Wong Agung Wilis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Menghapus parameter agama karena tidak diperlukan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(36 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Wong Agung Wilis''', terlahir dengan nama Mas'''Pangeran SirnaPutra II''' (lahir di [[BanyuwangiKerajaan Blambangan|Blambangan]] kira-kira pada 1680-an hingga 1720-an – meninggal di Bali tahun [[1780]]) adalah penguasa [[BanyuwangiKerajaan Blambangan|Blambangan]] terakhir yang pernah berkuasa pada periode 17671763-1764 hinggadan 1767-1768. Ia bersama [[Pangeran Jagapati]] memimpin pasukan dalam perlawanan melawan [[VOC]] di Blambangan pada periode [[1767]] hinggatahun [[1768]].
 
{{Infobox raja
==Kehidupan Awal==
| name = Wong Agung Wilis
===Keluarga===
| title =
Mas Sirna adalah putra dari [[Pangeran Danureja]], penguasa Blambangan saat itu. Ibunya adalah seorang putri dari [[Kerajaan Mengwi]], [[Bali]]. Ibu Mas Sirna bukanlah permaisuri dari Pangeran Danureja. Pernikahan keduanya terjadi karena motif politik agar kerjasama antara Blambangan dan Bali dapat terjalin kuat untuk mengatasi ancaman dari luar daerah. Permaisuri Pangeran Danureja sendiri adalah putri dari [[Untung Surapati]]. Pernikahan Pangeran Danureja dengan permaisuri dianugerahi 3 putri dan seorang putra bernama Mas Noyang ([[Pangeran Danuningrat]]) yang nantinya akan mewarisi takhta Blambangan.<ref name=wpabb1>Arifin, Winarsih Partaningrat. 1995. Babad Blambangan. Yogyakarta : Penerbit Bentara</ref> Oleh karena memiliki ibu yang bukan permaisuri, Mas Sirna banyak hidup di luar istana. Ada sumber yang menyebutkan bahwa ia tinggal di lereng [[Gunung Raung]]. Hal ini memberikan pengaruh besar kepada Mas Sirna, menyebabkannya peka terhadap masalah rakyat kecil.<ref name=hb3mus>Basri, Hasan (Ed). 2006. Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan. Banyuwangi : Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi</ref> Pada saat dewasa ia hijrah ke [[Bali]], ikut pamannya yang bernama Ki Gusti Ngurah Ketut Kaba-Kaba.<ref name=smsb26>Samsubur. 2006. Kerajaan Blambangan. Banyuwangi.</ref><ref name=clkkk1>C. Lekkerker. 1923. Balambangan Indisch Gids II.</ref> Tidak ada riwayat mengenai dengan siapa ia menikah, namun ia memiliki enam orang putra yakni Serutadi, Kencling, Tunjung, Berud, Suratman (Surawijaya) dan Mas Ayu Prabu.<ref name=wpabb1>Arifin, Winarsih Partaningrat. 1995. Babad Blambangan. Yogyakarta : Penerbit Bentara</ref>
| image = [[Berkas:Agungwilis.jpeg|jmpl|Sketsa wajah Wong Agung Wilis]]
| caption =
| succession = [[Raja]] [[Blambangan]]
| reign =
* Periode pertama 1763-1764
* Periode kedua 1767-1768
| coronation =
| full name =
| successor = Dibubarkan
| suc-type =
| heir =
| queen =
| consort =
| spouse 1 =
| spouse 2 =
| spouse 3 =
| spouse 4 =
| spouse 5 =
| spouse 6 =
| issue =
| royal house =
| dynasty =
| royal anthem =
| father =
| mother =
| birth_name = Pangeran Putra II
| regnal name =
| birth_date = 1680/1720
| birth_place = [[Blambangan]], (sekarang) [[Banyuwangi]]
| death_date = 1780
| death_place = Bali
| date of burial =
| place of burial =
}}
 
== Kehidupan Awal ==
===Kembali Ke Blambangan===
=== Keluarga ===
Kerajaan Blambangan adalah sebuah kerajaan di ujung timur [[Pulau Jawa]] yang dalam pelaksanaan pemerintahannya banyak dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan di Bali. Hal ini terjadi saat pihak dari Kerajaan Mengwi melantik Mas Noyang atau Mas Nuweng menjadi penguasa Blambangan bergelar Pangeran Danuningrat menggantikan ayahnya Pangeran Danureja. Kerajaan Mengwi juga melantik Mas Sirna menjadi patih bergelar Pangeran Wong Agung Wilis atau lebih dikenal dengan Pangeran Wilis. Sejak saat inilah nama Wong Agung Wilis dipakai.
Pangeran Putra II adalah anak dari [[Pangeran Mas Purba]] (Pangeran Putra I) alias [[Prabu Danureja]], penguasa Blambangan tahun 1697-1736.
 
Ibunya adalah seorang putri dari [[Puri Kabakaba]] salah satu vasal [[Kerajaan Mengwi]], [[Bali]]. Ibunda Pangeran Putra II bukanlah permaisuri dari Pangeran Danureja. Pernikahan keduanya terjadi karena motif politik agar kerjasama antara Blambangan dan Bali dapat terjalin kuat untuk mengatasi ancaman dari [[Perusahaan Hindia Timur Belanda]] VOC.
Jabatan patih ini tidak terlalu lama karena terjadi konflik internal dalam kerajaan. Seorang punggawa istana yang juga sepupu dari Pangeran Danuningrat bernama [[Mas Tepasana]] menyebar isu bahwa Pangeran Wong Agung Wilis akan mengkudeta Pangeran Danuningrat sebagai penguasa Blambangan.<ref name=hb3mus>Basri, Hasan (Ed). 2006. Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan. Banyuwangi : Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi</ref> Keluarga kerajaan mempercayai ini sehingga Wong Agung Wilis dipecat dari jabatannya dari patih Blambangan dan kedudukannya digantikan oleh Sutajiwa yang merupakan putra Pangeran Danuningrat.<ref name=smsb26>Samsubur. 2006. Kerajaan Blambangan. Banyuwangi.</ref> Wong Agung Wilis lalu pergi mengembara hingga mencapai Pantai Lampon, [[Pesanggaran, Pesanggaran, Banyuwangi|Desa Sanggar]], Gunung Dogong dan Gunung Tumpangpitu yang mana daerah-daerah ini pada masa kini berada dalam wilayah [[Pesanggaran, Banyuwangi|Kecamatan Pesanggaran]].
 
MeskipunPermaisuri telahPangeran dipecatDanureja Wongsendiri Agungadalah WilisMas tetapAyu menghargaiGading, Pangeranputri Danuningratdari sebagaipahlawan penguasa[[Untung BlambanganSurapati]]. Pernikahan Pangeran DanuningratDanureja laludengan memintapermaisuri Wonghanya Agungdianugerahi Wilisseorang kembaliputra untukbernama menumpasMas perompakNoyang ([[BugisPangeran Danuningrat]]) diyang daerahnantinya bernamaakan Bangmewarisi Pakem.tahta Blambangan (1736-1763).<ref name="wpabb1">Arifin, Winarsih Partaningrat. 1995. Babad Blambangan. Yogyakarta : Penerbit Bentara</ref>
 
Pada saat dewasa Pangeran Putra II hijrah ke [[Bali]], ikut pamannya yang bernama Ki Gusti Ngurah Ketut Kaba-Kaba.<ref name="smsb26">Samsubur. 2006. Kerajaan Blambangan. Banyuwangi.</ref><ref name="clkkk1">C. Lekkerker. 1923. Balambangan Indisch Gids II.</ref>
== Perlawanan ==
Karena kesuburan dan kekayaan Blambangan telah diketahui oleh [[VOC]] sebelum mereka menguasainya, maka sebenarnya VOC telah memiliki rencana untuk menguasai Blambangan namun rencana ini terkendala oleh beberapa faktor seperti Blambangan jauh dari pusat pemerintahan dan ikatan pernikahan politik yang terjadi diantara Blambangan dan Bali membuat hubungan mereka menjadi kuat.<ref>Soetrisno, Is. 1976. Selayang Pandang Blambangan. Banyuwangi : Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi</ref> Namun akhirnya sikap ascribed status VOC yang meyakini secara sepihak bahwa Blambangan telah dikuasai oleh mereka melatarbelakangi perlawanan terhadap VOC di Blambangan.
 
Tidak ada riwayat mengenai dengan siapa ia menikah, tetapi ia memiliki enam orang putra yakni Mas Serutadi, Mas Kencling, Mas Tunjung, Mas Berud, Dalem [[Puger]] Mas Surawijaya dan Mas Ayu Prabu.<ref name="wpabb1" />
Pada tahun [[1767]], sekembalinya dari Bali. Wong Agung Wilis diangkat menjadi penguasa Blambangan oleh [[VOC]].<ref>Ali, Hasan. 2002. Sekilas Perang Puputan Bayu Sebagai Tonggak Sejarah Hari Jadi Banyuwangi. Banyuwangi</ref><ref name=smsb26>Samsubur. 2006. Kerajaan Blambangan. Banyuwangi.</ref> Ia membiarkan dirinya diangkat oleh VOC karena telah merencanakan siasat untuk menarik simpati VOC dan jika pasukan telah terhimpun maka akan dilakukan perlawanan. Ia memanfaatkan jabatannya ini untuk menjalin hubungan dengan para bekel ([[kepala desa]]) agar perannya dalam hal ini dirahasiakan dan memerintahkan agar pasukan segera dihimpun, serta memerintahkan agar penyerangan ke loji-loji Belanda dilakukan secara bertahap. <ref name=smsb26>Samsubur. 2006. Kerajaan Blambangan. Banyuwangi.</ref> Ia juga kerap melakukan penyamaran sebagai pemburu untuk mendistribusikan sejumlah uang dan senjata-senjata buatan [[Inggris]] kepada para pasukannya.<ref name=jkjdj83>JKJ. De Jonge. 1883. De Opkomst Van Het Nederlandsch Gesah Over-Java, ML van Deventer</ref>
 
=== Kembali Ke Blambangan ===
Pada [[30 September]] [[1767]] ia mulai menghimpun kekuatan untuk melawan [[VOC]] yang mulai menduduki Blambangan. Silsilah keturunan yang dimilikinya mempermudah dalam penghimpunan kekuatan ini.<ref>Frederick, William dan Soeri Soeroto. 1982. Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum Dan Sesudah Revolusi. Jakarta : Penerbit LP3ES</ref> Ia mendapat bantuan kekuatan dari orang-orang [[Inggris]] (yang memang bersaing dengan VOC dalam hal perdagangan di Jawa), orang [[Cina]], orang [[Madura]] dan orang [[Bugis]] yang tinggal di Blambangan. <ref name=jkjdj83>JKJ. De Jonge. 1883. De Opkomst Van Het Nederlandsch Gesah Over-Java, ML van Deventer</ref> Ia juga mendapat dukungan dari Bupati Malayakusuma (cucu [[Untung Surapati]]) dari [[Malang]]<ref name=clkkk1>C. Lekkerker. 1923. Balambangan Indisch Gids II.</ref> dan dari Kerajaan Mengwi, dimana kerajaan tersebut mengutus perwakilannya yaitu Purbakara dan Mas Ularan.<ref name=hb3mus>Basri, Hasan (Ed). 2006. Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan. Banyuwangi : Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi</ref>
Kerajaan Blambangan adalah sebuah kerajaan di ujung timur [[Pulau Jawa]]. Dalam masa itu, sepeninggal Pangeran Danuraja, kedua putranya (beda ibu) menjadi penerus pemerintahan. Mas Sepuh alias Mas Noyang menjadi raja Blambangan bergelar Pangeran Danuningrat (1736-1763) sedangkan Pangeran Putra II menjadi patih bergelar Pangeran Patih Agung Wilis.
 
Jabatan patih ini tidak terlalu lama dia emban karena terjadi konflik internal dalam kerajaan. SeorangSaat itu salah seorang punggawa istana yang juga sepupu dari Pangeran Danuningrat bernama [[Mas Bagus Tepasana]] menyebar isu bahwa Pangeran Wong Agung Wilis akan mengkudeta Pangeran Danuningrat sebagai penguasa Blambangan.<ref name="hb3mus">Basri, Hasan (Ed). 2006. Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan. Banyuwangi : Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi</ref> Keluarga kerajaan mempercayai ini sehingga Wong Agung Wilis dipecat dari jabatannya dari patih Blambangan dan kedudukannya digantikan oleh Sutajiwa yang merupakan putra Pangeran Danuningrat.<ref name=smsb26>Samsubur. 2006. Kerajaan Blambangan. Banyuwangi.</ref> Wong Agung Wilis lalu pergi mengembara hingga mencapai Pantai Lampon, [[Pesanggaran, Pesanggaran, Banyuwangi|Desa Sanggar]], Gunung Dogong dan Gunung Tumpangpitu yang mana daerah-daerah ini pada masa kini berada dalam wilayah [[Pesanggaran, Banyuwangi|Kecamatan Pesanggaran]].
 
Keluarga kerajaan mempercayai ini sehingga Pangeran Agung Wilis dipecat dari jabatannya dari dan kedudukannya digantikan oleh '''Mas Anom Sutajiwa''' yang merupakan putra mahkota Pangeran Danuningrat.<ref name="smsb26" /> Sejak itu Pangeran Agung Wilis dijuluki sebagai Mas Sirna Wibawa.
 
Pangeran Agung Wilis lalu pergi mengembara hingga mencapai [[Pantai Lampon]], [[Pesanggaran, Pesanggaran, Banyuwangi|Desa Sanggar]], Gunung Dogong dan Gunung Tumpangpitu yang mana daerah-daerah ini pada masa kini berada dalam wilayah Kecamatan [[Siliragung, Banyuwangi]] dan [[Pesanggaran, Banyuwangi|Kecamatan Pesanggaran]].
 
Meskipun telah dipecat Pangeran Agung Wilis tetap menghargai kakaknya, Pangeran Danuningrat sebagai penguasa Blambangan. Pangeran Danuningrat pernah meminta kepada Pangeran Agung Wilis kembali untuk menumpas perompak [[Bugis]] di daerah bernama [[Pakem Banyuwangi]].<ref name="wpabb1" />
 
== Perlawanan terhadap VOC ==
Karena kesuburan dan kekayaan Blambangan telah diketahui oleh [[VOC]] sebelum mereka menguasainya, maka sebenarnya VOC telah memiliki rencana untuk menguasai Blambangan namun rencana ini terkendala oleh beberapa faktor seperti Blambangan jauh dari pusat pemerintahan dan ikatan pernikahan politik yang terjadi diantaradi antara Blambangan dan Bali membuat hubungan mereka menjadi kuat.<ref>Soetrisno, Is. 1976. Selayang Pandang Blambangan. Banyuwangi : Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi</ref> Namun akhirnya sikap ''ascribed status'' VOC yang meyakini secara sepihak bahwa Blambangan telah dikuasai oleh mereka melatarbelakangi perlawanan terhadap VOC di Blambangan.
 
Pada tahun [[1767]], sekembalinya dari Bali. Wong Agung Wilis mendeklarasikan diri sebagai penguasa yang sah atas Balambangan. Sebenarnya klaim ini hanya meneruskan haknya yang tertunda di tahun 1763 setelah kakaknya meninggalkan istana kala itu. Tahta Balambangan kemudian diper-wali-kan kepada pamannya, Gusti Dewa Kabakaba (1764-1767).
 
Pada tahun [[1767]], sekembalinyaSekembalinya dari Bali., WongPangeran Agung Wilis diangkatyang merupakan menjadiraja sah itu kemudian dikui sebagai penguasa Blambangan oleh [[VOC]].<ref name="smsb26" /><ref>Ali, Hasan. 2002. Sekilas Perang Puputan Bayu Sebagai Tonggak Sejarah Hari Jadi Banyuwangi. Banyuwangi</ref><ref name=smsb26>Samsubur.Syaratnya 2006.dia harus pula mengakui kekuasaan VOC di KerajaanBumi Blambangan. Banyuwangi.</ref>Pangeran IaAgung Wilis membiarkan dirinya diangkat oleh VOC karena telah merencanakan siasat untuk menarik simpati VOC dan jika pasukan telah terhimpun maka akan dilakukan perlawanan. IaDia memanfaatkan jabatannyakedudukannya ini untuk menjalin hubungan dengan para bekel ([[kepala desa]]) agar perannya dalam hal ini dirahasiakan dan memerintahkan agar pasukan segera dihimpun, serta memerintahkan agar penyerangan ke loji-loji Belanda dilakukan secara bertahap. <ref name="smsb26>Samsubur." 2006. Kerajaan Blambangan. Banyuwangi.</ref> Ia juga kerap melakukan penyamaran sebagai pemburu untuk mendistribusikan sejumlah uang Inggris dan senjata-senjata buatan [[Inggris]] kepada para pasukannya.<ref name="jkjdj83">JKJ. De Jonge. 1883. De Opkomst Van Het Nederlandsch Gesah Over-Java, ML van Deventer</ref>
 
Pada [[30 September]] [[1767]] ia mulai menghimpun kekuatan untuk melawan [[VOC]] yang mulai menduduki Blambangan. Silsilah keturunan yang dimilikinya mempermudah dalam penghimpunan kekuatan ini.<ref>Frederick, William dan Soeri Soeroto. 1982. Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum Dan Sesudah Revolusi. Jakarta : Penerbit LP3ES</ref> IaSelain daidukung orang-orang Balambangan sendiri, dia juga mendapat bantuan kekuatan dari orang-orang [[Inggris]] (yang memang bersaing dengan VOC dalam hal perdagangan di Jawa), orang [[CinaBali]], orang [[MaduraMelayu]], orang [[Bugis]], orang [[China]], dan orang [[BugisMadura]] yang tinggal di Blambangan. <ref name="jkjdj83>JKJ." De Jonge. 1883. De Opkomst Van Het Nederlandsch Gesah Over-Java, ML van Deventer</ref> Ia juga mendapat dukungan dari BupatiAdipati Malayakusuma (cucumenantu [[Untung Surapati]]) dari [[Malang]]<ref name="clkkk1>C." Lekkerker. 1923. Balambangan Indisch Gids II.</ref> dan dari [[Kerajaan Mengwi, dimana kerajaan tersebut mengutus perwakilannya yaitu Purbakara dan Mas Ularan]].<ref name="hb3mus>Basri," Hasan (Ed). 2006. Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan. Banyuwangi : Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi</ref>
 
=== Perang Wilis ===
Pada [[Oktober]] [[1767]], Wong Agung Wilis mengumpulkan pasukannya di [[Benculuk, Cluring, Banyuwangi|Ulupampang]]. Disana ia membagi wilayah pertempuran menjadi dua bagian. Sebagian dipimpin oleh Masputranya, RempegDalem (PangeranPuger Mas Jagapati)Surawijaya dan sebagian lagi dipimpin oleh WongPangeran Agung Wilis sendiri.<ref name=hb3mus>Basri, Hasan (Ed). 2006. Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan. Banyuwangi : Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi</ref>
 
Pihak VOC mendengar penghimpunan pasukan ini. Maka dari itu VOC melakukan beberapa langkah untuk meredam perlawanan. Gubernur Pantai Timur Jawa, Johannes Vos mengirim surat pada [[20 Oktober]] [[1767]] kepada Cakradiningrat[[Cakraningrat V]] (penguasa Madura) yang berisi permintaan bala bantuan pasukan ke Blambangan. Lalu datanglah 1000 orang dari laskar [[Madura]]-[[Bangkalan]], 200 orang Madura, 500 orang [[Probolinggo]] dan sejumlah tentara [[Eropa]] ke Blambangan dengan menempuh jalur darat.<ref name=smsb26>Samsubur. 2006. Kerajaan Blambangan. Banyuwangi.</ref> Sebelumnya, pada [[Maret]] [[1767]] dilakukan ekspedisi pertama pasukan gabungan VOC ke Blambangan. Selain menambah pasukan, VOC juga melakukan politik pecah belah (devide et impera) di Blambangan dengan membagi Blambangan menjadi dua bagian yakni Blambangan Timur yang dipimpin Bupati Mas Bagus Anom dan Patih Sutanegara dan Blambangan Barat yang dipimpin Bupati Mas Uno bersama Patih Wasengsari. Tujuan dari pemecahan ini adalah untuk mempermudah VOC untuk menangkap Wong Agung Wilis beserta pengikutnya dengan bantuan orang-orang pribumi.<ref name=jkjdj83>JKJ. De Jonge. 1883. De Opkomst Van Het Nederlandsch Gesah Over-Java, ML van Deventer</ref> Persiapan lain yang dilakukan VOC adalah mengamankan [[Selat Bali]] dari pengaruh [[Inggris]] dan [[Bali]] yang mendukung perlawanan Wong Agung Wilis.
 
Selain menambah pasukan, VOC juga melakukan politik pecah belah ([[Devide et impera]]) di Blambangan dengan membagi Blambangan menjadi dua bagian yakni Kabupaten Blambangan Timur yang dipimpin Bupati Mas Anom dan Patih Sutanegara dan Kabupaten Blambangan Barat yang dipimpin Bupati Mas Weka bersama Patih Wasengsari. Tujuan dari pemecahan ini adalah untuk mempermudah VOC untuk menangkap Pangeran Agung Wilis beserta pengikutnya dengan bantuan orang-orang pribumi.<ref name="jkjdj83" /> Persiapan lain yang dilakukan VOC adalah mengamankan [[Selat Bali]] dari pengaruh [[Inggris]] dan [[Bali]] yang mendukung perlawanan Pangeran Agung Wilis.
Perlawanan ini dimulai saat Wong Agung Wilis sebagai penguasa Blambangan mengabaikan perintah untuk menghadap Gubernur Johannes Vos untuk meberikan laporan tentang pendirian benteng di Banyualit dan menentang kehadiran VOC di Blambangan.<ref name=ims21>Sudjana, I Made. 2001. Nagari Tawang Madu Laresan Sejarah. Kuta Bali</ref> Maka seketika itu keluarlah perintah penangkapan Wong Agung Wilis yang dikomandoi oleh seorang komandan VOC bernama Adrianus van Rijke. Pada [[2 Maret]] [[1768]], saat akan memulai operasi penangkapan Wong Agung Wilis, van Rijke bersama pasukannya malah dikepung oleh pasukan Wong Agung Wilis di Benteng Banyualit. VOC dibuat pusing kembali dengan membelotnya penguasa boneka kembar Blambangan, Mas Anom dan Mas Weka dari VOC dan bergabung pada pihak Wong Agung Wilis.<ref name=hb3mus>Basri, Hasan (Ed). 2006. Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan. Banyuwangi : Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi</ref>
 
Perlawanan ini dimulai saat WongPangeran Agung Wilis sebagai penguasa Blambangan mengabaikan perintah untuk menghadap Gubernur Johannes Vos untuk meberikan laporan tentang pendirian benteng di Banyualit dan menentang kehadiran VOC di Blambangan.<ref name=ims21>Sudjana, I Made. 2001. Nagari Tawang Madu Laresan Sejarah. Kuta Bali</ref> Maka seketika itu keluarlah perintah penangkapan Wong[angeran Agung Wilis yang dikomandoi oleh seorang komandan VOC bernama Adrianus van Rijke. Pada [[2 Maret]] [[1768]], saat akan memulai operasi penangkapan WongPangeran Agung Wilis, van Rijke bersama pasukannya malah dikepung oleh pasukan WongPangeran Agung Wilis di Benteng Banyualit. VOC dibuat pusing kembali dengan membelotnya penguasa boneka kembar Blambangan, Mas Anom dan Mas Weka dari VOC dan bergabung pada pihak WongPangeran Agung Wilis.<ref name=hb3mus>Basri, Hasan (Ed). 2006. Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan. Banyuwangi : Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi</ref>
Pengepungan di Benteng Banyualit ini tidak bertahan lama karena kalahnya persenjataan pasukan Wong Agung Wilis yang hanya senjata-senjata lama buatan [[Inggris]] sedangkan pasukan VOC menggunakan meriam. Sebab lain Gagalnya perebutan Benteng Banyualit disebabkan oleh datangnya bala bantuan pasukan untuk VOC yang dipimpin oleh komandan J.E. Corp Everard A. Groen. Pasukan Wong Agung Wilis dapat dipukul mundur ke Ulupampang oleh pasukan VOC pimpinan Groen. Pada [[13 Mei]] [[1768]] VOC berhasil merebut Ulupampang dan menahan para pedagang [[Cina]] dan [[Bugis]] yang membantu perlawanan Wong Agung Wilis. Pasukan Wong Agung Wilis yang kehilangan sumber logistik mundur lagi hingga ke Kutha Lateng.<ref name=ims21>Sudjana, I Made. 2001. Nagari Tawang Madu Laresan Sejarah. Kuta Bali</ref> Pertempuran kemudian terjadi di sana pada [[18 Mei]] [[1768]] dan perlawanan ini secara total dapat dipatahkan oleh VOC. Kutha Lateng dibakar rata dan Wong Agung Wilis berhasil melarikan diri ke [[Blimbingsari, Rogojampi, Banyuwangi|Blimbingsari]].
 
Pengepungan di Benteng Banyualit ([[Blimbingsari, Banyuwangi]]) ini tidak bertahan lama karena kalahnya persenjataan pasukan WongPangeran Agung Wilis yang hanya senjata-senjata lama buatan [[Inggris]] sedangkan pasukan VOC menggunakan meriam. Sebab lain Gagalnya perebutan Benteng Banyualit disebabkan oleh datangnya bala bantuan pasukan untuk VOC yang dipimpin oleh komandan J.E. Corp Everard A. Groen. Pasukan WongPangeran Agung Wilis dapat dipukul mundur ke Ulupampang oleh pasukan VOC pimpinan Groen. Pada [[13 Mei]] [[1768]] VOC berhasil merebut Ulupampang dan menahan para pedagang China, [[CinaMelayu]] dan [[Bugis]] yang membantu perlawanan WongPangeran Agung Wilis. Pasukan WongPangeran Agung Wilis yang kehilangan sumber logistik mundur lagi hingga ke Kutha Lateng.<ref name=ims21>Sudjana, I Made. 2001. Nagari Tawang Madu Laresan Sejarah. Kuta Bali</ref> Pertempuran kemudian terjadi di sana pada [[18 Mei]] [[1768]] dan perlawanan ini secara total dapat dipatahkan oleh VOC. Kutha Lateng dibakar rata dan WongPangeran Agung Wilis berhasil melarikan dirimundur ke [[Blimbingsari, Rogojampi, Banyuwangi|Blimbingsari]].
 
== Akhir Perlawanan dan Kematian ==
Setelah perlawanan ini bisa dipatahkan oleh VOC, Mas Weka lalu memberitahukan tempat persembunyian WongPangeran Agung Wilis di Blimbingsari. Mas Weka memberitahukan hal ini dengan tujuan agar memperoleh pengampunan dari VOC dan bisa kembali menjadi penguasa Blambangan.
 
Akibat pengkhianatan Mas Weka ini WongPangeran Agung Wilis berhasil ditangkap dan diasingkan. Semula VOC merencanakan untuk mengasingkan Wong Agung Wilismengasingkannya ke [[Tanjung Harapan Baik]], [[Afrika Selatan]]. Namun dikarenakan pertimbangan biaya yang mahal akhirnya WongPangeran Agung Wilis beserta sekitar 22 pengkutnya termasuk Mas Weka, Mas Anom, Prabu Djaka dan Bupati Ngantang, Prabujaka (daerah di dekat [[Gunung Kelud]]) dikirim ke [[Pulau Banda]], [[Maluku]].<ref name=smsb26>Samsubur. 2006. Kerajaan Blambangan. Banyuwangi.</ref>
 
NamunBeberapa berkattahun bantuankemudian para pengikutnya dan masyarakat Pulau Banda yang bersimpati kepada WongPangeran Agung Wilis, ia akhirnya bisa lolos dari Penjara Rosingain (tempatnya diasingkan) dan lari ke [[Pulau Seram]] dan kemudian berlayar ke [[Bali]]. Sesampainya di Bali, ia tidakmeninggal melanjutkanpada [[1780]] perjuangankarena usia yang sangat lanjut. Meskipun keturunan-keturunan dan pengikut-pengikutnya (Seperti Pangeran Jagapati yang terkenal pada Perang Puputan Bayu dipada tahun [[1771]]-[[1773]]) tetap berjuang melawan VOC walau tidak berhasil. Ia meninggal di Mengwi pada [[1780]] karena usia yang sangat lanjut.<ref name=hb3mus>Basri, Hasan (Ed). 2006. Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan. Banyuwangi : Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi</ref>
 
== Referensi ==
* Wong Agung Wilis, Pahlawan Blambangan (1767-1780). Disusun oleh : Drs. Moh. Hadi Sundoro, Drs. Edy Burhan Arifin, S.U, Drs. Hasan Basri, Drs. Samsubur dan H. Slamet Utomo. Registrasi Perpustakaan Daerah Kabupaten Banyuwangi 0448 [[Klasifikasi Desimal Dewey|notasi Dewey]] 920.
* M. Hidayat Aji Ramawidi, ''Dari Balambangan Menjadi Banyuwangi'', 2022, ISBN 978-623-978-422-5
* https://balambangan.id/mengenal-kerajaan-blambangan/ (Mengenal Kerajaan Blambangan)
* https://balambangan.id/perjalanan-spiritual-pangeran-agung-wilis/
* {{en}} [http://aryphrase.blogspot.com/2014/04/early-life-of-wong-agung-wilis.html Kehidupan Awal Wong Agung Wilis]
{{reflist}}
 
{{Topik Banyuwangi}}
{{indo-bio-stub}}
 
[[Kategori:Kerajaan Blambangan]]
[[Kategori:Tokoh dari BanyuwangiBlambangan]]