Misinformasi vaksinasi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: halaman dengan galat kutipan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: halaman dengan galat kutipan |
||
(8 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
Meskipun perlawanan terhadap vaksinasi telah ada selama berabad-abad, kehadiran internet dan media sosial pada masa kini makin memfasilitasi penyebaran misinformasi terkait vaksin dengan lebih cepat dan masif.<ref name="facebook">{{cite journal |last1=Hoffman |first1=Beth L. |last2=Felter |first2=Elizabeth M. |last3=Chu |first3=Kar-Hai |last4=Shensa |first4=Ariel |last5=Hermann |first5=Chad |last6=Wolynn |first6=Todd |last7=Williams |first7=Daria |last8=Primack |first8=Brian A. |date=10 April 2019 |title=It's not all about autism: The emerging landscape of anti-vaccination sentiment on Facebook |url=https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0264410X19303032 |url-status=live |journal=Vaccine |volume=37 |issue=16 |pages=2216–2223 |doi=10.1016/j.vaccine.2019.03.003 |pmid=30905530 |s2cid=85502265 |archive-url=https://web.archive.org/web/20201112011735/http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0264410X19303032 |archive-date=12 November 2020 |access-date=2 January 2021}}</ref> Penyebaran informasi palsu yang disengaja dan teori konspirasi telah dipropagasi oleh masyarakat umum dan selebriti.<ref name="Gillmor">{{cite news |last1=Gillmor |first1=Dan |last2=Corman |first2=Steven |last3=Simeone |first3=Michael |title=The Power of Local Celebrities in the Fight against Vaccine Hesitancy |url=https://www.scientificamerican.com/article/the-power-of-local-celebrities-in-the-fight-against-vaccine-hesitancy/ |access-date=6 January 2023 |work=Scientific American |date=July 11, 2021 |language=en}}</ref> Kampanye misinformasi maupun disinformasi secara aktif oleh selebriti asing terkait dengan peningkatan diskusi negatif secara daring dan penurunan penggunaan vaksin terus meningkat seiring waktu.<ref name="Wiysonge"/>
Berbeda dengan [[disinformasi vaksinasi]], misinformasi vaksinasi mungkin tidak sepenuhnya keliru, dan penyesatan yang dilakukan tidak menyeluruh, namun cukup untuk merusak persepsi masyarakat tentang vaksin.
==Penyebaran dan perkembangan==
Survei oleh [[Royal Society for Public Health]] menemukan kenyataan bahwa 50 persen dari orang tua yang memiliki anak di bawah usia lima tahun secara teratur menemukan misinformasi terkait vaksinasi di media sosial.<ref name="lancet">{{cite journal |last1=Burki |first1=Talha |title=Vaccine misinformation and social media |journal=The Lancet Digital Health |date=1 October 2019 |volume=1 |issue=6 |pages=e258–e259 |doi=10.1016/S2589-7500(19)30136-0 |language=English |issn=2589-7500 |doi-access=free }}</ref> Di media sosial X, [[Internet bot|bot]] yang menyamar sebagai pengguna asli, ditemukan berusaha menciptakan kesan palsu bahwa jumlah individu di kedua sisi perdebatan hampir sama, sehingga bisa dianggap menyebarkan informasi menyesatkan terkait vaksinasi dan keamanan vaksin.<ref name="Russia">{{cite journal |last1=Broniatowski |first1=David A. |last2=Jamison |first2=Amelia M. |last3=Qi |first3=SiHua |last4=AlKulaib |first4=Lulwah |last5=Chen |first5=Tao |last6=Benton |first6=Adrian |last7=Quinn |first7=Sandra C. |last8=Dredze |first8=Mark |title=Weaponized Health Communication: Twitter Bots and Russian Trolls Amplify the Vaccine Debate |journal=American Journal of Public Health |date=October 2018 |volume=108 |issue=10 |pages=1378–1384 |doi=10.2105/AJPH.2018.304567|pmid=30138075 |pmc=6137759 }}</ref> Akun-akun yang dibuat oleh bot menggunakan cerita tambahan yang menarik terkait anti-vaksinasi sebagai sebuah teknik [[clickbait]] untuk meningkatkan pendapatan mereka dan mengekspos pengguna pada malware.<ref name="Russia" />
Sebuah studi mengungkapkan bahwa Michael Manoel Chaves, seorang mantan paramedis yang dipecat oleh NHS akibat melakukan pelanggaran berat setelah menculik dua pasien yang sedang dia rawat, terlibat dengan komunitas anti-vaksinasi. Orang-orang seperti ini sebelumnya tertarik pada pengobatan alternatif atau teori konspirasi.<ref name="abc">{{cite news |title=Normalization of vaccine misinformation on social media amid COVID 'a huge problem' |url=https://abcnews.go.com/Health/normalization-vaccine-misinformation-social-media-amid-covid-huge/story?id=74585753 |access-date=3 January 2021 |work=ABC News |language=en |archive-date=24 December 2020 |archive-url=https://web.archive.org/web/20201224172220/https://abcnews.go.com/Health/normalization-vaccine-misinformation-social-media-amid-covid-huge/story?id=74585753 |url-status=live }}</ref> Studi lain menunjukkan bahwa kecenderungan untuk mempercayai teori konspirasi berkorelasi negatif dengan niat individu untuk divaksinasi.<ref>{{cite journal |last1=Bertin |first1=Paul |last2=Nera |first2=Kenzo |last3=Delouvée |first3=Sylvain |title=Conspiracy Beliefs, Rejection of Vaccination, and Support for hydroxychloroquine: A Conceptual Replication-Extension in the COVID-19 Pandemic Context |journal=Frontiers in Psychology |date=2020 |volume=11 |page=565128 |doi=10.3389/fpsyg.2020.565128 |pmid=33071892 |pmc=7536556 |doi-access=free }}</ref>
Penyebaran misinformasi tentang vaksin dapat menghasilkan keuntungan finansial dengan memposting di media sosial, kemudian meminta sumbangan atau penggalangan dana untuk tujuan kampanye anti-vaksinasi.<ref name="abc"/>
==Dampak==
Didorong oleh misinformasi, aktivisme anti-vaksinasi terus meningkat di [[media sosial]] dan di banyak negara.<ref>{{cite news |last1=DiResta |first1=Renée |title=Anti-vaxxers Think This Is Their Moment |url=https://www.theatlantic.com/ideas/archive/2020/12/campaign-against-vaccines-already-under-way/617443/ |access-date=2 January 2021 |work=The Atlantic |date=20 December 2020 |language=en |archive-date=31 December 2020 |archive-url=https://web.archive.org/web/20201231175844/https://www.theatlantic.com/ideas/archive/2020/12/campaign-against-vaccines-already-under-way/617443/ |url-status=live }}</ref> Penelitian menunjukkan, bahwa melihat situs web yang mengandung misinformasi vaksin selama 5–10 menit dapat mengurangi niat seseorang untuk divaksin.<ref name="5to10">{{cite journal|last1=Betsch|first1=Cornelia|last2=Renkewitz|first2=Frank|last3=Betsch|first3=Tilmann|last4=Ulshöfer|first4=Corina|date=26 March 2010|title=The Influence of Vaccine-critical Websites on Perceiving Vaccination Risks|url=https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/1359105309353647|url-status=live|format=PDF|journal=Journal of Health Psychology|volume=15|issue=3|pages=446–455|doi=10.1177/1359105309353647|pmid=20348365|archive-url=https://web.archive.org/web/20210122051540/https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/1359105309353647|archive-date=22 January 2021|access-date=2 January 2021|s2cid=26304512}}</ref><ref>{{cite journal |last1=Chou |first1=Wen-Ying Sylvia |last2=Oh |first2=April |last3=Klein |first3=William M. P. |title=Addressing Health-Related Misinformation on Social Media |journal=JAMA |date=18 December 2018 |volume=320 |issue=23 |pages=2417–2418 |doi=10.1001/jama.2018.16865 |pmid=30428002 |s2cid=53441888 |url=https://jamanetwork.com/journals/jama/article-abstract/2715795 |access-date=2 January 2021 |language=en |issn=0098-7484 |archive-date=22 January 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210122214006/https://jamanetwork.com/journals/jama/article-abstract/2715795 |url-status=live }}</ref> Sebuah studi tahun 2020 menemukan bahwa "sebagian besar konten tentang vaksin di situs media sosial populer berisi pesan-pesan anti-vaksinasi." Studi itu juga menemukan adanya hubungan signifikan antara bergabung dengan kelompok yang meragukan efek vaksin di media sosial dengan keraguan terbuka terhadap keamanan vaksin, serta hubungan substansial antara kampanye disinformasi asing dan penurunan cakupan vaksinasi.<ref>{{cite journal |last1=Wilson |first1=Steven Lloyd |last2=Wiysonge |first2=Charles |title=Social media and vaccine hesitancy |journal=BMJ Global Health |date=1 October 2020 |volume=5 |issue=10 |pages=e004206 |doi=10.1136/bmjgh-2020-004206 |pmid=33097547 |pmc=7590343 |language=en |issn=2059-7908|doi-access=free }}</ref>
Pada tahun 2003, sebuah rumor tentang vaksin polio terbukti telah meningkatkan keraguan vaksinasi di [[Nigeria]] dan menyebabkan peningkatan lima kali lipat jumlah kasus polio di negara tersebut selama tiga tahun.<ref>{{cite web |title=Vaccine Hesitancy, an Escalating Danger in Africa {{!}} Think Global Health |url=https://www.thinkglobalhealth.org/article/vaccine-hesitancy-escalating-danger-africa |website=Council on Foreign Relations |access-date=2 January 2021 |language=en |archive-date=20 December 2020 |archive-url=https://web.archive.org/web/20201220112250/https://www.thinkglobalhealth.org/article/vaccine-hesitancy-escalating-danger-africa |url-status=live }}</ref><ref>{{cite web |last1=Wiysonge |first1=Charles Shey |title=How ending polio in Africa has had positive spinoffs for public health |url=https://theconversation.com/how-ending-polio-in-africa-has-had-positive-spinoffs-for-public-health-148857 |website=The Conversation |date=3 November 2020 |access-date=2 January 2021 |language=en |archive-date=20 December 2020 |archive-url=https://web.archive.org/web/20201220112250/https://theconversation.com/how-ending-polio-in-africa-has-had-positive-spinoffs-for-public-health-148857 |url-status=live }}</ref> Sebuah studi tahun 2021 menemukan bahwa misinformasi tentang vaksin [[COVID-19]] di media sosial "menyebabkan penurunan niat [untuk vaksinasi] sebesar 6,2 persen di [[Inggris]] dan 6,4 persen di [[Amerika Serikat]] di antara mereka yang sebelumnya mengatakan pasti akan menerima vaksin."<ref name="Loomba">{{Cite journal|last1=Loomba|first1=Sahil|last2=de Figueiredo|first2=Alexandre|last3=Piatek|first3=Simon J.|last4=de Graaf|first4=Kristen|last5=Larson|first5=Heidi J.|date=5 February 2021|title=Measuring the impact of COVID-19 vaccine misinformation on vaccination intent in the UK and USA|journal=Nature Human Behaviour|volume=5|issue=3|pages=337–348|doi=10.1038/s41562-021-01056-1|pmid=33547453|s2cid=232160016|doi-access=free}}</ref>
Media sosial lagi-lagi menjadi platform utama penyebaran cepat misinformasi vaksin selama pandemi terjadi. Sebagai contoh, sebuah studi tahun 2020 tentang opini publik terkait vaksin COVID-19 domestik China menemukan sekitar seperlima dari unggahan di weibo terkait vaksin mengklaim bahwa vaksin COVID-19 umumnya terlalu mahal, sekalipun sebenarnya diberikan kepada masyarakat secara gratis. Banyak orang di China juga percaya bahwa vaksin inaktif lebih aman dibandingkan vaksin mRNA SARS-Covid-2 yang baru dikembangkan. Penyebabnya bisa jadi kombinasi antara kebanggaan nasional dan kurangnya literasi vaksin.<ref>{{Cite journal |last1=Yin |first1=Fulian |last2=Wu |first2=Zhaoliang |last3=Xia |first3=Xinyu |last4=Ji |first4=Meiqi |last5=Wang |first5=Yanyan |last6=Hu |first6=Zhiwen |date=2021-01-15 |title=Unfolding the Determinants of COVID-19 Vaccine Acceptance in China |url=https://www.jmir.org/2021/1/e26089 |journal=Journal of Medical Internet Research |language=EN |volume=23 |issue=1 |pages=e26089 |doi=10.2196/26089 |pmc=7813210 |pmid=33400682 |doi-access=free }}</ref>
Secara umum, misinformasi terkait vaksin COVID-19 mengurangi kepercayaan publik. Penerimaan publik terhadap vaksin COVID-19 domestik China turun secara signifikan karena kekhawatiran tentang kemungkinan biayanya yang tinggi. Sebuah survei daring menunjukkan hanya 28,7 persen peserta yang menyatakan minat pasti untuk divaksinasi. Sebagian besar orang, atau 54,6 persen, menyimpan keraguan terhadap vaksin.<ref>{{Cite journal |last1=Lin |first1=Yulan |last2=Hu |first2=Zhijian |last3=Zhao |first3=Qinjian |last4=Alias |first4=Haridah |last5=Danaee |first5=Mahmoud |last6=Wong |first6=Li Ping |date=2020-12-17 |title=Understanding COVID-19 vaccine demand and hesitancy: A nationwide online survey in China |journal=PLOS Neglected Tropical Diseases |language=en |volume=14 |issue=12 |pages=e0008961 |doi=10.1371/journal.pntd.0008961 |issn=1935-2735 |pmc=7775119 |pmid=33332359 |doi-access=free }}</ref>
Dari fakta ini terlihat bahwa isu misinformasi yang sebenarnya tidak relevan dengan bahaya penggunaan vaksin, cukup untuk merusak kepercayaan masyarakat terhadap vaksin.
==Upaya melawan misinformasi==
Secara umum telah disadari bahwa paparan berulang kali terhadap misinformasi, misalnya melalui media sosial, membuat individu dapat memiliki model mental yang keliru mengenai fungsi, risiko, dan tujuan vaksin. Semakin lama seseorang tertular misinformasi, semakin kuat pula misinformasi itu tertanam dalam model mental mereka, sehingga koreksinya menjadi lebih sulit dilakukan.<ref>{{Cite journal |last1=Ecker |first1=Ullrich K.H. |last2=Lewandowsky |first2=Stephan |last3=Cheung |first3=Candy S.C. |last4=Maybery |first4=Murray T. |date=November 2015 |title=He did it! She did it! No, she did not! Multiple causal explanations and the continued influence of misinformation |url=https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0749596X15001035 |url-status=live |journal=Journal of Memory and Language |language=en |volume=85 |pages=101–115 |doi=10.1016/j.jml.2015.09.002 |archive-url=https://web.archive.org/web/20201218203539/https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0749596X15001035 |archive-date=18 December 2020 |access-date=29 March 2021}}</ref> Lebih jauh lagi, seiring waktu, model ini dapat menjadi bagian integral dari pandangan individu yang ragu terhadap vaksin terhadap keseluruhan dunia yang mereka tinggali. Manusia memang cenderung menyaring informasi baru yang mereka terima agar sesuai dengan pandangan dunia mereka yang sudah ada.<ref>{{Cite journal |last=Kunda |first=Ziva |date=1990 |title=The case for motivated reasoning. |url=http://doi.apa.org/getdoi.cfm?doi=10.1037/0033-2909.108.3.480 |journal=Psychological Bulletin |language=en |volume=108 |issue=3 |pages=480–498 |doi=10.1037/0033-2909.108.3.480 |issn=1939-1455 |pmid=2270237 |s2cid=9703661}}</ref>{{snd}} fakta vaksin yang bersifat korektif pun tidak terkecuali untuk pola pikir ini. Dengan demikian, pada saat individu sudah menjadi ragu terhadap vaksin tiba di kantor dokter, tenaga kesehatan, maka dia sudah menjadi tantangan yang berat terhadap sosialisasi vaksin. Jika ingin mengubah pemikiran mereka dan mempertahankan kekebalan kelompok terhadap penyakit yang dapat dicegah, maka yang harus dilakukan harus lebih dari sekadar menyajikan fakta tentang vaksin. Penyedia layanan kesehatan membutuhkan strategi komunikasi yang efektif untuk mengubah pikiran dan perilaku mereka yang sudah terlanjur sulit percaya vaksin.
[[File:NIHR-Infographic-vaccine-misinformation.png|thumb|325x325px|Communication strategies to tackle vaccine misinformation]]
Strategi komunikasi untuk melawan misinformasi vaksin dan secara efektif untuk meningkatkan niat mau divaksinasi meliputi komunikasi [[konsensus ilmuwah]] bahwa vaksin aman dan efektif, penggunaan humor untuk menghilangkan ketegangan yang diciptakan mitos vaksin, dan pemberian peringatan tentang misinformasi vaksin. Dibandingkan dengan usaha-usaha seperti ini, membantah misinformasi vaksin dan menyediakan materi edukasi vaksin sebenarnya kurang efektif dalam mengatasi misinformasi. Taktik menakut-nakuti, dan kegagalan untuk mengakui ketidakpastian, tidak efektif dan bahkan dapat berbalik arah serta memperburuk kondisi korbannya yang tidak mau divaksinasi.<ref>{{Cite journal |last1=Whitehead |first1=Hannah S. |last2=French |first2=Clare E. |last3=Caldwell |first3=Deborah M. |last4=Letley |first4=Louise |last5=Mounier-Jack |first5=Sandra |date=2023-01-27 |title=A systematic review of communication interventions for countering vaccine misinformation |journal=Vaccine |language=en |volume=41 |issue=5 |pages=1018–1034 |doi=10.1016/j.vaccine.2022.12.059 |issn=0264-410X |pmc=9829031 |pmid=36628653}}</ref><ref>{{Cite journal |date=13 July 2023 |title=How to tackle vaccine misinformation: what works and what doesn't? |url=https://evidence.nihr.ac.uk/alert/how-to-tackle-vaccine-misinformation-what-works-and-what-doesnt/ |journal=NIHR Evidence |doi=10.3310/nihrevidence_58944 |s2cid=259888341}}</ref>
Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang terlibat dalam komunikasi ilmiah harus secara langsung melawan misinformasi karena pengaruh negatifnya pada audiens pasif yang mengamati perdebatan vaksin, sekalipun tidak terlibat langsung di dalamnya.<ref name="countering">{{cite journal |last1=Steffens |first1=Maryke S. |last2=Dunn |first2=Adam G. |last3=Wiley |first3=Kerrie E. |last4=Leask |first4=Julie |date=23 October 2019 |title=How organisations promoting vaccination respond to misinformation on social media: a qualitative investigation |journal=BMC Public Health |volume=19 |issue=1 |pages=1348 |doi=10.1186/s12889-019-7659-3 |issn=1471-2458 |pmc=6806569 |pmid=31640660 |doi-access=free}}</ref> Bantahan terhadap misinformasi vaksin haruslah sesederhana mungkin untuk menghindari penekanan pada misinformasi tersebut.<ref name="countering" /> Menggabungkan bukti ilmiah dengan cerita yang terhubung pada sistem kepercayaan dan nilai audiens juga bermanfaat.<ref name="countering" />
Beberapa lembaga pemerintah, seperti [[Centers for Disease Control]] (CDC) di Amerika Serikat dan [[National Health Service]] (NHS) di Inggris, telah menyediakan laman web khusus untuk memerangi misinformasi terkait vaksin.<ref>{{cite web |date=31 July 2019 |title=Why vaccination is safe and important |url=https://www.nhs.uk/conditions/vaccinations/why-vaccination-is-safe-and-important/ |url-status=live |archive-url=https://web.archive.org/web/20210102083743/https://www.nhs.uk/conditions/vaccinations/why-vaccination-is-safe-and-important/ |archive-date=2 January 2021 |access-date=2 January 2021 |website=nhs.uk |language=en}}</ref><ref>{{cite web |date=25 August 2020 |title=Questions and Concerns {{!}} Vaccine Safety {{!}} CDC |url=https://www.cdc.gov/vaccinesafety/concerns/index.html |url-status=live |archive-url=https://web.archive.org/web/20210102194246/https://www.cdc.gov/vaccinesafety/concerns/index.html |archive-date=2 January 2021 |access-date=2 January 2021 |website=www.cdc.gov |language=en-us}}</ref>
==referensi==
{{Reflist|2}}
[[Kategori:Misinformasi]]
[[Kategori:Vaksinasi]]
[[Kategori:Teori konspirasi]]
|