Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sejarah: Koreksi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Mengembalikan suntingan oleh 2400:9800:6032:214:6DB5:8E5D:2303:C80B (bicara) ke revisi terakhir oleh Sayap Merpati
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(27 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{multiple issues|
{{Advert|date=Agustus 2024}}
{{Copy edit|date=Agustus 2024}}
{{COI|date=Agustus 2024}}}}
{{Infobox Organization
|name = {{PAGENAME}}
Baris 12 ⟶ 16:
|mcaption = Daerah pengaruh
|formation = 26 Februari 1967
|founder = [[Mohammad Natsir]]; [[Mohammad Rasjidi]]; [[Buchari Tamam]]; [[Nawawi Soetan Makmoer|Nawawi Duski]]; [[Hasan Basri (ulama)|Hasan Basri]]
|type = Lembaga
|purpose = Keagamaan Islam; dakwah, pendidikan
Baris 21 ⟶ 25:
|membership =
|leader_title = Ketua Umum
|leader_name = Dr. [[Adian Husaini]]|drh. H. Adian Husaini, M.Si., Ph.D.]]
|website = {{url|kabar.dewandakwah.or.idcom}}
}}
'''Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia (DDII)''' ({{lang-ar-at|المجلس الأعلى الإندونيسي للدعوة الإسلامية|Al-Majlisu Al-A'lā Al-Indūnisī Li Ad-Da'wah Al-Islāmiyyah}}) adalah organisasi [[Islam]] [[Sunni]] di Indonesia yang bertujuan [[dakwah]].<ref name="MEI">{{cite web|last1=von der Mehden|first1=Fred R.|title=Saudi Religious Influence in Indonesia|url=http://www.mei.edu/content/map/saudi-religious-influence-indonesia|website=Middle East Institute|access-date=24 July 2017|date=1 December 2014}}</ref> Organisasi ini dianggap sebagai salah satu organisasi dakwahda'wah paling terkemuka di Indonesia modern.<ref name="BORW">{{cite web|title=Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia|url=http://referenceworks.brillonline.com/entries/encyclopaedia-of-islam-3/dewan-dakwah-islamiyah-indonesia-COM_23882|website=BrillOnline Reference Works|access-date=24 July 2017}}</ref> Ia juga tercatat sebagai penerima utama (bersama dengan [[LIPIA]]) pendanaan untuk kegiatan Islam di Indonesia dari [[Arab Saudi]].<ref name="MEI" />
 
== SejarahProfil ==
Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (disingkat: Dewan Da’wah) didirikan pada 26 Februari 1967. Para pendirinya adalah tokoh-tokoh Islam terkemuka di Indonesia, yang juga para pendiri bangsa (''founding fathers''), seperti Mohammad Natsir (Perdana Menteri pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia), Mr. Mohammad Roem (Menteri Luar Negeri RI, dan penandatangan Perjanjian Roem-Van Roejen), Mr. Sjafroedin Prawiranegara (Presiden Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dan Gubernur Bank Indonesia pertama), Prof. Dr. HM Rasjidi (Menteri Agama pertama RI, yang memimpin Kementerian Agama), Mr. Burhanuddin Harahap (Perdana Menteri RI ke-9), Prawoto Mangkusasmito (Ketua Partai Islam Masyumi terakhir), Prof. [[Kasman Singodimedjo]] (Jaksa Agung Pertama), dan sebagainya.<ref>{{Cite book|date=1992|url=https://books.google.co.id/books?id=iOBwAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=buchari+tamam&q=buchari+tamam&hl=id&redir_esc=y|title=70 tahun H. Buchari Tamam: menjawab panggilan risalah|publisher=Media Da'wah|language=id}}</ref>
DDII didirikan pada tahun 1967 oleh [[Mohammad Natsir]], seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia,<ref name=SIMEI>{{Cite news|url=http://ismes.net/2017/02/salafism-and-influence-of-the-middle-east-in-indonesia-religious-affiliation-activism-and-development/|title=SALAFISM AND INFLUENCE OF THE MIDDLE EAST IN INDONESIA: Religious Affiliation, Activism, and Development. |date=2017-02-27|work=ISMES|access-date=2017-07-24|language=id-ID}}</ref> mantan pemimpin [[Partai Masyumi]] dan pemimpin kebangkitan Islam di Indonesia dan interaksi dengan [[Timur Tengah]].<ref name="MEI" /> Setelah partai Masyumi dibubarkan, Natsir dan mantan anggota partai lainnya bertemu untuk membuat DDII.<ref name="BORW"/> Menurut Hasan Noorhaidi "sejak awal berdirinya" DDII adalah "wakil Indonesia" dari [[Liga Muslim Dunia]] yang didanai oleh Saudi. Kelompok ini mencari kedekatan dengan Saudi sebagai perlindungan terhadap marjinalisasi politik Islam oleh pemerintah [[Suharto]] yang pro-pembangunan dan pro-modernisasi.<ref name="HNLJ2006-39">{{cite book|last1=Hasan|first1=Noorhaidi|title=Laskar Jihad|date=2006|publisher=SEAP Publications|location=Ithaca NY|pages=39–40|isbn=9780877277408|url=https://books.google.com/books?id=cTHqqDr61dMC&q=Dewan+Dakwah+Islamiyah+Indonesia+saudi&pg=PA39|access-date=24 July 2017}}</ref>
 
Dalam usianya yang ke-54 tahun, di tahun 2021, Dewan Da’wah telah memiliki perwakilan di 32 provinsi dan lebih dari 200 daerah tingkat II di Indonesia. Kini, ribuan dai Dewan Da’wah aktif berdakwah di seluruh pelosok Indonesia; baik di kota-kota maupun di daerah-daerah pedalaman. Sekitar 600 dai mendapatkan ‘mukafaah’ (insentif) bulanan secara rutin dari Dewan Da’wah pusat. Ratusan lagi dibiayai dakwah mereka oleh beberapa Dewan Da’wah daerah.
Menurut DDII, organisasi ini adalah institusi utama di Indonesia yang mendistribusikan beasiswa dari Liga Muslim Dunia yang didanai oleh Saudi untuk belajar di Timur Tengah.<ref name=SIMEI /> DDII juga bekerja untuk mendorong penerjemahan karya para ulama [[salafi]] ke dalam [[bahasa Indonesia]].<ref name=SIMEI /> Kader DDII antara lain Ahmad Faiz Asifuddin, Aunur Rafiq Ghufran dan Chamsaha Sofwan (sekarang dikenal sebagai Abu Nida).<ref name=SIMEI /> Menurut situs webnya, mereka telah membangun dan mengelola lebih dari 750 masjid, memiliki program pelatihan tingkat universitas untuk pendakwah (dai), guru, dan pekerja pembangunan pedesaan (dikenal sebagai Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir di [[Tambun, Tambun Selatan, Bekasi|Tambun]], [[Kabupaten Bekasi|Bekasi]]), lulusannya adalah ditempatkan terutama di daerah terpencil dan terisolasi.<ref>{{cite web|title=PROFIL DEWAN DA'WAH English Profile|url=https://dewandakwah.or.id/english-profile/|website=DDII|access-date=24 July 2017|archive-date=2019-06-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20190629111348/http://dewandakwah.or.id/english-profile/|dead-url=yes}}</ref>
 
Ada sekitar 800 masjid yang telah didirikan di Dewan Da’wah, tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Saat ini keluarga besar Dewan Da’wah mengelola ribuan pondok pesantren, sekolah, dan perguruan tinggi. Pada kepengurusan Dewan Da’wah masa khidmat 2020-2025 dibentuk tiga bidang khusus yang menangani dan membina tiga poros dakwah, yaitu masjid, kampus, dan pondok pesantren.
DDII berfokus pada menarik [[kelas sosial|kelas menengah ke bawah]] dan kaum [[miskin]] kota yang mempromosikan [[hukum syariah]] dan ketaatan ritual Islam sebagai solusi untuk [[penyakit masyarakat]], dan menurut salah satu kritikus yang menyerang "[[korupsi]] pemerintah, [[mistisisme]] [[Suku Jawa|Jawa]], [[liberalisme]] Muslim dan dominasi ekonomi [[orang Cina]]" sebagai gejala [[konspirasi]] yang lebih besar untuk [[Kristenisasi|mengkristenkan]] Indonesia.<ref name=friend-2009-383/> Pada tahun 2014, DDII dicirikan dengan "pandangan kuat anti-[[Syiah]], anti-[[Kristen]], dan anti-[[Ahmadiyah]]"<ref name="MEI"/> dan posisi "kaku secara skriptural" dalam akidah Islam.<ref name=friend-2009-383>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=_w6Mn4xRLt8C&q=Dewan+Dakwah+Islamiyah+Indonesia&pg=PA383|title=Indonesian Destinies|last=Friend|first=Theodore|date=July 2009|publisher=Harvard University Press|isbn=9780674037359|pages=383}}</ref>
 
Kampus utama Dewan Da’wah, yakni Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir, telah meluluskan sekitar 600 alumni. Mereka berkiprah dalam bidang dakwah di berbagai pelosok Nusantara. Disamping itu, tahun 2020 ini, Dewan Da’wah juga telah mendirikan 16 Kampus Akademi Dakwah Indonesia (ADI) di 23 kota/kabupaten.
Pada 26 Februari 1967, atas undangan pengurus masjid Al-Munawarah, [[Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat]], para alim [[ulama]] dan zu'ama berkumpul untuk bermusyawarah, membahas, meneliti, dan menilai beberapa masalah, terutama yang rapat hubungannya dengan usaha pembangunan [[umat]], juga tentang usaha mempertahankan [[aqidah]] di dalam kesimpangsiuran kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat.
 
Dewan Da’wah juga dikenal dengan Program Kaderisasi Seribu Ulama (PKSU) yang awalnya bekerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Program ini telah melahirkan ratusan master dan puluhan doktor dalam berbagai bidang keilmuan. Banyak di antara mereka yang telah berkiprah dalam bidang pendidikan dan pemikiran Islam, seperti Dr. Tiar Anwar Bahtiar, Dr. Dinar Dewi Kania, Dr. Ujang Habibie, Dr. Ahmad Alim, Dr. Imam Zamroji, Dr. Budi Handrianto, dan sebagainya.
Musyawarah menyimpulkan dua hal sebagai berikut:
# Menyatakan rasa syukur atas hasil dan kemajuan yang telah dicapai hingga kini dalam usaha-usaha dakwah yang secara terus menerus dilakukan oleh berbagai kalangan umat, yakni para alim ulama dan para [[Dai|muballigh]] secara pribadi, serta atas usaha-usaha yang telah dicapai dalam rangka organisasi dakwah.
# Memandang perlu (''urgent'') lebih ditingkatkan hasil dakwah hingga taraf yang lebih tinggi sehingga tercipta suatu keselarasan antara banyaknya tenaga lahir yang dikerahkan dan banyaknya tenaga batin yang dicurahkan dalam rangka dakwah tersebut.
 
Sejak didirikan tahun 1967 hingga kini, Mohammad Natsir dan Dewan Da’wah telah mengirim dan memberikan rekomendasi kepada ribuan mahasiswa yang menimba ilmu di Timur Tengah, Amerika, Eropa, dan Malaysia. Para kader Dewan Da’wah atau para kader Mohammad Natsir itu—masih banyak yang aktif berkiprah di tengah masyarakat, baik sebagai dosen, politisi, guru, maupun pimpinan Lembaga Pendidikan Islam.
Untuk menindaklanjuti kesimpulan pada butir kedua di atas, musyawarah para ulama dan zu'ama mengkonstatir terdapatnya berbagai persoalan, antara lain:
# Mutu dakwah yang di dalamnya tercakup persoalan penyempurnaan sistem perlengkapan, peralatan, peningkatan teknik komunikasi, lebih-lebih lagi sangat dirasakan perlunya dalam usaha menghadapi tantangan ([[konfrontasi]]) dari bermacam-macam usaha yang sekarang giat dilancarkan oleh penganut agama-agama lain dan [[kepercayaan]]-kepercayaan (antara lain paham [[Ateis|anti Tuhan]] yang masih merayap di bawah tanah), [[Katolik]], [[Protestan]], [[Hindu]], [[Buddha]], dan sebagainya terhadap masyarakat Islam.
# ''Planning'' dan integrasi yang di dalamnya tercakup persoalan-persoalan yang diawali oleh [[penelitian]] (''research'') dan disusul oleh pengintegrasian segala unsur dan badan-badan dakwah yang telah ada dalam masyarakat ke dalam suatu kerja sama yang baik dan berencana.
 
Saat ini, Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia berkantor di Gedung Menara Dakwah, yang berlokasi di pusat kota Jakarta, di Jalan Kramat Raya 45. Gedung sembilan lantai ini bisa dikatakan sebagai gedung dakwah tertinggi di Jakarta. Nama “Gedung Menara Da’wah” diberikan oleh KH Ali Yafie yang pernah menjadi Rois Am [[Nahdlatul Ulama]]. Gedung ini dimanfaatkan untuk perkantoran Dewan Da’wah, ruang kuliah STID Mohammad Natsir, perpustakaan, pusat multimedia, dan sebagainya.
Dalam menampung masalah-masalah tersebut, yang mengandung cakupan yang cukup luas dan sifat yang cukup kompleks, maka musyawarah alim ulama itu memandang perlu membentuk suatu wadah yang kemudian dijelmakan dalam sebuah Yayasan yang diberi nama Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia disingkat Dewan Dakwah. Pengurus Pusat yayasan ini berkedudukan di [[ibu kota]] [[negara]], dan dimungkinkan memiliki Perwakilan di tiap-tiap ibu kota Daerah Tingkat I serta Pembantu Perwakilan di tiap-tiap ibu kota Daerah Tingkat II seluruh Indonesia.
 
Perpustakaan Dewan Da’wah memiliki berbagai koleksi yang unik. Diantaranya adalah Ruang khusus koleksi pribadi Prof. HM Rasjidi. HM Rasjidi adalah Menteri Agama pertama Republik Indonesia, sekaligus dikenal sebagai salah satu cendekiawan hebat yang pernah menjadi pengajar di McGill University di tahun 1960-an. HM Rasjidi dikenal sangat kritis terhadap pemikiran para orientalis, meskipun gelar doktor diraihnya dari Sorbonne University di bawah bimbingan orientalis terkemuka, Louis Massignon.
 
Dewan Da’wah telah memiliki Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Dewan Da’wah, dengan perwakilan di 14 provinsi. Semua Lembaga telah disahkan oleh Kementerian Agama. LAZNAS Dewan Da’wah kini tergabung dalam koordinasi organisasi Zakat Ormas Islam, bersama Lembaga zakat NU, Muhammadiyah, Hidayatullah, [[Persatuan Islam]], Wahdah Islamiyah, dan al-Irsyad al-Islamiyah. LAZNAS Dewan Da’wah juga menjadi anggota Forum Zakat Nasional (FOZ). Di Asia Tenggara dan Internasional, LAZNAS Dewan Da’wah tergabung dalam South East Asia Humanitarian Forum dan Forum NGO Islam tingkat dunia yang berpusat di Turki. Forum ini beranggotakan 350 NGO dari 65 negara. Di forum ini, LAZNAS Dewan Da’wah duduk sebagai ''auditing board member''.
 
Di samping itu, Dewan Da’wah juga secara resmi mendirikan Badan Wakaf Dewan Da’wah, yang telah mendapatkan pengesahan Badan Wakaf Indonesia (BWI) untuk menyelenggarakan wakaf barang dan tunai. Badan wakaf ini sangat strategis, sebab kini Dewan Da’wah mendapatkan amanah untuk mengelola ratusan aset-aset wakaf yang tersebar di seluruh Indonesia.
 
Sejak puluhan tahun lalu, Dewan Da’wah juga menjalin kerjasama dengan sejumlah lembaga Islam internasional seperti Rabithah Alam Islamy di Mekkah, al-Haiah Khairiyah al-Islamiyah Kuwait, Komite Koordinasi Amal Islamy—Organisasi Konferensi Islam Jeddah, International Islamic Council for Da’wah and Relief (IICDR) Kairo, Haiah al-Ighatsah al-Islamiyah al-Alamiyah Jeddah, RISEAP Kuala Lumpur dan sebagainya.
 
Saat ini, Dewan Da’wah juga masih menjadi anggota Rabithah Alam Islami di Makkah, International Islamic Charitable Organization (IICO) di Kuwait, dan Muzadhomah ad-Da’wah wal-Ighatsah al-Alamiyah di Cairo. Juga, Dewan Da’wah menjadi partnership dari Zakat House Kuwait dan al-Syaikh Abdullah an-Nury Foundation Kuwait.
 
Sejak 1967, sudah setengah abad lebih, Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia berkiprah dalam dakwah Islam di Indonesia. Selama itu, Dewan Da’wah dipimpin tokoh-tokoh hebat: Dr. Mohammad Natsir, Prof. Dr. HM Rasjidi, Dr. Anwar Haryono, H. Affandi Ridwan, HM Cholil Badawi, H. Hussein Umar, H. Syuhada Bahri, dan H. Mohammad Siddiq. Mulai 22 Oktober 2020, amanah kepemimpinan itu dilimpahkan kepada Dr. Adian Husaini.
 
Sejak berdiri, Dewan Da’wah memutuskan untuk melakukan aktivitas politik melalui dakwah Islamiyah, sebagaimana digariskan oleh Mohammad Natsir, yaitu: “Kita berpolitik dengan dakwah”. Oleh karena itu, Dewan Da’wah memutuskan untuk menekuni bidang dakwah dan mengambil jarak yang sama dengan semua kekuatan politik yang memperjuangkan aspirasi umat Islam dan memperjuangkan kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 
Tepat pada usia yang ke-54 tahun, Dewan Da’wah semakin mengokohkan diri sebagai organisasi yang bergerak di bidang dakwah dan pendidikan di Indonesia, dengan mengutamakan tiga poros dakwah, yatu: Pesantren, Masjid, dan Kampus.
 
== Landasan kebijaksanaan ==
Baris 59 ⟶ 75:
== Pengurus ==
Pertama kali kepengurusan Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) sebagai berikut:
* Ketua: H. [[Mohammad Natsir]]
* Wakil Ketua: Dr. H.[[Mohammad Rasjidi]]
* Sekretaris: H. [[Buchari Tamam]]
* Sekretaris II: H. [[Nawawi Soetan Makmoer|Nawawi Duski]]
* Bendahara: H. [[Hasan Basri (ulama)|Hasan Basri]]
* Anggota: K.H. [[Taufiqurrahman]]
*: [[Mochtar Kusumaatmadja|Mochtar Lintang]]
*: H. [[Zainal Abidin Ahmad]]
*: [[Prawoto Mangkusasmito]]
Baris 72 ⟶ 88:
*: Abdul Hamid<ref>https://dewandakwahlampungselatan.wordpress.com/about/sejarah-dewan-dawah-islamiyah-indonesia/</ref>
 
Ketua Umum DDII untuk periode tahun 2020 - 2025 adalah Drdrh. H. [[Adian Husaini]], M.Si, Ph.D.<ref>{{Cite web |url=https://kabar.dewandakwah.com/struktur/ |title=Salinan arsip |access-date=2020-09-14 |archive-date=2020-08-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20200813084103/https://kabar.dewandakwah.com/struktur/ |dead-url=yes }}</ref>
 
== Rujukan ==
Baris 81 ⟶ 97:
 
== Pranala luar ==
* [http://www.dewandakwah.or.idcom Situs web resmi Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200217062435/http://dewandakwah.or.id/ |date=2020-02-17 }}
 
[[Kategori:Organisasi Islam di Indonesia]]