Suku Karo: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(104 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Short description|Indonesian ethnic group}}
{{referensi}}
{{Undue weight|date=Desember 2024}}
{{short description|Indonesian ethnic group}}
{{Bedakan|Suku Kao}}
{{kegunaan lain|Karo}}
{{Kegunaan lain|Karo}}
{{Contains special characters|special=[[Surat Batak]]}}
{{infobox ethnic group
|group = Orang Karo<br /><br />''Kalak Karo''<br />{{btk|ᯂᯞᯂ᯳ ᯆᯗᯂ᯳ ᯂᯒᯭ}}
|image = <table border=0 align="center" style="font-size:90%;">
<tr>
Baris 12 ⟶ 14:
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[M.Malem S.Sambat Kaban]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Tifatul Sembiring]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Anthony Sinisuka Ginting]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Tanta Ginting]]</small></td>
</tr>
Baris 54 ⟶ 56:
|rels = {{hlist|[[Protestanisme|Kristen Protestan]] (57.5%) <ref>{{Cite journal|last=Ginting|first=Ray Brema|date=2016|title=Kristen di Dataran Tinggi Karo Tahun 1890-1906|url=http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/17540|journal=Kristen di Dataran Tinggi Karo Tahun 1890-1906|language=id|publisher=Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara (RI-USU)}}</ref>|[[Islam]] (21,3%)<ref>{{Cite journal|last=Ginting|first=Dewi|date=2012-08-08|title=SEJARAH BERKEMBANGNYA AGAMA ISLAM DI TANAH KARO SUMATERA UTARA PADA TAHUN 1980- 2010|url=http://digilib.unimed.ac.id/17575/|journal=Ginting, Dewi (2012) SEJARAH BERKEMBANGNYA AGAMA ISLAM DI TANAH KARO SUMATERA UTARA PADA TAHUN 1980- 2010. Undergraduate thesis, UNIMED.|language=id|publisher=UNIMED}}</ref>|[[Katolik|Kristen Katolik]] (18,7%)<ref>{{Cite web|first=Ranika Br Ginting|date=Oktober 2014|title=Katolik di Tanah Karo: Kabanjahe, 1942-1970an|url=https://jurnal.ugm.ac.id/lembaran-sejarah/article/view/23810|website=jurnal.ugm.ac.id|publisher=Jurnal Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 2, Oktober 2014 {{!}} Mahasiswa S1 Jurusan Sejarah Universitas Gadjah Mada|access-date=}}</ref>|[[Agama Buddha|Buddha]] (1.4%)<ref>{{Cite journal|last=Rasmamana|first=Edi Putra|date=2016-09-03|title=PENYEBARAN AGAMA BUDDHA PADA MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN LANGKAT|url=http://digilib.unimed.ac.id/20042/|journal=Rasmamana, Edi Putra (2016) PENYEBARAN AGAMA BUDDHA PADA MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN LANGKAT. Undergraduate thesis, UNIMED.|language=id|publisher=UNIMED}}</ref><ref>{{cite book|title=Voice of Nature, Volumes 85-95|year=1990|publisher=Yayasan Indonesia Hijau|page=45}}</ref>|Lainnya (1.1%)
}}
|related = {{hlist|[[Suku Alas|Alas]]|[[Suku Singkil|Singkil]]|[[Suku Keluwat|Kluet]]|[[Suku Batak Pakpak|Batak Pakpak]]|[[Suku Batak Simalungun|Batak Simalungun]]|[[Suku Batak Toba|Batak Toba]]|[[Suku Melayu-Indonesia|Melayu]]}}
}}
 
'''Suku Karo''' ([[Surat Batak|''tulisen'' Karo]]: {{batk|ᯂᯒᯨ}}ᯂᯞᯂ᯳ atauᯆᯗᯂ᯳ {{btk|ᯂᯒᯭ}}, [[AlfabetAlih Latinaksara|Latintransliterasi]]: ''KaroKalak'') atauBatak Karo; lazim juga disebut sebagai '''[[Suku Batak|Batak Karo]]''' ([[Suratsaja) Batak|''tulisen''merupakan Karo]]:salah {{btk|ᯆᯗᯂ᯳satu ᯂᯒᯨ}} atau {{batk|ᯆᯗᯂ᯳ ᯂᯒᯭ}},kelompok [[AlfabetKelompok Latinetnik|Latinetnis]]: ''Batakyang Karo'')menyebar adalahdan menetap di [[Etnisitas|sukuTanah bangsaKaro]] atau kelompok etnik yang (mendiami wilayah [[Sumatra Utara]] dan sebagian [[Aceh]]; meliputi Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]], sebagian Kabupaten [[Kabupaten Aceh Tenggara|Aceh Tenggara]], sebagian [[Kabupaten Langkat|Langkat]] (Langkat Hulu), Sebagian [[Kabupaten Dairi|Dairi]], sebagian [[Kabupaten Simalungun|Simalungun]], dan sebagian [[Kabupaten Deli Serdang|Deli Serdang]], serta juga dapat ditemukan diKota [[kota Medan|Medan]], dan Kota [[Kota Binjai|Binjai]]). SukuEtnis ini merupakan salah satu sukuetnis terbesar di [[Sumatra Utara]]. Nama sukuetnis ini dijadikan sebagai nama salah satu Kabupatenkabupaten di Sumatra Utara, yaitu Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]]. SukuEtnis ini memiliki bahasa yang disebut [[Bahasabahasa Karo]] atau ''Cakapcakap Karo''. Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna [[merah]] serta [[hitam]] dan penuh dengan perhiasan [[emas]]. Konon, Kota [[Kota Medan|Medan]] didirikan oleh seorang tokoh Karo yang bernama [[Guru Patimpus|Guru Patimpus Sembiring Pelawi]].
 
== Sejarah dan etimologi ==
Suku Karo adalah sukuetnis yang mendiami dataran tinggi[[Tanah Karo,]] (meliputi Kabupaten [[KotaKabupaten MedanKaro|Karo]], Kabupaten [[KotaKabupaten BinjaiLangkat|Langkat]], Kabupaten [[Kabupaten LangkatDairi|Dairi]], Kabupaten [[Kabupaten DairiSimalungun|Simalungun]], Kabupaten [[Kabupaten Deli Serdang|Deli Serdang]], Kota [[KabupatenKota SimalungunMedan|Medan]], Kota [[Kota Binjai|Binjai]], dan Kabupaten [[Kabupaten Aceh Tenggara|Aceh Tenggara]]). SukuEtnis ini memiliki bahasa yang disebut [[bahasa Karo]] dan memiliki salam khas yaitu ''Mejuah-juah''. Adapun rumah tradisional masyarakat Karo atau yang dikenal dengan nama [[Siwaluh Jabu]] yang berarti rumah untuk delapan keluarga, yaitu rumah yang terdiri dari delapan bilik yang masing-masing bilik dihuni oleh satu keluarga. Tiap keluarga yang menghuni rumah itu memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan pola kekerabatan masing-masing.
 
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De bekende Karo-Batak schaker Si Narser met zijn vrouw Karolanden Noord-Sumatra TMnr 10005391.jpg|thumb|upright|Seorang Wanitawanita Karo mengenakan kain (''Gatip Ampar'') di atas bahunya dan anting-anting (''padung perak''), dan seorang Priapria Karo kemungkinan mengenakan ''Julu Berjongkit'' atau ''Ragi Santik'' sebagai penutup pinggul. Foto diambil di salah satu desa di Kabupaten Karo, sekitar tahun 1914-1919.]]SEJARAH SINGKAT MARGA-MARGA KARO
 
Dalam masyarakat Karo terdapat 5 (lima) kelompok besar Marga (merga- bhs Karo) yaitu marga : Karo Karo, Sembiring, Ginting, Perangin Angin dan Tarigan yang setiap kelompoknya mempunyai beberapa cabang atau sub-marga yaitu sebagai berikut :
 
'''KARO KARO'''
 
1. SEKALI, marga dan penghuni pertama Taneh Karo serta pendiri kampung Siberaya, Lau Gendek, dan Taneh Jawa.
 
2. KEMIT, saudara Karokaro Ujung.
 
3. SAMURA
 
4. SITEPU,
 
Marga Sitepu menurut legenda berasal dari Sihotang (Toba) kemudian pindah ke si Ogungogung, terus ke Beras Tepu, Naman, Beganding, dan Sukanalu. Merga Sitepu di Naman sebagian disebut juga dengan nama Sitepu Pande Besi, sedangkan Sitepu dari Toraja (Ndeskati) disebut Sitepu Badiken. Sitepu dari Suka Nalu menyebar ke Nambiki dan sekitar Sei Bingai. Demikian juga Sitepu Badiken menyebar ke daerah Langkat, seperti Kuta Tepu.
 
5. SINULINGGA
 
Marga Sinulingga berasal dari marga Lingga di Lingga Raja Suak Pegagan tanah Pakpak, di sana mereka telah menemui marga Munthe Pakpak. Sebagian dari marga Lingga telah berpindah ke tanah Karo sekarang dan mendirikan kampung Lingga dan menyandang marga Sinulingga. Marga ini juga terdapat di Gayo yang disebut dengan Linge.
 
6. SINURAYA
 
Marga Sinuraya berasal dari marga Angkat di Suak Keppas tanah Pakpak dan bersaudara dengan Sinuhaji keduanya lahir kembar. Marga ini mendirikan kampung Bunuraya dan Singgamanik. Sinuraya Bunuraya sebagian pindah ke Mulawari dan Sigenderang, sedang Sinuraya Singgamanik sebagian pindah ke Kandibata dan Jeraya.
 
7. SINUHAJI
 
Marga Sinuhaji, bersaudara dengan marga Sinuraya
 
8. SINUKABAN
 
Marga Sinukaban, mendiami kampung Kaban di Tanah Karo.
 
9. SURBAKTI
 
Marga Surbakti, membagi diri menjadi Surbakti dan Gajah. Merga ini juga kemudian sebagian menjadi marga Torong. Ada yang meyakini leluhur marga ini awalnya adalah marga Gajah di tanah Pakpak dan hal itulah yang melatarbelakangi keturunannya yang pindah ke tanah Karo mendirikan kampung bernama Gajah.
 
10. KACARIBU
 
Marga Kacaribu pecahan dari marga Sinulingga. Marga ini mendirikan kampung Kacaribu.
 
11. BARUS
 
Marga Barus, menurut cerita berasal dari Barus (Tapanuli Tengah). Nenek moyangnya Simbelang Pinggel (atau Simbelang Cuping) yang berarti si telinga lebar. Ia pergi mengungsi dari Barus akibat diusir oleh warga sekampungnya karena kawin sumbang (incest). Sebelum sampai ke tanah Karo, ia sempat singgah dan menetap di Kuta Usang dan dijadikan anak angkat oleh Manik Siketang. Dari sana ia lalu meneruskan perjalanan ke tanah Karo, daerah yang pertama ia masuki adalah Aji Nembah, salah seorang keturunannya diangkat saudara oleh merga Purba karena mengawini impal merga Purba yang disebut Piring-piringen Kalak Purba. Itulah sebabnya mereka sering pula disebut Suka Piring.
 
12. KABAN
 
Marga Kaban, pecahan dari marga Sinulingga. Mereka mendiami Bintang Meriah dan Pernantin.
 
13. SINUBULAN.
 
14. UJUNG
 
Marga Ujung dari marga Ujung di Suak Keppas tanah Pakpak,oleh Darwan-Darwin Prinst marga ini dianggap bersaudara dengan Karokaro Kemit, mereka mendirikan kampung Mulawari.
 
15. PURBA
 
Marga Purba dari marga Purba Pakpak di Kerajaan Purba yang berpusat di Pamatang Purba, Simalungun. Marga ini mendirikan Kabanjahe, Berastagi, Kandibata, Bandar Purba, Pancur Batu, dan Lau Cih. Marga ini membagi diri menjadi Purba Rumah Kaban Jahe dan Rumah Berastagi.
 
16. KETAREN
 
Marga Ketaren, dahulu merga Karo-Karo Purba memakai marga Karo-Karo Ketaren. Ini terbukti karena Penghulu Rumah Galoh di Kabanjahe, dahulu juga memakai marga Ketaren. Menurut budayawan Karo, M. Purba, dahulu yang memakai marga Purba adalah Pa Mbelgah. Nenek moyang merga Ketaren bernama Togan Raya dan Batu Maler (referensi K.E. Ketaren).
 
17. MANIK
 
MaRGA Manik, di Buluh Duri (Karo Baluren) berasal dari Manik Siketang di Suak Pegagan tanah Pakpak.
 
18. GURUSINGA.
 
19. TORONG
 
Marga Torong, pecahan marga Surbakti.
 
20. PAROKA
 
Marga Paroka, keturunan dari Kerajaan Sriwijaya.
 
21. BUKIT
 
 
'''SEMBIRING'''
 
GOLONGAN SIMANTANGKEN BIANG/ SINGOMBAK :
 
Golongan Simantangken Biang atau Singombak (yang mengharamkan makan daging anjing) yang berasal dari Hindu Tamil adalah kelompok marga Sembiring yang menghanyutkan abu-abu jenasah keluarganya yang telah meninggal dunia dalam perahu kecil melalui Lau Biang (Sungai Wampu). Adapun kelompok merga Sembiring Singombak tersebut adalah sebagai berikut:
 
1. MILALA
 
Marga Milala, berasal dari pegunungan Malayalam di India, mereka masuk ke tanah Karo melalui pantai timur dekat Teluk Haru. Di tanah Karo penyebarannya dimulai dari Beras Tepu. Nenek moyang mereka bernama Pagit pindah ke Sari Nembah. Merka umumnya tinggal di kampung-kampung Sari Nembah, Raja Berneh, Kidupen, Munte, Naman, dan lain-lain. Pecahan dari marga ini adalah Sembiring Pande Bayang.
 
2. TEKANG
 
Marga Tekang, berasal dari pegunungan Teykaman di India marga ini bersaudara dengan Sembiring Milala. Di Buah Raya, Sembiring Tekang ini juga menyebut dirinya Sembiring Milala. Kedekatan kedua merga ini juga terlihat dari nama Rurun anak-anak mereka. Rurun untuk merga Milala adalah Jemput (laki-laki di Sari Nembah) / Sukat (laki-laki di Beras Tepu) dan Tekang (wanita). Sementara Rurun Sembiring Tekang adalah Jambe (laki-laki) dan Gadong (perempuan). Kuta pantekennya adalah Kaban, merga ini tidak boleh kawin-mengawin dengan merga Sinulingga, dengan alasan ada perjanjian, karena anak merga Tekang diangkat anak oleh merga Sinulingga.
 
3. PELAWI
 
Marga Pelawi, berasal dari kerajaan Pallawa di India. Pusat kekuasaan merga Pelawi di wilayah Karo dahulu di Bekancan. Di Bekancan terdapat seorang Raja, yaitu Sierkilep Ngalehi, menurut cerita, daerahnya sampai ke tepi laut di Berandan, seperti Titi Pelawi dan Lau Pelawi. Di masa penjajahan Belanda daerah Bekancan ini masuk wilayah Pengulu Bale Nambiki. Kampung-kampung merga Sembiring Pelawi adalah Ajijahe, Kandibata, Perbesi, Perbaji, Bekancan, dan lain-lain.
 
4. DEPARI
 
Marga Depari, saudara dari Pelawi. Menurut cerita menyebar dari Seberaya, Perbesi sampai ke Bekancan (Langkat). Mereka ini masuk ke dalam Sembiring Singombak, di tanah Karo nama kecil (Gelar Rurun) anak laki-laki disebut Kancan, yang perempuan disebut Tajak. Sembiring Depari kemudian pecah menjadi Sembiring Busuk. Sembiring Busuk ini terjadi baru tiga generasi yang lalu. Sembiring Busuk terdapat di Lau Perimbon dan Bekancan.
 
5. BUSUK
 
Marga Busuk, saudara dari Pelawi, Bunuh Aji, dan Depari.
 
6. BUNUH AJI
 
Marga Bunuh Aji, saudara dari Pelawi, Depari, dan Busuk. Marga ini
 
terdapat di Kuta Tengah dan Beganding.
 
7. MUHAM
 
Marga Muham, marga ini juga berasal dari India, dalam banyak praktek kehidupan sehari-hari merga ini sembuyak dengan Sembiring Brahmana, Guru Kinayan, Colia, dan Pandia. Mereka inilah yang disebut Sembiring Lima Bersaudara dan itulah asal kata nama kampung Limang. Menurut ahli sejarah Karo. Pogo Muham, nama Muham ini lahir, ketika diadakan Pekewaluh di Seberaya karena perahunya selalu berdempet (Muham).
 
8. PANDEBAYANG
 
Marga Pandebayang, pecahan dari Sembiring Milala.
 
9. BRAHMANA
 
Marga Brahmana, menurut cerita lisan Karo, nenek moyang merga Berahmana ini adalah seorang keturunan India yang bernama Megit dan pertama kali tinggal di Talun Kaban. Anak-anak dari Megit adalah, Mecu Brahmana yang keturunannya menyebar ke Bulan Julu, Namo Cekala, dan Kaban Jahe. Mbulan Brahmana menjadi cikal bakal kesain Rumah Mbulan Tandok Kabanjahe yang keturunannya kemudian pindah ke Guru Kinayan dan keturunannya menjadi Sembiring Guru Kinayan. Di desa Guru Kinayan ini merga Brahmana memperoleh banyak sekali keturunan. Dari Guru Kinayan, sebagian keturunananya kemudian pindah ke Perbesi dan dari Perbesi kemudian pindah ke Limang.
 
10. PANDIA
 
Marga Pandia, berasal dari kerajaan Pandia di India dan bersaudara dengan Sembiring Berahmana, Muham, Colia dan Guru Kinayan. Dewasa ini mereka umumnya tinggal di Payung.
 
11. COLIA
 
Marga Colia, keturunan Raja Chola saat melakukan penaklukan ke Sriwijaya, Panai, dan Nagur. Marga ini mendirikan kamppung Kubu Colia. Kalau di Simalungun dikenal dengan Damanik Sola.
 
12. GURUKINAYAN
 
Marga GuruKinayan, saudara dari Colia dan Pandia. Marga ini terbentuk di Guru Kinayan, yakni ketika salah seorang keturunan dari Mbulan Berahmana menemukan pokok bambo bertulis (Buloh Kanayan Ersurat). Daun bambu itu bertuliskan aksara Karo yang berisi obat-obatan. Di kampung itu menurut cerita dia mengajar ilmu silat (Mayan) dan dari situlah asal kata Guru Kinayan (Guru Ermayan). Keturunannya kemudian menjadi Sembiring GuruKinayan.
 
13. SINUKAPUR
 
MARGA Sinukapur, berasal dari keturunan marga Kapoor dari bangsa Tamil. Marga ini tinggal di Pertumbuken, Sidikalang, dan Sarintonu.
 
14. KELING
 
Marga Keling, menurut cerita lisan Karo mengatakan, bahwa Sembiring Keling telah menipu Raja Aceh dengan mempersembahkan  seekor Gajah Putih. Untuk itu Sembiring Keling telah mencat seekor kerbau dengan tepung beras. Akan tetapi naas, hujan turun dan lunturlah tepung beras itu, karenanya terpaksalah Sembiring Keling bersembunyi dan melarikan diri. Sembiring Keling sekarang ada di Raja Berneh dan Juhar.
 
GOLONGAN SI MAN BIANG :
 
Golongan Si Man Biang (yang menghalalkan makan daging anjing), menurut Pustaka Kembaren, asal-usul merga ini terdiri dari Kuala Ayer Batu, kemudian pindah ke Pagaruyung terus ke Bangko di Jambi dan selanjutnya ke Kutungkuhen di Alas. Nenek moyang mereka bernama Kenca Tampe Kuala, berangkat bersama rakyatnya menaiki perahu dengan membawa pisau kerajaan bernama Pisau Bala Bari. Keturunannya kemudian mendirikan kampung Silalahi, Paropo, Tumba dan Martogan. Dari sana kemudian menyebar ke Liang Melas, seperti Kuta Mbelin, Sampe Raya, Pola Tebu, Ujong Deleng, Negerijahe, Gunong Meriah, Longlong, Tanjong Merahe, Rih Tengah dan lain-lain. Merga ini juga tersebar luas di Kab. Langkat seperti Lau Damak, Batu Erjong-Jong, Sapo Padang, Sijagat, dll.
 
15. SINULAKI
 
Marga Sinulaki, marga ini berasal dari Silalahi. Marga ini di Toba masuk ke dalam kelompok marga Si Pitu Turpuk yang meliputi Loho Raja (Sihaloho), Tungkir Raja (Situngkir), Batu Raja (Pintu Batu), Sondi Raja (Ruma Sondi), Debang Raja (Sidebang), Bariba Raja (Sinabariba), dan Butar Raja (Sinabutar).
 
16. SINUPAYUNG
 
Marga Sinupayung, marga ini juga ada di Simalungun yang dikenal dengan Sipayung dan di Alas jadi Sepayung. Di tanah Karo, mereka mendiami Juma Raja dan Negeri.
 
17. KELOKO
 
Marga Keloko, marga ini di Pakpak disebut Kaloko, di Toba disebut Sihaloho dan di Simalungun Haloho. Di tanah Karo marga ini tinggal di Rumah Tualang, sebuah desa yang sudah ditinggalkan antar Pola Tebu dengan Sampe Raya. Merga ini sekarang terbanyak tinggal di Pergendangen, beberapa keluarga di Buah Raya dan Limang.
 
18. KEMBAREN
 
Marga Kembaren sama dengan marga Keloko yang bersaudara dengan Sinulaki dan Sinupayung.
 
19. MAHA
 
Marga Maha berasal dari marga Maha di Tanah Pakpak yang bersaudara dengan marga Sambo dan Pardosi.
 
'''GINTING'''
 
Di Suak Kelasen, Tanah Pakpak, terdapat sejumlah marga seperti Kesogihen atau Hasugian, Berasa, dan Bako. Ketiga marga ini kemudian berpindah ke Samosir, lalu menjalin persaudaraan dengan marga Simarmata, terus ke Sitinjo dan kemudian ke Guru Benua, di sana kelima marga ini melahirkan marga Suka, Jadibata, Guru Patih, Bukit, dan Ajar Tambun, di kemudian hari kelompok marga ini dikenal dengan Siwah Sada Ginting. Berikut nama-nama mereka:
 
1. SUKA
 
2. SUGIHEN
 
Marga Sugihen, keturunan marga Kesogihen atau Hasugian di Suak Kelasen tanah Pakpak dan di Alas juga disebut Sugihen.
 
3. JANDIBATA
 
4. GARAMATA, keturunan marga Simarmata dari Toba.
 
5. GURU PATIH
 
6. BUKIT
 
7. BERAS
 
Marga Beras, keturunan marga Berasa dari tanah Pakpak.
 
8. AJAR TAMBUN
 
9. BABO
 
Marga Babo, keturunan marga Bako dari tanah Pakpak
 
Kesembilan orang merga Ginting ini mempunyai seorang saudara perempuan bernama Bembem br Ginting, yang menurut legenda tenggelam ke dalam tanah ketika sedang menari di Tiga Bembem atau sekarang Tiga Sukarame, Kecamatan Munte.
 
10. PASE
 
Marga Pase, berasal dari Kerajaan Samudera Pasai. Sedang menurut cerita lisan Karo, Ginting Pase dulunya mempunyai kerajaan di Pase dekat Sari Nembah sekarang. Konon anak perempuan (puteri) Raja Pase dijual oleh bengkila (pamannya) ke Aceh dan itulah cerita cikal bakal kerajaan Samudera Pasai di Aceh.
 
11. MANIK
 
Marga Manik, berasal dari marga Manihuruk di Tongging keturunan dari Nai Ambaton. Dari Tongging mereka menyebar ke Aji Nembah, ke Munthe, dan Kuta Bangun.
 
12. MUNTHE
 
Marga Munthe, berasal dari marga Tamba keturunan Nai Ambaton di Toba. Sedang menurut cerita lisan Karo, marga ini berasal dari Tongging, kemudian ke Becih dan Kuta Sanggar serta kemudian ke Aji Nembah dan terakhir ke Munthe. Sebagian dari merga Ginting Munthe telah pergi ke Toba (Neumann 1972 : 10), kemudian sebagian dari merga Munthe dari Toba ini kembali lagi ke Karo. Ginting Muthe di Kuala pecah menjadi Ginting Tampune.
 
13. TAMPUNE
 
Marga Tampune, pecahan marga Munthe di Kuala.
 
14. JAWAK
 
Marga Jawak, berasal dari marga Saragih Sidajawak di Simalungun, saudara mereka di Toba adalah marga Sijabat. Marga ini hanya sedikit saja di tanah Karo.
 
15. SERAGIH
 
Marga Seragih, keturunan dari seorang penjual kuda bermarga Saragih dari Simalungun. Marga ini ditemukan di sekitar Namo Pecawir, Perteguhen, Juma Raja, Surbakti, dan Lingga Julu.
 
16. TUMANGGER
 
Marga Tumangger, berasal dari marga Tumangger atau Tumanggor dari Suak Kelasen tanah Pakpak. Di tanah Pakpak, marga ini bersaudara dengan marga Maharaja, Tinambunan, Pinayungan, Turuten, dan Anak Ampun yang disebut dengan Si Enem koden.
 
17. CAPAH
 
Marga Capah, berasal dari marga Capah di Suak Keppas tanah Pakpak. Di tanah Pakpak, marga ini bersaudara dengan marga Ujung, Angkat, Kudadiri, Bintang, Sinamo, dan Gajah Manik yang merupakan keturunan dari Raja Pako di Naga Jambe raja Sicikecike.
 
18. SINUSINGA
 
Marga Sinusinga, pecahan marga Manik di kampung Singa.
 
'''PERANGIN ANGIN'''
 
1. SUKATENDEL
 
Marga Perangin Angin Sukatendel, datang dari Simalungun, menurut cerita lisan leluhur marga ini dahulu menguasai daerah Pamatang Siantar hingga ke Binjai. Kemudian bergerak ke arah pegunungan dan sampai di Sukatendel. Dari marga ini lahir Peranginangin Kuta Buluh, Jinabun, dan Jambur Beringin.
 
2. KUTABULUH
 
Marga Perangin Angin Kuta Buluh, marga ini mendiami kampung Kuta Buloh, Buah Raja, Kuta Talah (sudah mati), dan Kuta Buloh Gugong serta sebagian ke Tanjung Pura (Langkat) dan menjadi Melayu.
 
3. JINABUNG
 
Marga Perangin Angin Jinabun, marga ini juga mendirikan kampung Jinabun. Ada cerita yang mengatakan mereka berasal dari keturunan nahkoda (pelaut) yang dalam bahasa Karo disebut Anak Koda Pelayar. Di kampung ini sampai sekarang masih ada hutan (kerangen) bernama Koda Pelayar, tempat pertama nahkoda tersebut tinggal.
 
4. JAMBUR BERINGEN
 
Marga Perangin Angin Jambur Beringen, marga ini mendirikan, kampung-kampung, Lau Buloh, Mburidi, dan Belingking. Sebagian menyebar ke Langkat mendirikan kampung Kaperas, Bahorok, dan lain-lain.
 
5. BANGUN
 
Bangun, berasal dari marga Damanik di kampung Bangun, dekat Kota Pematang Siantar, Simalungun. Alkisah Peranginangin Bangun dari Pematang Siantar datang ke Bangun Mulia. Disana mereka telah menemui Peranginangin Mano. Di Bangun Mulia terjadi suatu peristiwa yang dihubungkan dengan Guru Pak-pak Pertandang Pitu Sedalanen. Di mana dikatakan Guru Pak-pak menyihir (sakat) kampung Bangun Mulia sehingga rumah-rumah saling berantuk (ersepah), kutu anjing (kutu biang) mejadi sebesar anak babi. Mungkin pada waktu itu terjadi gempa bumi di kampung itu. Akibatnya penduduk Bangun Mulia pindah. Dari Bangun Mulia mereka pindah ke Tanah Lima Senina, yaitu Batu Karang, Jandi Meriah, Selandi, Tapak, Kuda dan Penampen. Bangun Penampen ini kemudian mendirikan kampung di Tanjung. Di Batu Karang, merga ini telah menemukan merga Menjerang dan sampai sekarang silaan di Batu Karang bernama Sigenderang. Marga ini pecah jadi Beliter dan Keliat. Di kemudian hari sebagian keturunan Sinaga Simanjorang yang pindah ke tanah Karo juga berafiliasi dengan marga Bangun.
 
6. KELIAT
 
Marga Keliat, menurut budayawan Karo, Paulus Keliat, merga Keliat merupakan pecahan dari rumah Mbelin di Batu Karang. Merga ini pernah memangku kerajaan di Barus Jahe, sehingga sering juga disebut Keliat Sibayak Barus Jahe.
 
7. BELITER
 
Marga Beliter, di dekat Nambiki (Langkat), ada satu kampung bernama Beliter dan penduduknya menamakan diri Peranginangin Beliter. Menurut cerita, mereka berasal dari merga Bangun. Di daerah Kuta Buluh dahulu juga ada kampung bernama Beliter tetapi tidak ditemukan hubungan anatara kedua nama kampung tersebut. Penduduk kampung itu di sana juga disebut Peranginangin Beliter.
 
8. PENCAWAN
 
Marga Pencawan, nama Pencawan berasal dari Tawan, ini berkaitan dengan adanya perang urung dan kebiasaan menawan orang pada waktu itu. Mereka pada waktu itu sering melakukan penawanan-penawanan dan akhirnya disebut Pincawan.
 
9. NAMOHAJI.
 
10. LIMBENG
 
Marga Limbeng, berasal dari marga Limbong di Toba dan di Pakpak disebut dengan Lembeng. Marga ini ditemukan di sekitar Pancur Batu.
 
11. SINURAT
 
Marga Sinurat, menurut cerita yang dikemukakan oleh budayawan Karo bermarga Sinurat seperti Karang dan Dautta, merga ini berasal dari Peranginangin Kuta Buluh. Ibunya beru Sinulingga, dari Lingga bercerai dengan ayahnya lalu kawin dengan merga Pincawan. Sinurat dibawa ke Perbesi menjadi juru tulis merga Pincawan (Sinurat). Kemudian merga Pincawan khawatir merga Sinurat akan menjadi Raja di Perbesi, lalu mengusirnya. Pergi dari Perbesi, ia mendirikan kampung dekat Limang dan diberi nama sesuai perladangan mereka di Kuta Buloh, yakni Kerenda.
 
12. SEBAYANG
 
Marga Sebayang, nenek Moyang marga ini bernama Raja Lambing Solin, yang datang dari Natam di Suak Simsim tanah Pakpak yang pindah ke Perbesi dan kemudian mendirikan kampung Kuala, Kuta Gerat, Pertumbuken, Tiga Binanga, Gunung, Besadi (Langkat), dan lain-lain. Merga Sebayang juga terdapat di Gayo/Alas. Saudara mereka di tanah Alas adalah marga Selian.
 
13. PINEM
 
Marga Pinem, keturunan Raja Enggang Solin saudara kandung dari Raja Lambing. Kampung asalnya yaitu Tanah Pinem. Sebagian keturunan Sinaga Simanjorang yang pindah ke tanah Karo ada juga yang menyatu dengan marga Pinem.
 
14. BENJERANG
 
Marga Benjerang, berasal dari marga Sinaga Simanjorang di Simalungun, di tanah Pakpak juga dikenal dengan Menjerang dan masuk ke tanah Karo melalui Sikodonkodon.
 
15. KACINAMBUN
 
Marga Kacinambun, berasal dari marga Sinaga Simanjorang, marga ini datang melalui Sikodon-Kodon.
 
16. SINGARIMBUN
 
Marga Singarimbun, menurut cerita budayawati Karo, Seh Ate br Brahmana, marga ini berasal dari kampung Simarimbun di Simalungun. Ia pindah dari sana berhubung berkelahi dengan saudaranya. Singarimbun kalah adu ilmu dengan saudaranya tersebut lalu sampailah ia di Tanjung Rimbun (Tanjung Pulo) sekarang. Disana ia menjadi gembala dan kemudian menyebar ke Temburun, Mardingding, dan Tiga Nderket.
 
17. LAKSA
 
Marga Laksa, menurut cerita datang dari Tanah Pinem dan kemudian menetap di Juhar. Di Dairi terdapat kampung bernama Laksa.
 
18. MANO
 
Marga Mano, marga ini tadinya berdiam di Bangun Mulia. Namun, Peranginangin Mano sekarang berdiam di Gunung.
 
19. PENGGARUNG
 
Marga Penggarun, penggarun berarti mengaduk, biasanya untuk mengaduk nila (suka/telep) guna membuat kain tradisional suku Karo.
 
20. PERASIH
 
Marga Perasih, menurut budayawan Karo Paulus Keliat, merga ini berasal dari Aceh, dan disahkan menjadi Peranginangin ketika orang tuanya menjadi Pergajahen di Sibiru-biru.
 
21. JAB
 
Marga Jab, keturunan pasukan Majapahit saat melakukan ekspedisi ke Sumatera Timur.
 
22. UWIR
 
23. TANJUNG
 
24. ULUNJANDI
 
25. PERBESI
 
 
'''TARIGAN'''
 
1. TAMBAK
 
Marga Tambak, menurut naskah kuno Partingkian Bandar Hanopan yang pernah diterjemahkan oleh taalambtenaar (ahli bahasa) Belanda Dr. Petrus Voorhoeve, leluhur marga ini bernama Jigou yang datang dari Pagaruyung kemudian merantau ke Simalungun dan menjadi Pangulu Tambak Bawang. Keturunannya bernama Tuan Sindar Lela kemudian mendapat tempat di Kerajaan Silou dan menjabat sebagai Raja Goraha Silou atas bantuan Puteri Hijau. Ia memiliki 2 orang putera yaitu Tuan Toriti yang pindah ke Silou Buntu dan mendirikan partuanon di sana, keturunannya disebut dengan Purba Tambak Tualang. Sementara adiknya Tuan Timbangan Raja mendirikan Partuanon Silou Dunia. Di kemudian hari 2 orang putera Tuan Timbangan Raja bersengketa, yaitu Raja Rubun pindah ke Dolog Masihol, di mana pasca runtuhnya Kerajaan Silou akibat perang saudara, keturunannya kemudian mendirikan Kerajaan Dolog Silou yang menggunakan marga Purba Tambak Lombang. Sedang adiknya Tuan Suha Bolak pindah ke sekitar Tiga Runggu dan mendirikan Huta Suha Bolak yang kemudian menjadi cikal bakal Kerajaan Panei dan memakai marga Purba Sidasuha. Keturunan Purba Tambak yang menyebar ke tanah Karo menjadi Tarigan Tambak yang kemudian terbagi lagi menjadi Tarigan Tambak Pekan dan Cingkes. Di tanah Karo, marga ini mendiami daerah daerah Kebayaken dan Sukanalu.
 
2. T U A
 
Marga Tua, berasal dari Purba Tua di Silimakuta, Simalungun. Marga ini merupakan saudara dari Purba Tanjung di Sipinggan, simpang Haranggaol. Sebagian keturunannya meyakini leluhur marga ini adalah Purba Tambak. Sebagian keturunannya pindah ke tanah Karo menjadi Tarigan Tua.
 
3. SILANGIT
 
Marga Silangit, berasal dari Purba Silangit pendiri kampung Sinembah dan Gunung Mariah. Menurut cerita lisan di Simalungun, leluhur marga ini awalnya berdiam di sekitar Dolog Tinggi Raja. Akibat bencana alam daerah mereka porak poranda yang mengakibatkan keturunannya menyebar ke sejumlah daerah seperti Gunung Mariah, Sinombah, Dolog Silou, Silou Kahean, Raya, dan tanah Karo. Di tanah Karo mereka menjadi Tarigan Silangit.
 
4. TENDANG
 
Marga Tendang, berasal dari Purba Tondang di Huta Tanoh, Simalungun dan saudara dari Purba Tambun Saribu. Sebagian keturunannya meyakini leluhurnya berasal dari Purba Parhorbo di Humbang (Toba).
 
5. TAMBUN
 
Marga Tambun, berasal dari Purba Tambun Saribu di Harangan Silombu dan Binangara, Simalungun. Marga ini bersaudara dengan Purba Tondang yang menurut sebagian keturunannya meyakini leluhur mereka berasal dari Purba Parhorbo di Humbang (Toba).
 
6. GERNENG
 
Marga Gerneng, berasal dari Purba Sigumondrong di Lokkung yang kemudian menyebar ke Cingkes, Marubun, Togur, dan Raya, Simalungun. Marga ini merupakan keturunan dari Purba Tambak yang lahir dari boru Simarmata. Keturunannya yang pindah ke tanah Karo beralih menjadi Tarigan Gerneng.
 
7. PURBA CEKALA / TARIGAN PURBA
 
Marga Purba Cekala atau Tarigan Purba, berasal dari Purba Sihala di Purba Hinalang, Simalungun pecahan dari Purba Pakpak. Marga ini mendiami Cingkes dan Tanjung Purba.
 
8. SIBERO
 
Marga Sibero, marga ini datang dari Purba Sigulang Batu di Humbang (Toba) lalu pindah ke Tungtung Batu, sebagian keturunannya merantau ke Juhar menjadi Tarigan Sibero dan di Simalungun menjadi Purba Siboro dan di Tanah Gayo menjadi Ceberou. Di Juhar, marga ini membagi diri menjadi Tarigan Sibayak dan Tarigan Jambor Lateng. Tarigan Sebayak mempunyai nama rurun Batu (laki-laki) dan Pagit (perempuan). Sementara nama rurun Tarigan Jambor Lateng adalah Lumbung (laki-laki) dan Tarik (perempuan). Kemudian datang pulalah Tarigan Rumah Jahe dengan nama rurun Kawas (laki-laki) dan Dombat (wanita). Marga ini menyebar mendiami daerah Juhar, Kuta Raja, Keriahen, Munte, Tanjung Beringen, Selakar, dan Lingga.
 
9. GERSANG
 
arga Gersang, marga ini bersaudara dengan Siboro yang sama-sama datang dari Purba Sigulang Batu lalu merantau ke Bukit Lehu dan menikah dengan beru Manik puteri dari Raja Mandida Manik di Suak Pegagan. Salah seorang keturunannya ada yang memiliki keahlian meramu obat sehingga dikenal juga dengan sebutan Datu Parulas dan menyumpit burung yang juga digelari dengan Pangultop. Dalam perburuannya ia sampai ke Naga Mariah tanah ulayat marga Sinaga, di mana pada masa itu Tuan Naga Mariah tengah mendapat ancaman dari musuh yang datang dari Kerajaan Siantar, berkat bantuan si Girsang musuh dari Siantar dapat diatas. Atas jasanya, Tuan Naga Mariah kemudian menikahkannya dengan puterinya dan menyerahkan kekuasaan padanya. Adapun penduduk asli tempat itu yaitu marga Sinaga banyak yang mengungsi ke Batu Karang dan menjadi marga Peranginangin Bangun. Di tempat itu, Si Girsang kemudian mendirikan kampung Naga Saribu sebagai ibukota Kerajaan Silima Huta dengan menggabungkan lima kampung yaitu Rakutbesi, Dolog Panribuan, Saribu Jandi, Mardingding, dan Nagamariah. Marga ini terbagi lagi menjadi Girsang Jabu Bolon, Girsang Na Godang, Girsang Parhara, Girsang Rumah Parik, dan Girsang Rumah Bolon. Sebagian keturunannya pindah ke tanah Karo menjadi Tarigan Gersang. Adapun keturunan Purba Silangit ada juga yang menggabungkan diri dengan marga ini yang disebut dengan Girsang Silangit.
 
10. TEGUR
 
Marga Tegur, pecahan Purba Tambak atau Purba Sigumondrong yang berasal dari Huta Togur di Dolog Silou. Marga ini mendiami daerah Suka.
 
11. CINGKES
 
Marga Cingkes, pecahan Tarigan Tambak di Cingkes (Tingkos) di Dolog Silou.
 
12. SAHING
 
Marga Sahing, pecahan Tarigan Girsang dari Huta Saing di Dolog Silou. Di tanah Karo marga ini mendirikan kampung Sinaman.
 
13. PEKAN
 
Marga Pekan, pecahan Tarigan Tambak. Di tanah Karo, marga ini mendiami daerah Sukanalu dan Namo Enggang.
 
14. GANAGANA
 
Marga Ganagana, marga ini ditemukan di sekitar Batu Karang.
 
15. BONDONG
 
Marga Bondong, marga ini banyak ditemukan di Lingga.
 
16. JAMPANG
 
Marga Jampang, marga ini mendiami daerah Pergendangen.
 
17. KERENDEM
 
Marga Kerendam, menurut Brahma Putro adalah pecahan dari Tarigan Tua, marga ini pindah ke Kuala Pulo Berayan dan salah seorang keturunannya yang bernama Si Nuan Kata pindah ke Siak dan menjadi Sultan disana.
 
''sumber'' :
 
1. Brahma Putro, Karo Dari Zaman Ke Zaman
 
2. Darwan-Darwin Prinst, Kebudayaan Karo
 
3. Pustaka Alim Kembaren
 
4. J.H. Neumann: Batak-Karo Stammen
 
5. Keputusan Kongres Kebudayaan Karo, 3 Desember 1995
 
6. Naskah Kuno Partingkian Bandar Hanopan
 
== Wilayah Karo ==
Baris 479 ⟶ 73:
| header = [[Siwaluh Jabu]] <br> (Rumah tradisional masyarakat Karo)
| image1 = COLLECTIE TROPENMUSEUM Het wooncomplex van Pa Mbelga met schedelhuis (geriten) en duiventil te Kabandjahe TMnr 60038147.jpg
| caption1 = Siwaluh Jabu tempo dulu di [[Kabanjahe, Karo|Kabanjahe]].
| image2 = Batak Karo House at Dokan Village (01).jpg
| caption2 = Siwaluh Jabu di Desa [[Dokan, Merek, Karo|Desa Dokan]].
}}
 
Sering terjadi kekeliruan dalam percakapan sehari-hari dimana wilayah Karo hanya diidentikkan dengan Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]]. Padahal, ''Taneh Karo'' ([[Tanah Karo]] (''Taneh Karo'') jauh lebih luas daripada Kabupaten Karo meliputi:
 
=== Kabupaten Karo ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM 'Karolanden. Si Garang Garang links een bamboe dakladder op den achtergrond de Sinaboeng.' TMnr 10017210.jpg|jmpl|200px|Tanah Karo (1917).]]
Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]] terletak di dataran tinggi Karo. Wilayah yang terkenal di kabupaten ini adalah [[Berastagi, Karo|Berastagi]] dan [[Kabanjahe, Karo|Kabanjahe]]. Berastagi merupakan salah satu kota turis di [[Sumatra Utara]] yang sangat terkenal dengan produk pertaniannya yang unggul. Salah satunya adalah buah jeruk dan produk minuman yang terkenal, jus markisa. Mayoritas suku Karo bermukim di daerah pegunungan ini, tepatnya di daerah [[Gunung Sinabung]] dan [[Gunung Sibayak]] yang sering disebut sebagai atau "[[Tanah Karo|Taneh Karo]] Simalem". Banyak keunikan-keunikan terdapat pada masyarakat Karo, baik dari geografis, alam, maupun bentuk masakan. Masakan Karo, salah satu yang unik adalah ''trites''. Trites ini disajikan pada saat pesta budaya, seperti pesta pernikahan, pesta memasuki rumah baru, dan pesta tahunan yang dinamakan -kerja tahun-. Trites ini bahannya diambil dari isi lambung sapi/kerbau, yang belum dikeluarkan sebagai kotoran. Bahan inilah yang diolah sedemikian rupa dicampur dengan bahan rempah-rempah sehingga aroma tajam pada isi lambung berkurang dan dapat dinikmati. Masakan ini merupakan makanan istimewa yang di suguhkan kepada yang dihormati.
 
=== Kota Medan ===
 
Pendiri Kota [[Kota Medan|Medan]] adalah seorang putra Karo yaitu [[Guru Patimpus|Guru Patimpus Sembiring Pelawi]]. Sebagian sejarawan dan pemerhati budaya juga memercayai bahwa asal mula nama Kota Medan berasal dari bahasa [[bahasa Karo|Karo]], "''madan''" yang berarti "obat". Namun pendapat ini masih menjadi pro dan kontra karena terdapat beberapa versi mengenai asal mula nama Medan.
 
=== Kota Binjai ===
Kota [[Kota Binjai|Binjai]] merupakan daerah yang memiliki interaksi paling kuat dengan Kota [[Kota Medan|Medan]] disebabkan oleh jaraknya yang relatif sangat dekat dari Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi [[Sumatra Utara|Provinsi Sumatra Utara]]. Nama "Binjai" juga dipercaya berasal dari gabungan kedua kosakata bahasa [[bahasa Karo|Karo]], "''ben''" dan "''i-jei''" yang artinya "bermalam di sini". Hal tersebut kemudian diucapkan "''Binjei''" dan menjadi "Binjai" hingga sekarang.
 
=== Kabupaten Langkat ===
Orang Karo di Kabupaten [[Kabupaten Langkat|Langkat]] mendiami daerah hulu, seperti [[Bahorok, Langkat|Bahorok]], [[Kutambaru, Langkat|Kutambaru]], [[Sei Bingai, Langkat|Sei Bingai]], [[Kuala, Langkat|Kuala]], [[Salapian, Langkat|Salapian]], [[Selesai, Langkat|Selesai]], [[Batang Serangan, Langkat|Batang Serangan]], dan [[Sirapit, Langkat|Serapit]]. Teluk Aru yang berada di Langkat Hilir juga pernah menjadi pusat pemerintahan [[Kerajaan AruHaru]], kerajaan bercorak Karo-Melayu yang dimana menjadi leluhur dari raja dan sultan Melayu SumateraSumatra Timur.
 
=== Kabupaten Dairi ===
Wilayah Kabupaten [[Kabupaten Dairi|Dairi]] pada umumnya subur dengan kemakmuran masyarakatnya melalui perkebunan kopinya yang berkualitas. Sebagian Kabupaten Dairi yang merupakan bagian Tanehdari Tanah Karo adalah:
 
* Kecamatan [[Tanah Pinem, Dairi|Taneh Pinem]]
* Kecamatan [[Tigalingga, Dairi|Tigalingga]]
* Kecamatan [[Gunung Sitember, Dairi|Gunung Sitember]]
* Kecamatan [[Gunung Sitember, Dairi|Gunung Sitember]]
 
=== Kabupaten Aceh Tenggara ===
TanehTanah Karo di Kabupaten [[Kabupaten Aceh Tenggara|Aceh Tenggara]] meliputi:
 
* Kecamatan [[Lawe Sigala-Gala, Aceh Tenggara|Lawe Sigala-Gala]]
Baris 532 ⟶ 126:
 
== Marga ==
{{main|MergaMarga Karo}}
 
Suku Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau [[adat]] yang dikenal dengan nama ''merga silima'', ''tutur siwaluh'', dan ''[[rakut sitelu]]''. Merga disebut untuk [[laki-laki]], sedangkan untuk [[perempuan]] disebut ''beru''. ''Merga'' atau ''beru'' ini disandang di belakang nama seseorang. ''Merga'' dalam masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok utama (marga inti/pokok), yang disebut dengan ''merga silima''. Kelima merga tersebut adalah:
Etnis Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau [[adat]] yang dikenal dengan nama ''merga silima'', ''tutur siwaluh'', dan ''[[Rakut Sitelu|rakut sitelu]]''. Merga disebut untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan disebut ''beru''. ''Merga'' atau ''beru'' ini disandang di belakang nama seseorang. ''Merga'' dalam masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok utama (marga inti/pokok), yang disebut dengan ''merga silima''. Kelima merga tersebut adalah:
<center>
{| class="wikitable" style="border: none; background: none;"
! colspan="1" rowspan="2" style="border: none; background: none;"|[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Model van een huis van een aanzienlijke familie TMnr 137-16.jpg|none|link=|75px]]
! colspan="5"| Marga Utamautama ''(merga silima)''
|-
! [[Ginting]] !! [[Karo-karoKarokaro]] !! [[Perangin-anginPeranginangin]] !! [[Sembiring]] !! [[Tarigan]]
|-
! rowspan="21"| Sub-marga
| Ajartambun || [[Karo-Karo Barus|Barus]] || [[Perangin-anginPeranginangin Bangun|Bangun]] || [[Sembiring Brahmana|Brahmana]] || Bondong
|-
| Babo || [[Karo-KaroKarokaro Bukit|Bukit]]|| [[Benjerang]] || [[Bunuhaji]] || Gana-GanaGanagana
|-
| Beras || [[Gurusinga]]|| [[Kacinambun]] || [[Busok]] || [[Girsang|Gersang]]
Baris 558 ⟶ 153:
| [[Manik]] || [[Ketaren]] || [[Namohaji]] || [[Keloko]] || Pekan
|-
| [[Munthe|Munte]] || [[Karo-KaroKarokaro Manik|Manik]] || [[Pencawan]] || [[Kembaren]] || [[Siboro|Sibero]]
|-
| Pase || [[Paroka]] || [[Penggarus]] || [[Maha]] || Silangit
|-
| [[Saragih|Seragih]] || [[Karo-KaroKarokaro Purba|Purba]] || [[Perangin-anginPeranginangin Perbesi|Perbesi]] || [[Sembiring Meliala|Meliala/Milala]] || Tambun
|-
| Suka || [[Samura]] || [[Pinem]] || [[Muham]] || Tambak
Baris 574 ⟶ 169:
| {{sdash}} || [[Sinulingga]] || [[Sukatendel]] || [[Sinukapar]] || {{sdash}}
|-
| {{sdash}} || [[Sinuraya]] || [[Perangin-anginPeranginangin Tanjung|Tanjung]] || [[Sinulaki]] || {{sdash}}
|-
| {{sdash}} || [[Sitepu]] || [[Ulunjandi]] || [[Sinupayung]] || {{sdash}}
Baris 582 ⟶ 177:
| {{sdash}} || [[Torong]] || {{sdash}} || {{sdash}} || {{sdash}}
|-
| {{sdash}} || [[Karo-KaroKarokaro Ujung|Ujung]] || {{sdash}} || {{sdash}} || {{sdash}}
|}
</center>
Baris 588 ⟶ 183:
 
== Falsafah kemasyarakatan ==
[[File:Batak Karo Wedding.jpg|thumb|upright|Pasangan pengantin pria dan wanita menikah dengan pakaian adat Karo lengkap dengan [[Uis]] dan tudung Karo untuk perempuan, serta bekabuluh untuk laki-laki.]]
 
Hal lain yang penting dalam susunan masyarakat Karo adalah ''rakut sitelu'', yang artinya secara metaforik adalah Tungku Nan Tiga, yang berarti Ikatan yang Tiga. Arti ''rakut sitelu'' tersebut adalah ''Sangkep Nggeluh'' (Kelengkapan Hidup) bagi orang Karo. Kelengkapan yang dimaksud adalah lembaga sosial yang terdapat dalam masyarakat Karo yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu :
# ''Kalimbubu''
# ''Anak Beru''
Baris 603 ⟶ 198:
 
== Sistem kekerabatan ==
[[File:Batak Karo Wedding Selendang.jpg|thumb|upright|Kedua mempelai dari sukuetnis Karo berbusana adat Karo.]]
''Tutur Siwaluh'' adalah konsep kekerabatan masyarakat Karo, yang berhubungan dengan penuturan, yaitu terdiri dari delapan golongan:
# Puang Kalimbubu
Baris 629 ⟶ 224:
# Anak Beru Menteri, yaitu anak berunya si anak beru. Asal kata Menteri adalah dari kata Minteri yang berarti meluruskan. Jadi anak beru minteri mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk, mengawasi serta membantu tugas kalimbubu-nya dalam suatu kewajiban dalam upacara adat. Ada pula yang disebut Anak Beru Singkuri, yaitu anak beru-nya si Anak Beru Menteri. Anak beru ini mempersiapkan hidangan dalam konteks upacara adat.
 
== Bahasa dan Aksaraaksara ==
{{artikelUtama|Bahasa Karo|Surat Batak}}
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Bamboe tabaks- en wichelkoker met Bataks schrift TMnr 512-4.jpg|thumb|upright|Ukiran dari sebuah tulisan ratapan Karo (Bilang-bilang) menggunakan aksara Karo pada media bambu.]]
 
Bahasa Karo merupakan bahasa [[rumpun bahasa Austronesia|bahasa Austronesia]] dan digolongkan dalam rumpun bahasa [[Rumpun bahasa Batak#Pembagian|Rumpun Bahasa Batak bagian utara]]<ref>https://petabahasa.kemdikbud.go.id/provinsi.php?idp=Sumatra%20Utara</ref> yang utamanya dituturkan oleh masyarakat Karo di wilayah Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]], Kabupaten [[Kabupaten Langkat|Langkat]], Kabupaten [[Kabupaten Deli Serdang|Deli Serdang]], Kabupaten [[Kabupaten Dairi|Dairi]], dan Kota [[Kota Medan|Medan]].
 
Aksara yang digunakan oleh orang Karo adalah ''tulisen'' Karo yang merupakan varian dari [[Surat Batak]]. Aksara ini adalah aksara kuno yang dipergunakan oleh masyarakat Karo, akan tetapi pada saat ini penggunaannya sangat terbatas bahkan hampir tidak pernah digunakan lagi.
Baris 639 ⟶ 234:
 
== Kalender Karo ==
 
=== Nama-nama bulan ===
Adapun nama-nama bulan dan binatang atau benda apa yang bersamaan dengan bulan bersangkutan adalah sebagai berikut:
Baris 692 ⟶ 286:
{{EndDiv}}
 
== Budaya dan Keseniankesenian ==
[[Berkas:Museum Pusaka Karo (Berastagi).jpg|thumb|upright|[[Museum Pusaka Karo]] di [[Berastagi, Karo|Berastagi]].]]
 
Orang Karo mempunyai beberapa kebudayaan tradisional, mulai dari kesenian (sastra), dan [[Tari rakyat|tari tradisional]]. Beberapa tari tradisional Karo adalah:
{{Div colCol|3}}
* [[Piso Surit]]
* [[Tari Lima Serangkai]]
Baris 722 ⟶ 316:
* Gundala Gundala
* Tari sambut/tari penyambutan/tari persembahan (Tari Mejuah-juah)
{{Div col endEndDiv}}
 
=== Seni bela diri (Silat Karo) ===
Seni bela diri orang karo merupakan [[Silat Karo]] yang dalam bahasa [[bahasa Karo|Karo]] disebut ''ndikar''. Kata tersebut mulai jarang digunakan masyarakat Karo sehingga kini asing terdengar. Masyarakat Karo dewasa ini cenderung menyebutnya dengan nama Silat Karo saja.
 
Seni bela diri orang karo merupakan [[Silat Karo]] yang dalam [[bahasa Karo]] disebut ''ndikar''. Kata tersebut mulai jarang digunakan masyarakat Karo sehingga kini asing terdengar. Masyarakat Karo dewasa ini cenderung menyebutnya dengan nama Silat Karo saja.
 
Kata ''ndikar'' untuk penamaan bela diri/silat dalam bahasa Karo kadang kerap disamakan dengan kata ''pandikar''. Kata ''ndikar'' hanya untuk menyebut silat/bela diri, sedangkan ''pandikar'' merupakan seseorang yang mempunyai ilmu bela diri yang tinggi atau bisa juga orang yang mendalami ilmu bela diri dan memiliki ilmu bela diri.
 
=== Seni Musikmusik ===
 
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een verzameling Karo Batak objecten waaronder muziekinstrumenten een mand een zwaard een wichelboek een palmwijnkoker en een aantal doeken TMnr 60011124.jpg|thumb|upright|Instrumen alat-alat musik tradisional Karo.]]
 
Alat musik tradisional suku Karo adalah Gendang Karo. Biasanya disebut Gendang “Lima Sedalinen” yang artinya seperangkat gendang tari yang terdiri dari lima unsur.
 
Unsur disini terdiri dari beberapa alat musik tradisional Karo seperti [[kulcapi]], [[balobat]], [[surdam]], [[Keteng-Keteng|keteng-keteng]], murhab, serune, gendang si ngindungi, sendang si nganaki, penganak dan gung. Alat tradisional ini sering digunakan untuk menari, menyanyi dan berbagai ritus tradisi.
Baris 740 ⟶ 332:
Jadi gendang Karo sudah lengkap (lima sedalinen) jika sudah ada serune, gendang si ngindungi, gendang si nganaki, penganak dan gung dalam mengiringi sebuah upacara atau pesta.
 
=== Seni Taritari ===
[[Berkas:Tari-Seni-Landek.jpg|jmpl|Pasangan Karo menari.]]
Tari dalam bahasa [[Bahasa Karo|Karo]] disebut "''landek"''. Pola dasar tari Karo adalah posisi tubuh, gerakan tangan, gerakan naik turun lutut ''(endek)'' disesuaikan dengan tempo gendang dan gerak kaki. Pola dasar tarian itu ditambah dengan variasi tertentu sehingggasehingga tarian tersebut menarik dan indah.
 
Tarian berkaitan adat misalnya memasuki rumah baru, pesta perkawinan, upacara kematian dan lain-lain. Tarian berkaitan dengan ritus dan religi biasa dipimpin oleh guru (dukun). Misalnya tari mulih-mulih, tari tungkat, erpangir ku lau, tari baka, tari begu deleng, tari muncang, dan lain-lain.
 
Tarian berkaitan dengan hiburan digolongkan secara umum. Misalnya tari gundala-gundala, tari ndikkar dan lain-lain. Sejak tahun [[1960]] tari Karo bertambah dengan adanya tari kreasi baru. Misalnya tari lima serangkai yang dipadu dari lima jenis tari yaitu tari morah-morah, tari perakut, tari cipa jok, tari patam-patam lance dan tari kabang kiung. Setelah itu muncul pula tari piso surit, tari terang bulan, tari roti manis dan tari tanam padi.
 
=== Seni Ukirukir/Pahatpahat ===
Keragaman seni pahat dan ukir etnis Karo terlihat dari corak ragam bangunannya. Dulu orang yang ahli membuat bangunan Karo disebut "Pande Tukang".
 
Keragaman seni pahat dan ukir suku Karo terlihat dari corak ragam bangunannya. Dulu orang yang ahli membuat bangunan Karo disebut "Pande Tukang".
 
Hal ini terlihat dari jenis-jenis bangunan Karo seperti rumah [[Siwaluh Jabu]], Geriten, Jambur, Batang, Lige-lige, Kalimbaban, Sapo Gunung, dan Lipo. Seni ukir yang menjadi kekayaan kesenian Karo terlihat pada setiap ukiran bangunannya seperti Ukir Cekili Kambing, Ukir Ipen-Ipen, Ukir Embun Sikawiten, Ukir Lipan Nangkih Tongkeh, Ukir Tandak Kerbo Payung, Ukir Pengeretret, dan Ciken.
Baris 756 ⟶ 347:
Suku Karo juga memiliki [[drama]] tradisional yang disebut dengan Gundala-Gundala.
 
== Kegiatan Kebudayaankebudayaan dan Adatadat-istiadat ==
* [[Kerja Tahun|Merdang Merdem]]: "Kerja tahun" yang disertai "''Gendang guro-guro aron''".
 
* [[MerdangMahpah: Merdem]] = ''"Kerja tahun"'' yang disertai ''"Gendang guro-guro aron"''.
* [[Mengket Rumah Mbaru]]: Pesta perayaan memasuki rumah (adat/ibadat) baru.
* Mahpah = ''"Kerja tahun"'' yang disertai ''"Gendang guro-guro aron"''.
* Mbesur-mbesuri: "Mengenyangkan" memberi makan untuk wanita yang hamil 7 bulan, dengan harapan memenuhi keinginannya sebelum melahirkan.
* [[Mengket Rumah Mbaru]] - Pesta perayaan memasuki rumah (adat/ibadat) baru.
* Cawir Metua: Upacara adat/ritual kematian.
* Mbesur-mbesuri - "Mengenyangkan" memberi makan untuk wanita yang hamil 7 bulan, dengan harapan memenuhi keinginannya sebelum melahirkan.
* Ndilo Udan: Memanggil hujan.
* Cawir Metua = Upacara adat/ritual kematian
* Rebu-rebu: Mirip dengan pesta "''kerja tahun"''.
* Ndilo Udan - Memanggil hujan.
* Ngumbung: Hari jeda "aron" (kumpulan pekerja di desa).
* Rebu-rebu - Mirip dengan pesta ''"kerja tahun"''.
* [[Erpangir Ku Lau]]: Penyucian diri (''untuk membuang sia''l).
* Ngumbung - Hari jeda "aron" (kumpulan pekerja di desa).
* Raleng Tendi: "''Ngicik Tendi''", yaitu memanggil jiwa setelah seseorang kurang tenang karena terkejut secara suatu kejadian yang tidak disangka-sangka.
* [[Erpangir Ku Lau]] - Penyucian diri (untuk membuang sial).
* Motong Rambai: Pesta kecil keluarga-handai taulan untuk memanggkas habis rambut bayi (balita) yang terjalin dan tidak rapih.
* Raleng Tendi - "Ngicik Tendi" , yaitu memanggil jiwa setelah seseorang kurang tenang karena terkejut secara suatu kejadian yang tidak disangka-sangka.
* Ngaloken Cincin Upah Tendi: Upacara keluarga pemberian cincin permintaan dari keponakan (''dari Mama ke Bere-bere atau dari Bibi ke Permain'').
* Motong Rambai - Pesta kecil keluarga - handai taulan untuk memanggkas habis rambut bayi (balita) yang terjalin dan tidak rapih.
* Ngaloken Cincin Upah Tendi - Upacara keluarga pemberian cincin permintaan dari keponakan (dari Mama ke Bere-bere atau dari Bibi ke Permain).
* Manok Sangkepi
* [[Mbaba Belo Selambar]] (MBS): - rangkaianRangkaian ritus [[Pernikahan adat Karo]]
* Ngaloken Rawit -: Upacara keluarga pemberian pisau (tumbuk lada) atau belati atau clurit kecil yang berupa permintaan dari keponakan (dari Mama ke Bere-bere) - keponakan laki-laki.
 
== Kuliner khas ==
 
=== Makanan ===
[[Berkas:BPK Gintingta Tigapanah.jpg|thumb|upright|Rumah makan [[babi panggang karo]] di [[Tigapanah, Karo|Tigapanah]].]]
 
Kuliner Karo banyak ragamnya, salah satu yang terkenal adalah [[babi panggang karo]], sering disingkat sebagai BPK. Babi panggang karo dibuat dengan cara memanggang babi yang sebelumnya telah diberi bumbu khas, yang di dalamnya terdapat ''tuba'' atau [[andaliman]]. Umumnya orang Karo yang menjual babi panggang karo di warung makan ataupun restoran, namun tidak jarang juga ditemukan orang non-Karo yang juga menjual hidangan tersebut seperti orang [[Suku Batak Toba|Batak Toba]], [[Suku Nias|Nias]], dan lain-lain.
Baris 784 ⟶ 373:
 
=== Minuman ===
 
Selain makanan, minuman khas Karo pun banyak macam ragamnya. Minuman yang terkenal adalah s''usu kitik'', yaitu teh susu telur khas Karo. Minuman ini umumnya disajikan di warung kopi di daerah Karo.
{{clear}}
 
== Lagu daerah ==
 
Beberapa lagu yang berasal dari daerah Karo adalah:
* Piso Surit
Baris 803 ⟶ 390:
 
== Agama (kepercayaan) ==
[[Berkas:Desa Perteguhen, Simpang Empat, Karo.jpg|thumb|upright|Gereja [[Gereja Batak Karo Protestan|GBKP]] dan masjid yang berhadapan di [[Perteguhen, Simpang Empat, Karo|Perteguhen]]. ]]
 
Mayoritas orang Karo memeluk [[agama]] [[Protestanisme|Kristen Protestan]] (57.5%), [[Katolik|Kristen Katolik]] (18.7%), [[Islam]] (21.3%), dan [[Pemena]] (1.1%). Lalu ada sebagian kecil yang beragama [[Agama Hindu|Hindu]] dan [[Agama Buddha|Buddha]] yaitu sekitar 1.4%.
Baris 813 ⟶ 400:
Pemeluk [[Agama asli Nusantara|agama tradisional]]/kepercayaan lama lainnya dapat ditemui di pedalaman dan mereka nyaris punah. Agama lainnya pun terutama agama [[agama Buddha|Buddha]] dapat ditemui di perkotaan namun jumlahnya sangat sedikit.
 
=== Gereja yang didominasi sukumasyarakat Karo ===
[[Berkas:GBKP Rg. Kabanjahe Kota, Klasis Kabanjahe 01.jpg|thumb|upright|Gereja [[Gereja Batak Karo Protestan|GBKP]] [[Kabanjahe, Karo|Kabanjahe]].]]
* [[Gereja Batak Karo Protestan|Gereja Batak dan Karo Protestan]] (GBKP) ''(Paling dominan)''
* [[Gereja Injili Karo Indonesia]] (GIKI)
Baris 820 ⟶ 407:
 
== Tokoh ==
{{artikelUtama|Daftar tokoh Karo}}
* [[Guru Patimpus|Guru Patimpus Sembiring Pelawi]]
* [[Jamin Ginting|Djamin Ginting Suka]]
* [[Lyodra Ginting]]
* [[Tio Fanta Pinem]]
* [[MSMalem Sambat Kaban]]
* [[Tanta Ginting]]
* [[GT Soerbakti|Gusti Terkelin Surbakti]]
* [[Latief Sitepu]]
* [[Anthony Sinisuka Ginting]]
* [[Arman Depari]]
* [[Tifatul Sembiring]]
 
== Galeri ==
<galleryGallery>
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Ngenkal het omwerken van de grond met puntige stokken Karo-landen TMnr 10010952.jpg|Petani Karo.
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van een jonge Karo Batak vrouw TMnr 60023653.jpg|Wanita Karo zaman dahulu berpakaian tradisional Karo.
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Primitieve grondbewerking (engkal) met stokken Karo-Hoogvlakte TMnr 10010947.jpg|Petani Karo.
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De bekende mandolinespeler Si Datas van Soerbakti Karolanden Noord-Sumatra TMnr 10005387.jpg|Seorang kakek memainkan [[kulcapi]], yaitu alat musik tradisional Karo.
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Karo Batak vrouw in traditionele kleding TMnr 60016026.jpg|Foto gadis Karo dengan pakaian tradisional tahun [[1925]], koleksi [[Tropenmuseum]].
</galleryGallery>
{{Commonscat|Batak Karo people|Suku Karo}}
 
== Referensi ==
{{reflistReflist}}
 
== Bacaan lanjutan terkait ==