Dosni Roha Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Added {{Tone}} tag ((つ◕౪◕)つ━☆゚.*・。゚✨) |
||
(24 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Tone|date=Desember 2024}}
{{Infobox_Company
| company_name = PT Dosni Roha Indonesia Tbk
Baris 21 ⟶ 22:
| num_employees = 1.725 (2021)<ref name=osz/>
| homepage = {{Official|dnr.id}}}}
'''PT Dosni Roha Indonesia Tbk''' adalah sebuah [[perusahaan publik]] di [[Indonesia]] ({{BEI|ZBRA}}) yang bergerak sebagai perusahaan [[investasi]], terutama di anak usahanya yang bergerak dalam bisnis [[distribusi]] dan [[logistik]] aneka produk, seperti [[farmasi]]. Berkantor pusat di Satrio Tower, Jl. Prof. Dr. Satrio, [[Jakarta Selatan]],<ref name=osz/> perusahaan ini telah beberapa kali mengganti nama dan bidang usaha yang digelutinya.
== Manajemen ==
* Komisaris Utama:
* Komisaris: Juliati Hadi
* Komisaris: Dwi Priyatno
Baris 41 ⟶ 42:
* PT Zebra Energy
* PT Infiniti Sentra Data
* PT
** PT Storesend
** PT DNR Logistik
*** PT Multi Transportasi Global
Baris 49 ⟶ 50:
==Sejarah==
===Perusahaan taksi===
Perusahaan ini didirikan pada 8 Januari 1987 dengan nama '''PT Zebra''', yang kemudian berganti menjadi '''PT Zebra Taxi''' pada 29 September 1987.<ref name=teksi>
Sebelumnya, sejak 26 Mei 1990, nama PT Zebra Taxi diganti menjadi '''PT Zebra Nusantara'''.<ref name=teksi/> Belakangan, bisnis taksi Zebra pun berkembang pesat, dengan menjadi salah satu perusahaan taksi utama di "Kota Pahlawan" tersebut,<
Pada awal 2000-an, meskipun diwarnai banyak pesaing baru, Zebra tetap mempertahankan posisinya sebagai ''market leader'' taksi di Surabaya dengan pangsa pasar 20-23%. Seiring peremajaan armada, armada taksinya yang berjumlah 1.500 unit mayoritas juga menjadi berbahan bakar BBG (lebih spesifiknya [[CNG]]), sebagai bentuk efisiensi.<
===Penurunan usaha dan perubahan fokus bisnis===
Akan tetapi, dalam perkembangannya memasuki pertengahan 2000-an, perusahaan ini mulai mengalami tekanan pada bisnis taksinya. Tercatat, pasca kenaikan harga bahan bakar di tahun 2005, kinerja perusahaan mulai menurun. Penurunan ini direfleksikan dalam harga sahamnya yang merosot sampai Rp 47, dan ancaman BEJ bahwa sahamnya bisa di-''delisting'' pada tahun 2010 jika tidak kunjung memperbaiki keadaannya. Sempat juga perusahaan ini disuspensi perdagangannya akibat tidak membayar biaya pencatatan reguler.<ref>[https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-798821/duh-nasib-emiten-di-bawah-gocap Duh! Nasib Emiten di Bawah Gocap]</ref> Belum lagi dengan adanya kasus [[lumpur Lapindo]] di [[Sidoarjo]], diakui manajemen membuat kinerjanya menurun, karena harga BBG yang naik akibat suplainya terganggu, adanya penutupan jalan sehingga waktu tempuh lebih lama, dan menurunnya produktivitas karyawan. Tekanan ini membuat perusahaan merugi, dari Rp 9,4 miliar pada 2006 dan Rp 8,2 miliar pada 2007 serta pendapatan menurun dari Rp 39,3 miliar menjadi Rp 27,4 miliar pada periode yang sama. Untuk mengatasinya, perusahaan mulai melakukan efisiensi, tidak melakukan penambahan armada baru dan berusaha memaksimalkan sarana yang ada demi menciptakan keuntungan.<
Usaha perbaikan lain pun dicanangkan, seperti mencari modal segar lewat penjualan atau penggadaian aset, upaya peremajaan armadanya (yang sudah merosot menjadi 380 unit) dan menambahnya menjadi 600 unit dengan [[sedan]] [[Proton]], upaya mengembangkan bisnis [[SPBU]] BBG, dan mengembangkan layanan transportasi antarkota dengan [[MPV]].<ref>[https://www.republika.co.id/berita/96859/zebra-nusantara-ganti-manajemen Zebra Nusantara Ganti Manajemen]</ref> Di tahun 2010 juga, dalam rangka pengembangan usaha BBG, aset BBG perusahaan telah dialihkan ke [[anak usaha]] PT Zebra Energi.<ref name=teksi/> Pada tahun 2011, perusahaan bersama pemegang sahamnya, PT Infiniti Wahana dan Shenzen Hashi Future Parking Equipment Co. menawarkan ke Pemprov [[DKI Jakarta]] untuk mengoperasikan teknologi baru ''[[Transit Elevated Bus|straddling bus]]'' bersistem [[bangun-guna-serah]] (BOT) sebagai pengganti [[monorel]] yang diharapkan akan selesai proyeknya pada tahun 2013 untuk rute [[Blok M]]-Kota.<ref>[https://metro.tempo.co/read/357894/bus-ngangkang-bisa-beroperasi-januari-2013 Bus 'Ngangkang' Bisa Beroperasi Januari 2013]</ref> Namun, sayangnya semakin lama, bisnis perusahaan ini pun makin menurun, ditunjukkan dengan makin merosotnya kualitas taksi Zebra di mata pelanggannya dan warga Surabaya. Armadanya nampak tua, kurang terawat, belum lagi ditambah kasus seperti pengemudi yang tidak profesional.<
Pada tahun 2014, armada taksi perusahaan sudah menurun menjadi 45 unit, ditambah anak usahanya taksi Garuda sebesar 47 unit.<
Akhirnya, pukulan telak didapatkan taksi Zebra ketika harus bersaing dengan maraknya taksi daring yang menjamur di berbagai kota-kota di Indonesia, termasuk Surabaya sejak pertengahan 2010-an. Penurunan
Meskipun demikian, masalah pun masih belum lepas dari perusahaan ini. Pada tahun 2017, perusahaan ini terlambat menyampaikan laporan keuangannya ke BEI, sehingga perdagangan sahamnya harus disuspensi sejak 3 Juli 2017.<ref>[https://market.bisnis.com/read/20180131/7/732648/belum-sampaikan-laporan-keuangan-bei-perpanjang-suspensi-5-emiten-ini Belum Sampaikan Laporan Keuangan, BEI Perpanjang Suspensi 5 Emiten Ini]</ref> Belakangan, memasuki tahun 2019, sahamnya tidak kunjung dicabut suspensinya, sehingga terancam akan di-''delisting'' oleh BEI karena sudah berlangsung dua tahun
===Akuisisi dan perubahan nama===
Di tengah stagnasi bisnis ZBRA tersebut, pada 9 Maret 2021, PT Trinity Healthcare membeli 51% saham PT Zebra Nusantara Tbk, yang dinaikkan menjadi 77,7% (bertambah 26,7%) pada 1 April 2021, menjadikannya pemegang saham mayoritas dan pengendali. Trinity membeli saham itu dari PT Infiniti Wahana dan PT Borneo Nusantara Capital.<
Diketahui kemudian Trinity adalah sebuah perusahaan perdagangan yang dimiliki oleh [[Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo]] (Rudy Tanoe), saudara pemilik raksasa media [[MNC Asia Holding|MNC Group]] [[Hary Tanoesoedibjo]].<ref name=kln/> Rudy lalu ditetapkan sebagai pengendali dan pengelola bisnis ZBRA pasca-akuisisi.<
Upaya ''backdoor listing'' dan pergantian kepemilikan ke Rudy Tanoe itu memang membawa efek positif bagi perusahaan ini. Dari pendapatan sebelumnya hanya Rp 14,7 miliar, kemudian naik tajam menjadi Rp 4,3 triliun, ditambah ekuitas yang menjadi positif dan kenaikan aset.<ref>[https://www.sinarmassekuritas.co.id/raup-rp3-8-triliun-sepanjang-tahun-2020-begini-laporan-keuangan-zebra-nusantara RAUP RP3,8 TRILIUN SEPANJANG TAHUN 2020, BEGINI LAPORAN KEUANGAN ZEBRA NUSANTARA]</ref> Penjualan di kuartal III 2021 juga naik dari Rp 8,8 miliar di periode yang sama tahun 2020 menjadi Rp 2,7 triliun.<
Kini, seiring perubahan itu, bisnis PT Dosni Roha Indonesia adalah distribusi yang dijalankan melalui anak usahanya, PT Dos Ni Roha.<
==Rujukan==
Baris 81 ⟶ 82:
== Pranala luar ==
* {{resmi}}
[[Kategori:
[[Kategori:
|