Tjhoen Tjhioe: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Tjhoen Tjhioe''' ({{zh|c=春秋|poj=Chhun-chhiu}}; 'Musim Semi dan Musim Gugur' dalam [[bahasa TionghoaMandarin]]) adalahdan ebuah[[Bahasa suratHokkien|Hokkien]]) kabarmerupakan sebuah koran [[Tionghoa Peranakan]] ber[[bahasa Melayu]] dariyang pernah terbit di [[Surabaya]], [[Hindia Belanda]]. yangKoran ini utamanyaterutama ditujukan kepadauntuk masyarakatkomunitas Tionghoa. Judul lengkap dari surat kabarkoran tersebutini adalah '''Tjhoen Tjhioe: Soerat kabar dagang bahasa Melajoe jang moeat roepa kabar penting bagi bangsa Tionghoa'''. Walaupun hanya terbit dalam waktu singkat (mulai tahun 1914 hingga 1918), koran ini diakui sebagai salah satu koran Tionghoa terkemuka di Hindia Belanda, bersama [[Sin Po]] dan [[Perniagaan (surat kabar)|Perniagaan]].<ref>{{cite news |title=KOLONIËN. UIT ONZE OOST. |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB04:000186801:mpeg21:a0021 |work=De Maasbode |date=22 July 1915}}</ref>
 
[[BerkasFile:Cover page of Tjhoen Tjhioe newspaper from December 27, 1918.png|jmplthumb|Halaman depan koran Tjhoen Tjhioe mulaiterbitan tanggal 27 Desember 1918.]]
 
==Sejarah==
Pada 1914-16, intelektual [[Tionghoa Peranakan]] [[Kwee Hing Tjiat]] menjadi penyunting surat kabar tersebut. Ia mendurukan surat kabar pada masa sebelumnya di Surabaya dengan judul [[Bok Tok]] yang, menurut sejarawan [[Leo Suryadinata]], kemudian menjadi Tjhoen Tjhioe. [[Liem Koen Hian]] juga bekerja untuk surat kabar tersebut pada sekitaran masa yang sama. Menurut Ahmat Adam, Tjhoen Tjhioe memiliki 4,000 pelanggan pada 1914, utamanya dari komunitas [[Tionghoa Peranakan]].<ref>Adam, Ahmat. The Vernacular Press and the Emergence of Modern Indonesian Consciousness (1855-1913). No. 17. SEAP Publications, 1995.</ref>
Kebutuhan akan koran Tionghoa [[Peranakan]] di [[Surabaya]] telah dikemukakan pada tahun 1913. Diperkirakan bahwa [[Henri Borel]], seorang [[Sinologi|sinolog]] dan penulis yang saat itu sedang berada di Eropa, kemudian kembali ke Hindia Belanda untuk menjadi editor dari koran ini.<ref name="expres 1913">{{cite news |title=Borel in de Chineesche journalistiek |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB19:000553050:mpeg21:a00030 |work=De expres |date=September 13, 1913 |language=nl}}</ref> Koran ini sengaja diterbitkan untuk membela komunitas Tionghoa di Hindia Belanda, terutama di Surabaya, serta untuk meliput kejadian yang mungkin berbahaya bagi komunitas Tionghoa.<ref name="expres 1913" /> Borel awalnya ditawari gaji sebesar 1.000 gulden per bulan,<ref name="expres 1913" /> tetapi setelah benar-benar bekerja di koran ini, ia hanya digaji 150 gulden per bulan.<ref name="Borel firing">{{cite news |title=Chineesche journalistiek. |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=ddd:010168457:mpeg21:a0018 |work=Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië |date=26 February 1915}}</ref> Pada terbitan pertama koran ini pada awal tahun 1914, Borel menulis sebuah esai perkenalan yang memberi penghormatan kepada [[Konfusius]] dan ide-idenya, serta menyatakan bahwa koran ini akan mengupayakan persaudaraan bagi semua orang.<ref>{{cite news |title=Henri Borel en de Java-Chmeezen |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=ddd:010324086:mpeg21:a0076 |work=De Sumatra post |date=16 March 1914}}</ref>
 
PadaMulai tahun 1914-16, intelektual [[Tionghoa Peranakan]], [[Kwee Hing Tjiat]], juga menjadi penyuntingeditor suratdi kabarkoran tersebutini.<ref Ianame="Suryadinata mendurukan577">{{cite suratbook kabar|last1=Suryadinata pada|first1=Leo masa|title=Southeast sebelumnyaAsian dipersonalities Surabayaof denganChinese juduldescent [[: a biographical dictionary, volume II: glossary and index |date=2012 |publisher=Institute of Southeast Asian Studies |isbn=9789814345217 |page=577}}</ref> Kwee sebelumnya mendirikan koran ''Bok Tok]]'' yangdi Surabaya, yang menurut sejarawan [[Leo Suryadinata]], kemudiandapat menjadidikatakan sebagai pendahulu dari ''Tjhoen Tjhioe''.<ref [[Liem Koen Hian]] juga bekerja untukname="Suryadinata surat577" kabar/> tersebutMenurut pada sekitaran masa yang sama. Menurutsejarawan Ahmat Adam, ''Tjhoen Tjhioe'' telah memiliki 4,.000 pelanggan pada tahun 1914, utamanyaterutama dari komunitas [[Tionghoa Peranakan]].<ref>Adam, Ahmat. The Vernacular Press and the Emergence of Modern Indonesian Consciousness (1855-1913). No. 17. SEAP Publications, 1995.</ref>
Menurut katalog perpustakaan [[Universitas Cornell]], surat kabar tersebut berhenti terbit pada 1918.<ref>https://newcatalog.library.cornell.edu/catalog/7146305</ref>
 
Pada tahun pertamanya, ''Tjhoen Tjhioe'' terlibat perang tulisan dengan ''[[Doenia Bergerak]]'', sebuah koran sayap kiri yang terasosiasi dengan gerakan [[Sarekat Islam]]. ''Tjhoen Tjhioe'' mengecam koran tersebut karena menggunakan kata-kata yang merendahkan untuk menyebut [[orang Tionghoa]] seperti ''babah'' atau ''tjina'', bukannya menggunakan kata yang lebih sopan seperti ''tionghoa''.<ref>{{cite news |title=VAN DEN DAG. |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB08:000128689:mpeg21:a0003 |work=De Preanger-bode |date=21 October 1914}}</ref> Seperti ''[[Sin Po]]'', ''Tjhoen Tjhioe'' sangat membela komunitas Tionghoa dan makin terpengaruh dengan ide nasionalis Tionghoa. Sejarawan Leo Suryadinata menyatakan bahwa koran ini memiliki "orientasi Tiongkok", yakni pandangan bahwa [[Tionghoa Indonesia]] seharusnya fokus pada Tiongkok, bukannya pada Hindia Belanda.<ref>{{cite book |last1=Suryadinata |first1=Leo |title=Prominent Indonesian Chinese : biographical sketches |date=1995 |publisher=Institute of Southeast Asian Studies |isbn=9789813055032 |page=91 |edition=[3rd.]}}</ref>
== Referensi ==
{{reflist}}
 
Pada awal tahun 1915, Henri Borel keluar dari koran ini untuk dapat menjadi kepala editor di [[Bataviaasch Nieuwsblad]].<ref>{{cite news |title=Journalistiek. |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=ddd:010168426:mpeg21:a0024 |work=Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië |date=20 January 1915}}</ref> Koran lain kemudian mencetak rumor bahwa Borel sebenarnya dipecat dari ''Tjhoen Tjhioe''. Koran lain juga menyatakan bahwa Borel telah digaji 150 gulden per bulan untuk menjadi editor di koran ini, tetapi Borel tidak banyak berkontribusi pada koran ini.<ref name="Borel firing" /> Borel pun digantikan oleh [[Tjan Kiem Bie]], yang menjabat mulai tahun 1915 hingga 1916.<ref>{{cite book |last1=Suryadinata |first1=Leo |title=Prominent Indonesian Chinese : biographical sketches |date=1995 |publisher=Institute of Southeast Asian Studies |isbn=9789813055032 |page=198 |edition=[3rd.]}}</ref> Walaupun tidak jelas kapan Tjan mulai menggantikan Borel, novelis dan jurnalis [[Tan Boen Kim]] pastinya juga pernah menjadi editor di koran ini pada tahun 1915, sebab ia pernah dituntut atas tuduhan melanggar hukum sensor pers ([[Persdelict]]) karena mencemarkan nama baik seorang pejabat pemerintahan, dan akhirnya dihukum penjara selama dua minggu.<ref>{{cite news |title=Persdelict. |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=ddd:010168776:mpeg21:a0128 |work=Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië |date=18 September 1915}}</ref>
[[Kategori:Media di Surabaya]]
 
Editor selanjutnya adalah [[Tjoe Bou San]], yang menjabat sebentar pada tahun 1917.<ref name="Salmon 1981">{{cite book |last1=Salmon |first1=Claudine |title=Literature in Malay by the Chinese of Indonesia : a provisional annotated bibliography |date=1981 |publisher=Editions de la Maison des sciences de l'homme |location=Paris |isbn=9780835705929 |pages=360–1}}</ref>
 
[[Liem Koen Hian]] juga bekerja untuk koran ini, tetapi jangka waktunya belum jelas.<ref name="Suryadinata 577" /> Selama bekerja untuk koran ini, Liem sangat kritis terhadap kebijakan Belanda kepada [[Tionghoa Indonesia]], terutama mengenai Hukum Kewarganegaraan Belanda yang sedang diajukan pada saat itu, padahal ia tidak terlalu kritis di koran lain, seperti di [[Soerabaijasch Handelsblad]].<ref name="Suryadinata 577" />
 
Pada musim semi tahun 1918, koran ini menerbitkan sebuah esai yang kemudian banyak dibahas oleh pers ber[[bahasa Belanda]] di Hindia Belanda. Esai tersebut ditulis oleh [[Tjondrokoesoemo]], seorang elit [[Suku Jawa|Jawa]] yang bekerja sebagai editor di berbagai koran Tionghoa selama karirnya (terutama [[Djawa Tengah]] dan [[Warna Warta]]). Dalam esai tersebut, Tjondrokoesoemo mengemukakan bahwa sebuah organisasi baru bernama ''Sarekat Tionghoa'' seharusnya didirikan untuk mewakili Tionghoa Indonesia, mirip seperti [[Sarekat Islam]] yang mewakili Muslim Indonesia.<ref>{{cite news |title=Uit de Chineesch-Maleisch pers - "Sarekat Tionghoa" |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB23:001672010:mpeg21:a00024 |work=De Locomotief |date=June 4, 1918 |language=nl}}</ref>
 
Editor terakhir dari koran ini kemungkinan adalah [[Tjiook See Tjioe]], sebagaimana yang tercatat pada dokumen Belanda pada tahun 1918.<ref>{{cite journal |title=Overzicht van de Inlandsche en Maleisisch-Chineesche pers, 1918, no 44, 01-01-1918 |date=1 January 1918 |issue=44 |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKITLV3:002199001:00002 |language=nl}}</ref>
 
Menurut katalog perpustakaan [[Universitas Cornell]], suratkoran kabarini tersebutmungkin telah berhenti terbit pada tahun 1918.<ref>{{Cite web|url=https://newcatalog.library.cornell.edu/catalog/7146305|title=Tjhoen tjhioe - Cornell University Library Catalog}}</ref> Namun, penyebab penghentian tersebut masih belum jelas.
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
 
[[Category:Surat kabar berbahasa Melayu]]
[[Kategori:Pendirian tahun 1914 di Hindia Belanda]]
[[Category:Hindia Belanda]]