatan militer Abbasiyah waktu itu mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah mempekerjakan orang-orang profesional di bidang kemiliteran, khususnya tentara [[Turki]] dengan sistem perbudakan baru seperti diuraikan di atas. Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya teryataternyata menjadi ancaman besar terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi pada periode pertama pemerintahan dinasti Abbasiyah, sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan ''syu'u arabiyah'' (kebangsaan/anti Arab).
 
Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik, di samping persoalan-persoalan keagamaan. Tampaknya, para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam hampir semua segi kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh menghapuskan fanatisme tersebut, bahkan ada di antara mereka yang justru melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan keagamaan itu.
Baris 288 ⟶ 289:
 
== Peningalan-Peninggalan dan Kemajuan Yang Dicapai Pada Masa Kekhalifahan Abbasiyyah ==
 
 
Setiap dinasti atau rezim mengalami fase-fase yang dikenal dengan fase pendirian, fase pembangunan dan kemajuan, fase kemunduran dan kehancuran. Akan tetapi durasi dari masing-masing fase itu berbeda-beda karena bergantung pada kemampuan penyelenggara pemerintahan yang bersangkutan. Pada masa pemerintahan, masing-masing memiliki berbagai kemajuan dari beberapa bidang, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang social-budaya. Pada masing-masing bidang memiliki kelebihan dan kekurangan.
 
=== Kemajuan dalam Bidang Sosial Budaya ===
 
 
Sebagai sebuah dinasti, kekhalifahan Bani Abbasiyah yang berkuasa lebih dari lima abad, telah banyak memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Dari sekitar 37 orang khalifah yang pernah berkuasa, terdapat beberapa orang khalifah yang benar-benar memliki kepedulian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, serta berbagai bidang lainnya, seperti bidang-bidang sosial dan budaya.
Baris 305 ⟶ 304:
Di masa Bani Abbassiyah berkembang corak kebudayaan, yang berasal dari beberapa bangsa. Apa yang terjadi dalam unsur bangsa, terjadi pula dalam unsur kebudayaan. Dalam masa sekarang ini berkembang empat unsur kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan akal/rasio yaitu Kebudayaan Persia, Kebudayaan Yunani, Kebudayaan Hindi dan Kebudayaan Arab dan berkembangnya ilmu pengetahuan.
 
==== 1. Kebudayaan Arab Islam ====
 
 
Masuknya Islam ke dalam kebudayaan Arab terjadi dengan dua jalan utama, yaitu :
 
 
a. Jalan Agama, Mengharuskan mempelajari Qur’an, Hadist, Fiqh yang semuanya dalam bahasa Arab.
Baris 315 ⟶ 312:
b. Jalan Bahasa, Jazirah Arabia adalah sumber bahasa Arab, bahasa terkaya diantara rumpun bahasa samy dan tempat lahirnya Islam.
 
==== 2. Kebudayaan Persia dan Turki, ====
 
 
 
Pesatnya perkembangan kebudayaan Persia dan Turki di zaman ini karena 2 faktor, yaitu :
 
 
a. Pembentukan lembaga wizarah
Baris 326 ⟶ 320:
b. Pemindahan ibukota
 
==== 3. Kebudayaan Hindi, ====
Peranan orang India dalam membentuk kebudayaan Islam terjadi dengan dua cara:
 
 
a. Secara langsung, Kaum muslimin berhubungan langsung dengan orang-orang India seperti lewat perdagangan dan penaklukan.
Baris 334 ⟶ 327:
b. Secara tak langsung,penyaluran kebudayaan India ke dalam kebudayaan Islam lewat kebudayaan Persia.
 
==== 4. Kebudayaan Yunani ====
 
 
Sebelum dan sesudah Islam, terkenallah di Timur beberapa kota yang menjadi pusat kehidupan kebudayaan Yunani. Yang paling termasyur diantaranya adalah :
Baris 351 ⟶ 343:
 
=== • Kemajuan dalam Bidang Ilmu Pengetahuan ===
 
 
Keberhasilan umat Islam pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dalam pengembangan ilmu pengetahuan, sains, dan peradaban Islam secara menyeluruh, tidak terlepas dari berbagai faktor yang mendukung. Di antaranya adalah kebijakan politik pemerintah Bani Abbasiyah terhadap masyarakat non Arab (Mawali), yang memiliki tradisi intelektual dan budaya riset yang sudah lama melingkupi kehidupan mereka. Mereka diberikan fasilitas berupa materi atau finansial dan tempat untuk terus melakukan berbagai kajian ilmu pengetahuan melalui bahan-bahan rujukan yang pernah ditulis atau dikaji oleh masyarakat sebelumnya. Kebijakan tersebut ternyata membawa dampak yang sangat positif bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan sains yang membawa harum dinasti ini.
Baris 358 ⟶ 349:
 
1. Terjadinya Asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pengaruh Persia pada saat itu sangat penting dibidang pemerintahan. selain itu mereka banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemah-terjemah dalam banyak bidang ilmu, terutama Filsafat.
 
 
2. Gerakan Terjemah
 
Pada masa daulah ini usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dari gerakan ini muncullah tokoh-tokoh Islam dalam ilmu pengetahuan, antara lain :
 
 
a. Bidang filsafat: al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Sina, al-Ghazali,Ibnu Rusyd.
Baris 372 ⟶ 361:
 
d. Bidang astronomi: al-Fazari, al-Battani, Abul watak, al-Farghoni dan sebagainya.
 
 
Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim ulama, berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu pengetahuan, antara lain :
Baris 379 ⟶ 367:
 
===== a.Ilmu Filsafat =====
 
 
1) Al-Kindi (809-873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul.
Baris 396 ⟶ 383:
 
===== b. Bidang Kedokteran =====
 
 
1) Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.
Baris 407 ⟶ 393:
 
===== c. Bidang Matematika =====
 
 
1) Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
Baris 414 ⟶ 399:
 
===== d. Bidang Astronomi =====
 
 
Berkembang subur di kalangan umat Islam, sehingga banyak para ahli yang terkenal dalam perbintangan ini seperti :
 
 
1) Al Farazi : pencipta Astro lobe
Baris 428 ⟶ 411:
 
===== e. Bidang Seni Ukir =====
 
 
Beberapa seniman ukir terkenal: Badr dan Tari (961-976 M) dan ada seni musik, seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.
 
==== 2. Ilmu Naqli ====
 
 
a. Ilmu Tafsir, Para mufassirin yang termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad bin Ishak dan lain-lain.
Baris 446 ⟶ 427:
 
=== • Perkembangan Peradaban di Bidang Fisik ===
 
 
Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat, karena upaya- upaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat kita lihat dari bangunan -bangunan yang berupa:
Baris 525 ⟶ 505:
# Tarikh Islamy, Imam [[Ibnu Khaldun]].
# Al-Bidaayah Wan Nihaayah, Imam [[Ibnu Katsir]].
# Tarikh Asr Al-Khilafah Abbasiyyah, [[Dr. Yusuf Al-Ish]], Disusun oleh [[Darul Fikr]] [[Damascuss]]
# Tarikh Daulah Abbasiyyah, Disusun Oleh Tim Penyusun [[Universitas Imam Muhammad Bin Su'ud Al-Islamiyyah]] [[Riyadh]]
# Ad Daulah Al Abbasiyyah ,[[Syaikh Muhammad Al Khudhari]] Terbitan [[Maktabah At-Tauqifiyyah]] [[Kairo]]
 
== Lihat pula ==
Baris 534 ⟶ 515:
{{Bani Abbasiyah|X}}
{{Empires}}
 
[[Kategori:Sejarah Islam]]
[[Kategori:Suku Quraisy]]