Kesultanan Jailolo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rajamakawasa (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Edit Check (references) activated Edit Check (references) declined (other) Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Rajamakawasa (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 136:
Jauh sebelum perjanjian Moti Verbond, Kesultanan Jailolo Awal diperintah oleh '''''Seorang Ratu''''' yang menurut beberapa sumber seperti catatan Mpu Prapanca dalam ''Negarakertagama'' diketahui menguasai separuh Pulau Halmahera. Ratu Jailolo ini menurunkan penguasa lokal yang kemudian dikenal dengan Penguasa Gamkonora.[5]
 
'''''[[Sangaji Gamkonora]]''''' adalah Penguasa lokal Independent di Halmahera yang memilikimewarisi sebagian wilayah kekuasaan sendiriBoki Cendana dandengan batas wilayahnya di selatan dari gunung oon "kie oon" separuh milik sahu, ke utara berbatasan dengan wilayah Loloda "batu tua masoselo" / mari poroco ''kaha tola'' dan ke pedalaman hutan berbatasan dengan kie madudu lembah Kaoe/Kau.
 
'''''Penguasa [[Gamkonora, Ibu Selatan, Halmahera Barat|Gamkonora]]''''' awal berasal dari Trah Ratu Halmahera/Jailolo awal yang menikah dengan Raja Loloda. Menurut [[legenda Biku Sagara]]. Menurut legenda ini, Raja-raja Maluku berawal dari empat buah telur naga yang menetaskan tiga orang laki-laki dan seorang perempuan. Dari tiga orang anak laki-laki itu, seorang menjadi Raja Bacan, yang lain menjadi Raja Papua, dan seorang lagi menjadi penguasa Butung dan Banggai, sementara yang perempuan adalah Ratu Jailolo yang menjadi permaisuri Raja Loloda. Legenda ini sama seperti legenda lainnya di Nusantara yang kurang lebih kiasan sastra yang memiliki makna bahwa Naga dalam mitos bangsa Cina melambangkan bangsawan atau orang yang dipandang memiliki derajat kedudukan tinggi. Mengingat bangsa Cina yang menemukan Maluku pertama kali sehingga setiap tutur lisan menyangkut mitos atau legenda sering dikaitkan dengan kepercayaan mitologi Cina.
 
[[Ratu Jailolo]] ''Mo-Mole; Dia perempuan-Sakti'' bertahta di Gamkonora tepatnya di ''Nguai-di Cim/Ngidi Cim'', sebuah sungai yang menghubungkan pemukiman orang Gamkonora awal dengan pesisir laut Halmahera Muka. Setelah menikah dengan Raja Jailolo untuk misi menguasai Halmahera, Mo-mole / ''Ratu'' dikenal dengan nama '''Boki Cendana.'''
Baris 144:
Setelah Ratu Jailolo meninggal, Loloda mampu melepaskan diri dan memantapkan wilayah kekuasaanya sendiri.
 
Tahun 1322 dalam beberapa literatur tercatat para penguasa di Maluku menggelar pertemuan yang dikenal dengan persekutuan Moti "'''Moti Verbond'''" ketika kabarramai Portugisperdagangan mulairempah melirikdi Kepulauan Maluku, untukdari monopolipersekutuan Cengkeh,ini muncullah penguasa baru Maluku dengan empat Raja dandengan wilayahnya masing-masing diantaranya Kerajaan Jailolo, Bacan Tidore dan Ternate. Dalam persekutuan ini perwakilan Loloda dan Moro tidak ikut.
 
Penguasa Gamkonora kemudian menjadi sebuah pemerintahan yang independen namun masih memakai gelar ''[[Rajamakawasa]]'' "''Raja yang berkuasa''", dan pada gilirannya gelar ini masih disematkan kepada setiap penguasa berikutnya yang bergelar Sangaji Gamkonora ketika Gamkonora menjadi vasal Kesultanan Ternate.
Baris 190:
 
'''''Kesultanan Jailolo''''' didirikan kembali secara adat setelah [[Sejarah Indonesia (1998–sekarang)|era reformasi]] dimulai pada tahun 1998. Bersamaan dengan itu, [[komunitas adat Moloku Kie Raha]] dibentuk kembali. Selama periode 2002–2017, telah terpilih empat keturunan dari Kesultanan Jailolo sebagai [[pemimpin adat]].[6] Kesultanan Jailolo tidak memiliki banyak [[peninggalan arkeologi]]. Bekas Istana Kesultanan Jailolo tidak ditemukan sama sekali. Peninggalan yang tersisa hanya berupa benteng, masjid, dan makam kuno.[7]
 
Kesultanan Jailolo didirikan kembali secara adat setelah [[Sejarah Indonesia (1998–sekarang)|era reformasi]] dimulai pada tahun 1998. Bersamaan dengan itu, [[komunitas adat Moloku Kie Raha]] dibentuk kembali. Selama periode 2002–2017, telah terpilih empat keturunan dari Kesultanan Jailolo sebagai [[pemimpin adat]].{{Sfn|Mansur dan Said|(2018)|p=137—138}} Kesultanan Jailolo tidak memiliki banyak [[peninggalan arkeologi]]. Bekas Istana Kesultanan Jailolo tidak ditemukan sama sekali. Peninggalan yang tersisa hanya berupa benteng, masjid, dan makam kuno.{{Sfn|Handoko, Wuri|(2010)|p=7}}
 
== Identifikasi Kesultanan ==