Kabupaten Bojonegoro: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →clean up: letak template yang benar Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Pengembalian manual |
||
(32 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{tentang|kabupaten|kecamatan bernama sama|Kecamatan Bojonegoro
{{redirect|Bojonegoro {{pp-vandalism|small=yes}}
{{Dati2
| settlement_type = Kabupaten
| nama = Kabupaten Bojonegoro
| translit_lang1_type1 = [[
| nama lain =
| lambang = Seal of Bojonegoro Regency.svg
| peta = Locator kabupaten bojonegoro.png
| translit_lang1_info1 = {{resize|10pt|''Bojånagårå''}} {{font|size=60%|([[Bahasa Jawa#Fonologi|Gêdrig]])}}<br> {{resize|11pt|بَوجاناڮارا}} {{font|size=60%|([[Abjad Pegon|Pégon]])}}<br> {{resize|10pt|ꦧꦺꦴꦗꦤꦒꦫ}} {{font|size=60%|([[Aksara Jawa|Hånåcåråkå]])}}
| foto = {{multiple image|border= infobox|total_width= 300|image_style= border:1;
|perrow = 1/2/2
Baris 18:
|image5=Bojonegoro bengawan solo.jpg
}}
| caption = '''Dari atas, kiri ke kanan'''; Hutan
| koordinat = {{Coord|-7.150191|111.881532|display=inline, title}}
| motto = Jêr kartå raharjå måwå karyå<br />{{small|{{jv}} Bekerja keraslah untuk mewujudkan daerah yang sejahtera}}<br/>(1977 Masehi)<ref name="lambang">Lambang Kabupaten Bojonegoro, ditetapkan berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 1977.</ref>
| semboyan = Bojonegoro Produkif
| slogan = Pinarak Bojonegoro
| julukan = {{hlist|Bumi Energi|<br>Tanah Brahmana}}<!--untuk daerah kabupaten, tidak disebutkan julukan "kota"-->
| propinsi = [[Jawa Timur]]
| ibukota = [[Bojonegoro, Bojonegoro|Bojonegoro]]
| luas = 2307,06
| luasref = <ref>{{cite web|url=https://bojonegorokab.bps.go.id/statictable/2015/03/24/82/luas-wilayah-menurut-kecamatan-di-kabupaten-bojonegoro.html|title=Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bojonegoro|website=https://bojonegorokab.bps.go.id/|date=(14 April 2018)|accessdate=10 Juni 2021|archive-date=2021-06-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20210610090331/https://bojonegorokab.bps.go.id/statictable/2015/03/24/82/luas-wilayah-menurut-kecamatan-di-kabupaten-bojonegoro.html|dead-url=no}}</ref>
Baris 31 ⟶ 32:
| pendudukref = <ref name="BOJONEGORO">{{cite web|url=https://bojonegorokab.bps.go.id/publication/2021/02/26/f8d1dfdad9922c614c7b3ee6/kabupaten-bojonegoro-dalam-angka-2021.html|title=Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka 2021|website=www.bojonegorokab.bps.go.id|accessdate=13 April 2021|pages=6, 33,|format=pdf|archive-date=2021-04-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20210413080139/https://bojonegorokab.bps.go.id/publication/2021/02/26/f8d1dfdad9922c614c7b3ee6/kabupaten-bojonegoro-dalam-angka-2021.html|dead-url=no}}</ref>
| kepadatan = 556
| kecamatan = [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Bojonegoro|28]]
| kelurahan = [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Bojonegoro|11]]
| desa = [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Bojonegoro|419]]
| dasar hukum = UU No. 12/1950
| tanggal = 8 Agustus 1950
| hari jadi =
| kepala daerah = [[Bupati]]
| nama kepala daerah = [[
| wakil kepala daerah = [[Wakil Bupati]]
| nama wakil kepala daerah =
| sekretaris daerah = Nurul Azizah
| ketua DPRD = Abdullah Umar
| kodearea =
| kodepos = [[Daftar kode pos di Indonesia|62111
| bahasa = [[Bahasa Indonesia|Indonesia]] (resmi),<br> [[Bahasa Jawa|Jawa]] (
| agama = {{ublist |item_style=white-space;
| agama = [[Islam]] 98,59%<br/> [[Kristen]] 0,97%<br/>- [[Protestan]] 0,57%<br/>- [[Katolik]] 0,40%<br/> [[Hindu]] 0,20%<br/> [[Budha]] 0,12%<br/> [[Konghucu]] 0,07%<br/> Lainnya 0,05%<ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://jatim.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=ZGFmNmFiZDQ5NjAyYzVhNDc3ODk1Yjk0&xzmn=aHR0cHM6Ly9qYXRpbS5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxNS8xMS8yMC9kYWY2YWJkNDk2MDJjNWE0Nzc4OTViOTQvamF3YS10aW11ci1kYWxhbS1hbmdrYS0yMDE1Lmh0bWw%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMS0wOS0wNyAyMTozNzowMA%3D%3D|title=Visualisasi Data Kependuduakan - Kementerian Dalam Negeri 2020|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=13 April 2021|archive-date=2021-09-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20210907144519/https://jatim.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=ZGFmNmFiZDQ5NjAyYzVhNDc3ODk1Yjk0&xzmn=aHR0cHM6Ly9qYXRpbS5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxNS8xMS8yMC9kYWY2YWJkNDk2MDJjNWE0Nzc4OTViOTQvamF3YS10aW11ci1kYWxhbS1hbmdrYS0yMDE1Lmh0bWw%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMS0wOS0wNyAyMTozNzowMA%3D%3D|dead-url=no}}</ref><ref name="AGAMA">{{cite web|url=|title=Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kabupaten Bojonegoro|website=www.spp2010.bps.go.id|accessdate=20 September 2020}}</ref>▼
|
|{{Tree list}}
| fauna = [[Merak Hijau]]▼
* 0,97% [[Kekristenan|Kristen]]
** 0,57% [[Protestan]]
** 0,40% [[Katolik]]
{{Tree list/end}}
▲|
| flora = [[Gayam]]
| zona waktu =
| dau = Rp 986.465.055.000,- ([[2020]])<ref>{{cite web|url=http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2019/09/2.-DAU.pdf |title=Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020|website=www.djpk.kemenkeu.go.id|date=(2020)|accessdate=13 April 2021}}</ref>
| IPM = {{increase}} 69,04 (
| web = {{URL|http://www.bojonegorokab.go.id/}}
| nomor_polisi = S ''xxxx''
| iso = ID-JI
}}
'''Kabupaten Bojonegoro''' ({{Lang-jv|[[Hanacaraka]]: ꦧꦺꦴꦗꦤꦒꦫ, [[Pegon]]: بَوجاناڮارا|Bojånagårå}}; <small>pengucapan bahasa Jawa:</small> [[Bantuan:Pengucapan|[bod͡ʒɔˈnaɡɔrɔ]]]) adalah sebuah wilayah [[kabupaten]] yang berada di [[Provinsi]] [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]. Ibukota nya adalah
Komoditas lokal berupa minyak bumi, sumur kuno, hingga gas alam yang cukup besar, membuat [[Kabupaten Bojonegoro]] dikenal dengan julukan Bumi Energi. Secara historis, potensi minyak bumi Bojonegoro sudah diketahui sejak ribuan tahun silam. Keberadaan minyak bumi Bojonegoro, disinyalir sudah disinggung dalam [[Prasasti Telang]] (903 M), yang menyebut kata ''lna'' (lenga /minyak bumi).
Sebagai gerbang masuk utama Jawa Timur dari arah barat, wilayah barat Bojonegoro (perbatasan dengan Jawa Tengah) merupakan bagian dari [[Blok Cepu]], salah satu sumber deposit minyak bumi utama di Indonesia. Per sensus penduduk [[2020]], penduduk Kabupaten Bojonegoro berjumlah 1.339.100 jiwa dengan kepadatan 580 jiwa/km<sup>2</sup>.<ref name="BOJONEGORO" />
== Sejarah ==
Bojonegoro semula bernama Jipang. Wilayahnya meliputi Bojonegoro saat ini, bagian selatan Blora, dan bagian selatan Tuban. Teritorial Jipang dialiri sungai Bengawan dan dipagari Bukit Kendeng Utara. Jipang sudah ada sejak era Kerajaan Singashari. Ini tercatat empiris dalam Prasasti Maribong (1248 M) yang dikeluarkan Raja Wisnuwardhana dari Kerajaan Singashari.
Dalam Prasasti Maribong (1248 M), disebutkan bahwa wilayah bernama Maribong (sekarang Dusun Merbong, Desa Payaman, Bojonegoro), yang merupakan bagian dari Tlatah Jipang, dijadikan tanah perdikan khusus peribadatan Para Brahmana. Anugerah ini karena Para Brahmana Jipang punya jasa besar bagi Raja Ken Arok (pendiri Singashari).
Jasa besar para Brahmana Jipang bagi Raja Ken Arok adalah, membantu menyatukan kembali Pulau Jawa, setelah sebelumnya terpisah menjadi dua, Jenggala (Peradaban Pesisir) dan Panjalu (Peradaban Pegunungan). Berkat penyatuan Pulau Jawa yang dilakukan Para Brahmana Jipang itulah, Kemaharajaan Singashari bisa berdiri. Ini menjadi dasar Raja Wisnuwardhana menjadikan Jipang sebagai Tanah Para Brahmana.
Dari data historis di atas, Bojonegoro dikenal sebagai Tanah Brahmana. Kabupaten
1. Prasasti (903 M), dirilis zaman [[Dyah Balitung|Dyah Balitung Medang Kuno]]
2. Prasasti Pelem (929 - 947 M), dirilis zaman Raja [[Mpu Sindok|Dyah Pu Sindok Medang]] Jawa Timur.
3. Prasasti Pucangan (1041 M), dirilis zaman [[Airlangga|Raja Airlangga]] Medang Kahuripan
4. Prasasti Maribong (1246 M), dirilis zaman [[Wisnuwardhana|Raja Wisnuwardhana]] Singasari
5. Prasasti Adan-adan (1301 M), dirilis zaman [[Raden Wijaya]], Raja pertama Majapahit.
6. Prasasti Canggu (1358 M), dirilis zaman [[Hayam Wuruk|Raja Hayam Wuruk]], penguasa Terbesar Majapahit.
7. Prasasti Sekar (1365 M), dirilis zaman [[Hayam Wuruk|Raja Hayam Wuruk]], penguasa Terbesar Majapahit.
8. Prasasti Pamintihan (1473 M), dirilis zaman Raja Suraprabhawa (Bhre Pandansalas) [[Majapahit]].
Daftar prasasti di atas, belum termasuk prasasti-prasaati diduga era Medang yang masih banyak di Bojonegoro. Termasuk arca dan sejumlah artefak yang sezaman.
Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, Jipang juga menjadi vasal istimewa, penghubung pesisir dan pegunungan. Sesuai ''Prasasti Canggu'' (1358 M), penguasa terbesar Majapahit itu memberi banyak titik Naditira Pradeca (pelabuhan sungai) di sepanjang Tlatah Jipang. Seperti dicatat J. Noorduyn dalam ''Further Topographical Notes on the Ferry Charter of 1358,'' ada sebanyak 18 titik pelabuhan Naditira Pradeca di sepanjang Tlatah Jipang.
Naditira Pradeca itu dibuka dari Jipang Hilir (Baureno), dan ditutup hingga Jipang Hulu (Margomulyo). Secara ilmiah, Prasasti Canggu (1358 M) telah memperkuat ''trademark'' Jipang (Bojonegoro) sebagai Wangsa Bengawan. Penguasa dan pengendali transportasi sungai Bengawan.
Selain memberi banyak titik pelabuhan Naditira Pradeca, Raja Hayam Wuruk juga menjadikan Tlatah Jipang sebagai vasal istimewa. Terbukti, Jipang menjadi vasal yang tak dipimpin Bhre (Bathara). Sebab, telah ditasbihkan sebagai Tanah Brahmana oleh Raja Wisnuwardhana, raja yang juga leluhur dari Raja-raja Majapahit. Keistimewaan Jipang (Bojonegoro) sebagai vasal Brahmana, terjadi hingga akhir masa Kemaharajaan Majapahit.
Dalam buku Sejarah Kabupaten Bojonegoro, diceritakan perjalanan sejarah Bojonegoro mulai pada abad 15 M. Literatur yang disusun pada 1988, dengan sumber Babad Tanah Jawa karya Pujangga Surakarta dan JJ. Meinsma itu, menyebut bahwa pada era Kesultanan Demak, wilayah Jipang (Bojonegoro) jadi bagian dari Kesultanan Demak yang bernama Kadipaten Jipang. Lalu pada 20 Oktober 1677, Kadipaten Jipang diubah menjadi Kabupaten Jipang, dengan bupati pertama bernama Mas Tumapel. Pusat kotanya berpindah-pindah. Dari Jipang Panolan, Jipang Padangan, hingga Jipang Rajekwesi. Nama Bojonegoro sendiri, baru dibuat pada 1828, saat terjadi Perang Jawa (1825 - 1830 M). Sampai saat ini, tanggal 20 Oktober 1677 dikenal sebagai Hari Jadi Bojonegoro.
[[Berkas:KITLV - 1406040 - Kurkdjian, Photo-Atelier - Soerabaja - Ferry at Bodjonegoro Cikar - 1900-1920.tif|ka|jmpl|Moda transportasi berupa cikar di Bojonegoro pada masa lampau]]
Baris 120 ⟶ 164:
== Sosial Budaya ==
'''Budaya Njipangan'''
=== Masyarakat Samin ===▼
[[Dusun]] Jepang, salah satu dusun dari 9 [[dusun]] di Desa Margomulyo yang berada di kawasan hutan memiliki luas 74,733 hektare. Jarak sekitar 4,5 kilometer dari ibu kota Kecamatan Margomulyo, 69 kilometer arah barat-selatan atau kurang lebih dengan jarak tempuh antara 2-2,5 jam perjalanan dengan kendaraan dari [[ibu kota]] Bojonegoro dan 259 kilometer dari [[ibu kota]] Provinsi [[Jawa Timur]] ([[Surabaya]]).▼
Bojonegoro yang semula bernama Jipang, wilayahnya dialiri sungai Bengawan yang membentang dari Jipang Hulu (Margomulyo) hingga Jipang Hilir (Baureno). Masyarakatnya pun memiliki budaya khas bantaran Bengawan yang dikenal dengan Budaya Njipangan. Budaya yang memadukan Peradaban Pesisir (Tradisi Islam) dan Pegunungan (Tradisi Jawa). Tak heran masyarakat Bojonegoro memiliki keseimbangan dalam sisi religius dan kebudayaan. Seni Kentrung, Seni Jedoran, Seni Sandur, dan Seni Wayang Thengul adalah bentuk perpaduan antara Pesisir dan Pegunungan, khas Budaya Njipangan. Pertunjukan yang di dalamnya terdapat hikmah moralitas keagamaan.
Masyarakat [[Wong Samin|Samin]] yang tinggal di dusun tersebut, adalah figur tokoh atau orang-orang tua yang gigih berjuang menentang [[Kolonial]] [[Belanda]] dengan gerakan yang dikenal dengan [[Ajaran Samin|Gerakan Saminisme]], yang dipimpin oleh Ki [[Samin Surosentiko]]. Dalam Komunitas Samin tidak ada istilah untuk membantu [[Pemerintah]] [[Belanda]] seperti menolak membayar [[pajak]], tidak mau kerja sama, tidak mau menjual apalagi memberi hasil bumi kepada [[Pemerintah]] [[Belanda]]. Prinsip dalam memerangi [[Kolonial]] [[Belanda]] melalui penanaman ajaran Saminisme yang artinya sami-sami amin (bersama-sama) yang dicerminkan dan dilandasi oleh kekuatan, kejujuran, kebersamaan dan kesederhanaan.▼
Sikap perjuangann mereka dapat dilihat dari profil orang samin yakni gaya hidup yang tidak bergelimpangan harta, tidak menjadi [[antek]] [[Belanda]], bekerja keras, berdoa, berpuasa dan berderma kepada sesama. Ungkapan-ungkapan yang sering diajarkan, antara lain: sikap lahir yang berjalan bersama batin diungkapkan yang berbunyi ''sabar, nrimo, rilo'' dan ''trokal'' (kerja keras), tidak mau merugikan orang lain diungkapkan dalam sikap ''sepi ing pamrih rame ing gawe'' dan selalu hati-hati dalam berbicara diungkapkan ''ojo waton ngomong, ning ngomong kang maton''. Lokasi masyarakat Samin (dusun Jepang) memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi objek Wisata Minat Khusus atau Wisata Budaya Masyarakat Samin melalui pengembangan paket Wisata Homestay bersama masyarakat Samin. Hal yang menarik dalam paket ini ialah para wisatawan dapat menikmati suasana dan gaya hidup kekhasan masyarakat Samin. Untuk rintisan tersebut, kebijakan yang telah dilakukan adalah melalui penataan kampung dan penyediaan fasilitas sosial dasar.▼
▲=== Tari Tayub ===
Tayub merupakan tari pergaulan yang populer bagi masyarakat Bojonegoro dan sekitarnya. Tarian ini biasanya dilakukan oleh pria dengan diiringi gamelan dan tembang Jawa yang dilantunkan oleh [[waranggono]] yang syairnya sarat dengan petuah dan ajaran.
Baris 134 ⟶ 176:
Biasanya kelompok-kelompok tari tayub ini banyak terdapat di Kecamatan Temayang dan Bubulan yang terletak sekitar 30 km dari Kecamatan Kota Bojonegoro.
Wayang Thengul adalah kesenian wayang khas Bojonegoro yang dalam bentuk 3 dimensi dengan diiringi gamelan [[pelog]]/[[slendro]] yang
Walaupun wayang thengul ini jarang dipertunjukkan lagi, tetapi keberadaannya tetap dilestarikan di Kabupaten Bojonegoro, khususnya di Kecamatan Kanor yang berasalkan dari kata KANORAGAN karena pada ssat itu warok ponorogo menunjukan kekuatan kanoragaanya di sela-sela pentas reog ponorogo dan wayang thengul, daerah ini yang berjarak ± 40 Km dari Kota Bojonegoro.
Baris 141 ⟶ 184:
Perkembangan Wayang Thengul saat ini hingga keluar kota Bojonegoro, Seperti di Ponorogo yang dikenal dengan Wayang YES yang mendapatkan didikan secara langsung di Bojonegoro. Namun pada Wayang Yes memiliki perbedaan pada tokoh cerita, bahkan berkaloborasi dengan dangdut, jazz, bahkan reyog.
Sandur merupakan seni pertunjukan berbentuk teater rakyat yang berkembang di Bojonegoro dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun 2018 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Pertunjukan sandur dibawakan oleh sekelompok orang yang memiliki tugas masing-masing, yakni anak wayang, germo, panjak ore, dan jaranan. Pertunjukan sandur di Bojonegoro diwakili oleh empat tokoh bernama Cawik, Pethak, Balong dan Tangsil.
Pertunjukan Sandur dimulai oleh Panjak Ore dengan membawakan tembang pembuka yang dipimpin oleh Germo. Panjak Oré, adegan dan acting dilakukan dengan menari dan diringi tembang-tembang oleh Panjak Oré sesuai dengan adegan yang dilakukan, dan ajaranan,penyajian pertunjukan sandur ''pakem'' identik dengan penyajiannya yang sederhana, memiliki nuansa ritual dan sakral yang dibangun oleh aroma bunga, dupa, kemenyan dan ditambah lagi dengan tari ''Jaranan'' yang dilakukan dengan proses ''ndadi''. Atraksi ''Kalongking'' yang mendebarkan, atraksi ini dilakukan dengan berjumpalitan pada seutas tali atau tambang. Tali atau tambang tersebut dikaitkan pada ujung dua tiang bambu berukuran 5-10 meter. Kedua tiang dipasang di sisi timur dan barat arena pertunjukan dengan posisi berdiri atau menjulang. Atraksi ini (kalongking) merupakan pertanda berakhirnya pertunjukan Sandur.
▲[[Dusun]] Jepang, salah satu dusun dari 9 [[dusun]] di Desa Margomulyo yang berada di kawasan hutan memiliki luas 74,733 hektare. Jarak sekitar 4,5 kilometer dari ibu kota Kecamatan Margomulyo, 69 kilometer arah barat-selatan atau kurang lebih dengan jarak tempuh antara 2-2,5 jam perjalanan dengan kendaraan dari [[ibu kota]] Bojonegoro dan 259 kilometer dari [[ibu kota]] Provinsi [[Jawa Timur]] ([[Surabaya]]).
▲Masyarakat [[Wong Samin|Samin]] yang tinggal di dusun tersebut, adalah figur tokoh atau orang-orang tua yang gigih berjuang menentang [[Kolonial]] [[Belanda]] dengan gerakan yang dikenal dengan [[Ajaran Samin|Gerakan Saminisme]], yang dipimpin oleh Ki [[Samin Surosentiko]]. Dalam Komunitas Samin tidak ada istilah untuk membantu [[Pemerintah]] [[Belanda]] seperti menolak membayar [[pajak]], tidak mau kerja sama, tidak mau menjual apalagi memberi hasil bumi kepada [[Pemerintah]] [[Belanda]]. Prinsip dalam memerangi [[Kolonial]] [[Belanda]] melalui penanaman ajaran Saminisme yang artinya sami-sami amin (bersama-sama) yang dicerminkan dan dilandasi oleh kekuatan, kejujuran, kebersamaan dan kesederhanaan.
▲Sikap perjuangann mereka dapat dilihat dari profil orang samin yakni gaya hidup yang tidak bergelimpangan harta, tidak menjadi [[antek]] [[Belanda]], bekerja keras, berdoa, berpuasa dan berderma kepada sesama. Ungkapan-ungkapan yang sering diajarkan, antara lain: sikap lahir yang berjalan bersama batin diungkapkan yang berbunyi ''sabar, nrimo, rilo'' dan ''trokal'' (kerja keras), tidak mau merugikan orang lain diungkapkan dalam sikap ''sepi ing pamrih rame ing gawe'' dan selalu hati-hati dalam berbicara diungkapkan ''ojo waton ngomong, ning ngomong kang maton''. Lokasi masyarakat Samin (dusun Jepang) memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi objek Wisata Minat Khusus atau Wisata Budaya Masyarakat Samin melalui pengembangan paket Wisata Homestay bersama masyarakat Samin. Hal yang menarik dalam paket ini ialah para wisatawan dapat menikmati suasana dan gaya hidup kekhasan masyarakat Samin. Untuk rintisan tersebut, kebijakan yang telah dilakukan adalah melalui penataan kampung dan penyediaan fasilitas sosial dasar.
== Transportasi ==
Baris 221 ⟶ 273:
== Tokoh Terkenal ==
* Sidi Syekh Abdurrohman ibn Syahiddin Al Fadangi (Mbah Klotok), merupakan ulama dan penulis puluhan Manuskrip Padangan. Sebuah catatan tangan terkait peradaban Islam pada abad 19 M.
* KH Muhammad Hasyim Al Fadangi (Mbah Hasyim Jalakan), merupakan ulama penulis sejumlah kitab. Di antara karya terkenalnya berjudul Tashrifan Padangan.
* KH. Mohammad Sholeh Talun (Pendiri & Pengasuh Ponpes Attanwir) Talun Sumberrejo Bojonegoro Yang merupakan Guru Besar dan panutan Para Tokoh–Tokoh Bojonegoro.
* Kyai Haji [[Anwar Zahid]], ulama dari desa [[Simorejo, Kanor, Bojonegoro]] yang menjadi pembicara sekaligus artis lokal dengan slogan lucunya "Qulhu ae Lek !"
|