Dialek bahasa Sunda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Blackman Jr. (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(44 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{dab|Artikel ini ditujukan sebagai artikel untuk topik variasi bahasa Sunda berdasarkan wilayah persebaran geografis. Untuk tingkatan bahasa Sunda atau [[sosiolek]] yang diklasifikasikan berdasarkan derajat formalitas ([[Loma]]-[[Hormat]]), lihat [[Tatakrama bahasa Sunda]].}}
 
{{Infobox Language family
|name=Sunda
Baris 12 ⟶ 14:
|map=Sundanese dialects distribution map.svg|mapcaption=Peta dialek-dialek bahasa Sunda|mapalt=Peta dialek-dialek bahasa Sunda}}
 
'''Dialek bahasa Sunda''' ({{Script/Sund[[wikt:ᮘᮞ ᮝᮨᮝᮨᮀᮊᮧᮔ᮪|ᮘᮞ ᮝᮨᮝᮨᮀᮊᮧᮔ᮪}}]], ''basa wewengkon'' atau ᮘᮞᮕᮢᮏ, ''basapraja'') adalah sejumlah [[Varietas bahasa|varietas]] atau [[Vernakular|bahasa vernakular]] dalam [[bahasa Sunda]] yang berbeda-beda menurut penutur dan daerah penggunaannya. [[Dialek|Dialek-dialek]] ini berkontras dengan [[Bahasa baku|bentuk standar]] bahasa Sunda yakniyang [[bahasa Sunda Priangan]] (dikenal sebagai ''basa lulugu'' (ᮘᮞ ᮜᮥᮜᮥᮌᮥ 'bahasa baku',){{Sfnp|Arifin|2016|pp=2}} dan ''basa sakola'' (ᮘᮞ ᮞᮊᮧᮜ 'bahasa sekolah') yang didasarkan pada dialek Selatan dan berfungsi sebagai{{Efn|Istilah ''[[Basantara|linguabasa franca]]sakola'' bagi(bahasa semuasekolah) penuturmemiliki ragammaksud bahasabahwa Sunda.dahulu Dalamkala bahasa Sunda, istilahPriangan ''basadijadikan wewengkon''bahan dapatajar diterjemahkandi secarasekolah-sekolah [[Artibaik harfiah|harfiah]]di sebagaiwilayah 'bahasaParahyangan wilayah'maupun (''basa''di artinyaluar [[bahasa]]Parahyangan, ''wewengkon''sehingga artinyabahasa [[wilayah]])Sunda karenayang padadikenal umumnya,oleh dialekmurid-dialekmurid bahasadi Sundasekolah dibedakanpada berdasarkanwaktu wilayahitu geografis.dirasa Bahasaberbeda Sundadengan itubahasa sendiriSunda merupakanyang anggotamereka darigunakan [[Rumpundi bahasarumah}} Melayu-Polinesia|bahasa-bahasayang Melayu-Polinesia]]didasarkan dalampada [[rumpun bahasadialek AustronesiaPriangan]], yangatau bersamadialek denganSelatan dan berfungsi sebagai ''[[bahasaBasantara|lingua Baduifranca]]'' membentukbagi [[rumpunsemua penutur ragam bahasa Sunda-Badui]],. meskipunDialek bahasatidak Baduiboleh kadangkaladikacaukan jugadengan dianggaplogat sebagaiatau sebuah[[Logat|aksen]], dialekyaitu dalamvariasi bahasapengucapan Sundakata atau lekuk lidah.
 
Dalam bahasa Sunda, istilah ''basa wewengkon'' dapat diterjemahkan secara [[Arti harfiah|harfiah]] sebagai 'bahasa wilayah' (''basa'' artinya [[bahasa]], ''wewengkon'' artinya [[wilayah]]) karena pada umumnya, dialek-dialek bahasa Sunda dibedakan berdasarkan wilayah geografis. Bahasa Sunda itu sendiri merupakan anggota dari [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|bahasa-bahasa Melayu-Polinesia]] dalam [[rumpun bahasa Austronesia]], yang bersama dengan [[bahasa Badui]] membentuk [[rumpun bahasa Sunda-Badui]], meskipun bahasa Badui kadangkala juga dianggap sebagai sebuah dialek dalam bahasa Sunda.{{Efn|Dalam pengklasifikasian bentuk-bentuk bahasa Sunda, seringkali tidak ada perbedaan yang jelas antara bahasa dan dialek}}
Dialek bahasa Sunda sebagai bentuk vernakular berfungsi sebagai [[alat]] [[komunikasi]] [[Bahasa lisan|lisan]] yang biasanya digunakan sehari-hari oleh masyarakat yang letak [[tempat tinggal]]nya jauh dari pusat pemakai bahasa Sunda baku ([[Parahyangan]]), meskipun demikian, bahasa Sunda baku (''lulugu'' {{Script/Sund|ᮜᮥᮜᮥᮌᮥ}}) tetap diterima dan dipahami secara [[universal]] oleh orang-orang yang [[Melek aksara|melek huruf]] dalam bahasa Sunda, atau setidaknya oleh orang-orang yang pernah mengenyam [[pendidikan]] [[sekolah]] yang menerapkan bahasa Sunda Priangan sebagai bahasa pengantar atau sebagai salah satu [[Disiplin ilmiah|mata pelajaran]].''{{Sfnp|Abdurrachman|Umsari|Zarkasih|1985|pp=1}}''
 
Dialek bahasa Sunda sebagai bentuk vernakular berfungsi sebagai [[alat]] [[komunikasi]] [[Bahasa lisan|lisan]] yang biasanya digunakan sehari-hari oleh masyarakat yang letak [[tempat tinggal]]nya jauh dari pusat pemakai bahasa Sunda baku ([[Parahyangan]]), meskipun demikian, bahasa Sunda baku (''lulugu'' {{Script/Sund|ᮜᮥᮜᮥᮌᮥ}}) tetap diterima dan dipahami secara [[universal]] oleh orang-orang yang [[Melek aksara|melek huruf]] dalam bahasa Sunda, atau setidaknya oleh orang-orang yang pernah mengenyam [[pendidikan]] [[sekolah]] yang menerapkan bahasa Sunda Priangan sebagai bahasa pengantar atau sebagai salah satu [[Disiplin ilmiah|mata pelajaran]].''{{Sfnp|Abdurrachman|Umsari|Zarkasih|1985|pp=1}}''
Dalam perkembangannya, bentuk standar dan vernakular bahasa Sunda lambat laun mengalami pengutuban hingga seakan-akan tinggal menyisakan dua [[laras bahasa]], yakni bahasa Sunda Priangan (baku) dianggap sebagai bahasa yang [[Hormat|halus]]{{Sfnp|Arifin|2016|pp=3}}{{Sfnp|Arifin|2016|pp=12-13}} dan dialek-dialek bahasa Sunda lainnya dianggap sebagai bahasa yang [[Loma|kasar]],{{Sfnp|Arifin|2016|pp=16}} hal ini disebabkan bahasa Sunda Priangan memiliki sebuah sistem tingkatan berbahasa yang dinamakan [[tatakrama bahasa Sunda|''undak usuk'']] atau tatakrama bahasa Sunda yang membedakan penggunaan bahasa oleh pembicara ketika bertutur dengan lawan bicara yang sudah akrab dan dengan lawan bicara yang dihormati, sedangkan, dialek-dialek bahasa Sunda non-standar kebanyakan tidak mengenal sistem tingkatan berbahasa seperti ini, dan hanya menggunakannya secara terbatas.''{{Sfnp|Abdurrachman|Umsari|Zarkasih|1985|pp=8}}'' Oleh karena itu, pengertian bahasa halus dan bahasa kasar dalam bahasa Sunda seharusnya tidak dipandang dari variasi bahasa menurut wilayah geografisnya, melainkan dari tingkat tutur berdasarkan konteks pembicaraan antara pembicara dengan lawan bicara (''[[Tatakrama bahasa Sunda|Tatakrama basa Sunda]]'').
 
Dalam perkembangannya, bentuk standar dan vernakular bahasa Sunda lambat laun mengalami pengutuban hingga seakan-akan tinggal menyisakan dua [[laras bahasa]], yakni bahasa Sunda Priangan (baku) dianggap sebagai bahasa yang [[Hormat|halus]]{{Sfnp|Arifin|2016|pp=3}}{{Sfnp|Arifin|2016|pp=12-13}} dan dialek-dialek bahasa Sunda lainnya dianggap sebagai bahasa yang [[Loma|kasar]],{{Sfnp|Arifin|2016|pp=16}} hal ini disebabkan bahasa—bahasa Sunda Priangan memiliki sebuah sistem tingkatan berbahasa yangberupa dinamakan [[tatakrama bahasa Sunda|''undak usuk'']] atau tatakrama''[[Tatakrama bahasa Sunda|tatakrama basa Sunda]]'' yang membedakan penggunaan bahasa olehyang pembicaradigunakan ketika bertuturantara dengan lawan bicara yang sudah akrab{{Efn|Ketika danberbicara dengan lawanorang bicarayang dianggap telah akrab, maka orang akan menggunakan [[Loma|''basa loma'']]}} dan yang belum akrab/dihormati, sedangkan, dialek-dialek bahasa Sunda non-standar kebanyakan tidak mengenal sistem tingkatan berbahasa seperti ini, danatau hanya menggunakannya secara terbatas.{{Efn|Ragam halus dalam bahasa Sunda disebut sebagai [[Hormat|''basa hormat'']], yang juga dikenal sebagai ''basa lemes''}}''{{Sfnp|Abdurrachman|Umsari|Zarkasih|1985|pp=8}}'' Oleh karena itu—padahal, pengertian bahasa halus dan bahasa kasar dalam bahasa Sunda seharusnya tidak dipandangada darihubungannya variasidengan bahasaperbedaan menurutdialek antar wilayah geografisnyageografis, melainkantetapi darimerupakan tingkatmasalah tutur[[sosiolek]] berdasarkanberupa konteks''tatakrama pembicaraanbasa antaraSunda'' pembicarayang dengantelah lawandisinggung bicarasebelumnya. (''[[TatakramaStigma kasar-halus ini juga berimplikasi pada kosakata yang akan digunakan dalam ragam tulis bahasa Sunda|Tatakrama, basaseperti dalam majalah, surat kabar, dan buku. Pada zaman dahulu, kosakata dialek dilarang untuk dimasukkan ke dalam buku-buku bahasa Sunda]], contoh kasusnya pada '').Volksalmanak Sunda'' dan mingguan ''Parahiangan'' yang sangat selektif terhadap kosakata yang digunakan, kosakata dialek akan diubah menjadi kosakata baku sebelum dilakukan penerbitan.{{Sfnp|Rosidi|2012|pp=38}}
 
Bahasa Sunda Priangan sebagai ragam baku secara [[linguistik]] merupakan sebuah dialek juga. Ragam ini menjadi baku karena munculnya prestise sosial tertentu. Faktor penentu ragam baku pada bahasa Sunda adalah digunakannya ragam bahasa pada kalangan terdidik atau [[ilmuwan]] yang dianggap oleh masyarakat sebagai golongan yang terdiri atas orang-orang yang berpengetahuan lebih dari orang kebanyakan. Nilai tinggi yang diberikan oleh masyarakat terhadap penutur itu memberikan prestise kepada ragam bahasanya.{{Sfnp|Arifin|2016|pp=11-12}}
 
== Pembagian ==
[[Berkas:Klasifikasi internal bahasa Sunda.png|thumb|Klasifikasi internal yang menunjukkan kesinambungan dialek-dialek dalam bahasa Sunda.]]
Jumlah dialek dalam bahasa Sunda hingga sekarang belum dapat ditentukan dengan pasti sebab belum diteliti seluruhnya secara deskriptif. Salah seorang pengamat bahasa Sunda bernama Satjadibrata pernah mengungkapkan bahwa dialek bahasa Sunda itu ada sembilan, yaitu dialek Bandung, Banten, [[Bahasa Sunda Cianjur|Cianjur]], Purwakarta, Cirebon, [[Bahasa Sunda Kuningan|Kuningan]], [[Bahasa Sunda Sumedang|Sumedang]], [[Bahasa Sunda Garut|Garut]], dan [[Bahasa Sunda Ciamis|Ciamis]].{{Sfnp|Sutawijaya|Samsuri|pp=1|Wahyu|1985}} Sementara itu, beberapa organisasi, seperti ''[[Ethnologue]]'' dan ''MultiTree'' menyatakan ada 4 dialek utama bahasa Sunda yang diberikan kodenya masing-masing yaitu, Banten (sun-ban),<ref>{{Cite web|title=Banten of Sunda (sun)|url=http://multitree.org/codes/sun-ban|website=MultiTree}}</ref> Cirebon (sun-cir),<ref>{{Cite web|title=Cirebon of Sunda (sun)|url=http://multitree.org/codes/sun-cir|website=MultiTree}}</ref> Priangan (sun-pri),<ref>{{Cite web|title=Pringan of Sunda (sun)|url=http://multitree.org/codes/sun-pri|website=MultiTree}}</ref> dan Bogor-Karawang (sun-bog),<ref>{{Cite web|title=Bogor of Sunda (sun)|url=http://multitree.org/codes/sun-bog|website=MultiTree}}</ref> sedangkan ''[[Glottolog]]'' membagi bahasa Sunda menjadi 4 dialek utama yaitu, [[Bahasa Sunda Banten|Banten]], [[Bahasa Sunda Tengah-Timur|Tengah-Timur]], [[Bahasa Sunda Pesisir Utara|Pesisir Utara]], dan [[Bahasa Sunda Priangan|Priangan]].{{Sfnp|Hammarström|Forkel|Haspelmath|2022}}
 
=== ''Ethnologue & MultiTree'' ===
Baris 32 ⟶ 37:
{{Tree list/end}}
 
=== ''Glottolog 45.60'' ===
{{Tree list}}
{{clade|{{clade|label1=&nbsp;[[Bahasa Sunda|Sunda]]&nbsp;
* [[Bahasa Sunda|Sunda]]
|1={{clade
** [[Bahasa Sunda Kuno|Sunda Kuno]]
|label1={{nowrap|&nbsp;Sunda Timur Laut&nbsp;}}
** [[Bahasa Sunda Banten|Sunda Banten]]
|1={{clade
|1=*** ''[[Bahasa Sunda CirebonBadui|Sunda CirebonBadui]]''
|2=*** [[Bahasa Sunda IndramayuPandeglang|Sunda IndramayuPandeglang]]
|3=*** [[Bahasa Sunda KuninganSerang|Sunda KuninganSerang]]
|4=*** [[Bahasa Sunda MajalengkaTangerang|Sunda MajalengkaTangerang]]
** Sunda Tengah-Timur
}}
*** [[Bahasa Sunda Brebes|Sunda Brebes]]
|label2=Sunda Barat
|2=*** [[Bahasa Sunda BantenCirebon|Sunda BantenCirebon]]
*** [[Bahasa Sunda Indramayu|Sunda Indramayu]]
|label3=Sunda Utara
|3=*** [[Bahasa Sunda BogorKuningan|Sunda BogorKuningan]]
|4=*** [[Bahasa Sunda BrebesMajalengka|Sunda BrebesMajalengka]]
** [[Bahasa Sunda Pesisir Utara|Sunda Utara]]
|label5=Sunda Tenggara
|5=*** [[Bahasa Sunda CiamisBinong|Sunda CiamisBinong]]
*** [[Bahasa Sunda Bogor|Sunda Bogor]]
|label6=Sunda Selatan
|6=*** [[Bahasa Sunda PrianganKarawang|Sunda PrianganKarawang]]
** [[Bahasa Sunda Priangan|Sunda Priangan]]
}}}}||label1=}}
*** [[Bahasa Sunda Bandung|Sunda Bandung]]
*** [[Bahasa Sunda Ciamis|Sunda Ciamis]]
*** [[Bahasa Sunda Cianjur|Sunda Cianjur]]
*** [[Bahasa Sunda Garut|Sunda Garut]]
*** [[Bahasa Sunda Sumedang|Sunda Sumedang]]
*** [[Bahasa Sunda Tasikmalaya|Sunda Tasikmalaya]]
{{Tree list/end}}
 
== Wilayah persebaran ==
[[Berkas:Ogeh Oge Ogen.png|jmpl|ka|350px|Peta zona pemakaian [[adverbia]] ''géh'', ''gé'', ''gén'' dalam dialek-dialek bahasa Sunda]]
Wilayah persebaran dialek bahasa Sunda secara alami meliputi daerah [[Banten]] di ujung barat hingga ke [[kabupatenKabupaten CilacapBrebes]] dan [[kabupatenKabupaten BrebesBanyumas]] di sebelah timur. Di bawah ini dijelaskan wilayah tempat digunakannya setiap dialek bahasa Sunda.
 
=== Dialek Barat ===
{{Utama|Bahasa Sunda Banten}}
Dialek Barat yang dikenal sebagai [[bahasa Sunda Banten]] dituturkan di sebagian besar wilayah [[Banten|provinsi Banten]] yang mencakup [[Kabupaten Serang]] bagian selatan, [[Kota Serang]] bagian selatan, [[Kabupaten Tangerang]], [[Kabupaten Pandeglang]], dan [[Kabupaten Lebak]], serta di luar wilayah provinsi Banten seperti, [[Kabupaten Bogor]] khususnya wilayah [[Jasinga Raya]], dan bagian barat laut ([[bahasaKabupaten Sunda JasingaSukabumi]]), dan(dituturkan bagiankhususnya utaraoleh [[Kabupatenorang SukabumiCiptagelar]]) serta di [[Jatinegara Kaum, Pulo Gadung, Jakarta Timur|Jatinegara Kaum]], [[Pulo Gadung, Jakarta Timur|Pulo Gadung]], [[Kota Administrasi Jakarta Timur]].{{Sfnp|Kurniawati|1996|pp=49}}{{Sfnp|Kurniawati|1996|pp=54}}{{Sfnp|Fauzi|Ma'arif|pp=155|Supriadi|2020}} Contoh tokoh sastra yang kerap menggunakan dialek Banten dalam karya-karyanya adalah Hadi AKS yang berasal dari [[Cigeulis, Cigeulis, Pandeglang|Citapis, Pandeglang]].{{Sfnp|Rosidi|2012|pp=39}} Selain bahasa Sunda Banten, di wilayah penggunaan dialek Barat terutama di wilayah selatan Provinsi Banten, terdapat pula [[bahasa Badui]] yang secara linguistik terikat dengan bahasa Sunda khususnya bahasa Sunda Banten dan dituturkan oleh sub-etnis Sunda yakni [[suku Badui]].{{Sfnp|Anggraini|2019|pp=181}}{{Sfnp|Fauzi|Ma'arif|pp=156|Supriadi|2020}}
 
=== Dialek Utara ===
{{Utama|Bahasa Sunda Pesisir Utara}}
Wilayah utama penggunaan dialek Utara berada di [[Kabupaten Bogor]] dan [[Kota Bogor]], selainyang dikenal sebagai [[bahasa Sunda Bogor]].{{Sfnp|Sutawijaya|Samsuri|pp=6|Wahyu|1985}}{{Sfnp|Sudjana|Marzuki|pp=1-2|Abas|Jayawiguna|1983}}{{Sfnp|Yudibrata|Hidayat|pp=16|Solehudin|Rahmat|1990}} Selain itu, dialek Utara juga mencakup ragam percakapan bahasa Sunda Pesisir Utara yang dituturkan di [[Kota Bekasi]] bagian selatan ([[Jatisampurna, Bekasi|Jatisampurna]]) beserta daerah [[Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur|Pondok Ranggon]], [[Cipayung, Jakarta Timur|Cipayung]], [[Kota Administrasi Jakarta Timur|Jakarta Timur]];{{Sfnp|Pratama|2017|pp=34-35}} [[Kabupaten Bekasi]] bagian timur, dan selatan ([[bahasa Sunda Bekasi]]); [[Kabupaten Purwakarta]], [[Tapos, Depok|Kecamatan Tapos]] di, [[Kota Depok]] (lihat [[bahasa Sunda di Kota Depok]]),; [[Kabupaten Karawang]] ([[bahasa Sunda Karawang]]); dan [[Kabupaten Subang]]. Salah satu bentuk percakapan dialek Utara adalah(termasuk [[bahasa Sunda BogorBinong]]).{{Sfnp|Sutawijaya|Samsuri|pp=6|Wahyu|1985}}{{Sfnp|Sudjana|Marzuki|pp=1-2|Abas|Jayawiguna|1983}}{{Sfnp|Yudibrata|Hidayat|pp=16|Solehudin|Rahmat|1990}} Beberapa cerita-cerita rakyat dari Karawang menggunakan dialek khas ini dalam kosakata yang digunakannya, seperti yang dikumpulkan oleh Darpan dan Yudiatna.{{Sfnp|Rosidi|2012|pp=39}}
 
=== Dialek Selatan ===
{{Utama|Bahasa Sunda Priangan}}
Dialek Selatan atau [[bahasa Sunda Priangan|Dialek Priangan]] (terutama [[bahasa Sunda Bandung]]) merupakan basis dari bentuk standar [[bahasa Sunda Modern]] yang digunakan dalam komunikasi resmi dan formal, juga digunakan dalam berbagai hal, seperti dalam [[Rapat|rapat resmi]], [[media massa]] atau [[Percetakan|media cetak]], [[Belajar|pembelajaran di sekolah]] (dikenal sebagai ''basa sakola''), dan hal-hal [[publik]] lainnya. Dialek ini pertama kali dibakukan pada tahun [[1872]] oleh [[pemerintah]] [[Hindia Belanda|kolonial Belanda]] dalam rangka menjadikannya sebagai bahasa komunikasi di lingkungan pemerintahan dan [[Bangsawan|kaum bangsawan]] [[pribumi]] di [[Keresidenan Priangan]].{{Sfnp|Wahya|2002|pp=2}}
 
=== Dialek Tenggara ===
Baris 76 ⟶ 89:
 
==== Dialek Timur Laut ====
Dialek Timur Laut adalah ragam percakapan bahasa Sunda yang dituturkan di beberapa wilayah [[Keresidenan Cirebon|eks-Keresidenan Cirebon]], seperti, [[Kabupaten Cirebon]] (dikenal sebagai [[bahasa Sunda Cirebon]]), [[Kabupaten Kuningan]] ([[bahasa Sunda Kuningan]]), dan [[Kabupaten Indramayu]] (dikenal sebagai [[Bahasa Sunda Indramayu|bahasa Sunda Parean-Lelea]]), serta dituturkan di [[Kabupaten Brebes]] dan [[Kabupaten Tegal]] (dikenal sebagai [[bahasa Sunda Brebes]]; lihat juga [[bahasa Sunda di Kabupaten Tegal]]).''{{Sfnp|Abdurrachman|Umsari|Zarkasih|1985|pp=5-6}}'' Kosakata khas dialek Timur Laut terutama dialek Kuningan sering diselipkan dalam karya-karya sastra ciptaan [[Ki Umbara]] (nama samaran dari Wiredja Ranusulaksana).{{Sfnp|Rosidi|2012|pp=38-39}}
 
==== Dialek Tengah-Timur ====
Dialek yang wilayah penuturannya terkonsentrasi di [[Kabupaten Majalengka]] ini dikenal sebagai bahasa Sunda dialek Majalengka atau [[bahasa Sunda Majalengka]].{{Sfnp|Asteka|2019|pp=210}} Secara gramatikal, dialek Tengah-Timur tidak menunjukan perbedaan yang signifikan dengan dialek Selatan. Perbedaannya hanya terdapat pada perbedaan [[kosakata]], [[fonologi]], [[intonasi]], dan [[Leksikon|leksikonnyaleksikon]]nya saja.{{Sfnp|Asteka|2019|pp=215}} [[Ajip Rosidi]] merupakan seorang sastrawan Sunda yang berasal dari Majalengka, beberapa karyanya menggunakan bahasa Sunda dialek Majalengka.
 
== Kajian diakronis ==
Baris 98 ⟶ 111:
=== Ciri ===
[[Berkas:Phonotactics changes from Old Sundanese to Modern Sundanese.svg|jmpl|Evolusi pola fonotaktik eu-u dari [[Bahasa Sunda Kuno|bahasa Sunda kuno]] menjadi o-u; a-u (dialek non-standar) atau i-u (dialek standar) dalam bahasa Sunda modern pada contoh kata ''teulu'' → ''tolu''/''talu'' & ''tilu'' '[[3 (angka)|tiga]]'.{{Sfnp|Noorduyn|Teeuw|pp=72-73|2006}}{{Sfnp|Noorduyn|Teeuw|pp=332|2006}}|245x245px]]
Secara umum, perdedaan dialek geografis bahasa Sunda yang menonjol tampak pada perbedaan [[kosakata]], misalnya, ada dialek h dan dialek non-h dan ada dialek berciri fonotaktik eu-u, o-u, a-u, pada satu sisi dan dialek berciri fonotaktik i-u pada sisi lain (misalnya, ''leuntuh'', ''lontuh'', ''lantuh'' dengan ''lintuh'' ‘gemuk’). Ciri fonotaktik pertama menonjol dalam perbandingan leksikon baku dengan dialek Cirebon (dalam hal ini dialek Indramayu), sedangkan ciri fonotaktik kedua menonjol dalam perbandingan leksikon dialek Banten dan dialek Cirebon dengan leksikon baku dan dialek daerah lain.
 
Perbedaan lain yang juga cukup menonjol dalam dialek Sunda adalah aksen, yakni perbedaan dalam intonasi, misalnya, dikenal aksen [[Cigondewah Kaler, Bandung Kulon, Bandung|Cigondewah]] dan [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]], yang berbeda dengan aksen baku dan dialek di daerah lain umumnya.{{Sfnp|Wahya|2002|pp=4}}
 
=== Relasi ===
Baik dialek standar (Priangan) maupun dialek non-standar, sebagaimana disinggung sebelumnya, dapat menampakkan pewarisan etimon dalam beberapa leksikonnya.
 
Di bawah ini disajikan tabel yang menunjukkan relasi leksikon antar dialek bahasa Sunda.{{Sfnp|Wahya|2002|pp=4-5}}
Baris 109 ⟶ 122:
{| class="wikitable" style="text-align: center;"
|+Tabel Relasi Leksikon Dialek Sunda{{Sfnp|Wahya|2002|pp=5}}
!<abbr title="Glosarium">Glos</abbr>
!
!dialek Standar
!Glosarium
!dialek Banten
!dialek Standar
!dialek Bogor
!dialek Banten
!dialek Bekasi
!dialek Bogor
!dialek Ciamis
!dialek Bekasi
!dialek Cirebon
!dialek Ciamis
!dialek Brebes
!dialek Cirebon
!<abbr title="Proto-Austronesia">PAN</abbr>
!dialek Brebes
|-
|1
|tapai
|''peuyeum''
Baris 128 ⟶ 140:
|''tapay, tapé, peuyeum''
|''tapay''
|*tapaJ, *pe(rR)em
|-
|2
|batu
|''batu''
Baris 138 ⟶ 150:
|''batu, mungkal''
|''mungkal''
|*batux
|-
|3
|mata
|''panon, mata''
Baris 148 ⟶ 160:
|''mata''
|''mata''
|*maCa
|-
|4
|turi
|''turi''
Baris 158 ⟶ 170:
|''turuy, tuyur, turi''
|''turi''
|*tudiq ([[Bahasa Proto-Melayu-Polinesia|PMP]])
|-
|5
|buaya
|''buhaya, buaya''
Baris 168 ⟶ 180:
|''buhaya''
|''buhaya''
|*buqaya
|-
|6
|ular
|''oray''
Baris 178 ⟶ 190:
|''oray, ula''
|''ula''
|*Sulaʀ
|-
|7
|nama
|''ngaran''
Baris 188 ⟶ 200:
|''ngaran, aran''
|''ngaran, aran''
|*ŋajan
|-
|8
|asap
|''haseup''
Baris 198 ⟶ 210:
|''aseup, haseup''
|''haseup''
|*qasep
|-
|9
|masam
|''haseum''
Baris 208 ⟶ 220:
|''aseum, haseum''
|''haseum, kecut''
|*qalesem ([[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat|PWMP]])
|-
|10
|hati
|''haté, ati''
Baris 218 ⟶ 230:
|''haté, ati''
|''haté''
|*qaCay
|}
</center>Dari data di atas dapat diamati ada beberapa leksikon dialek Sunda yang mencerminkan warisan etimonnya. Leksikon yang dimaksud adalah ''tapay'', ''batu'', ''mata'', ''turuy'' atau ''tuyur'', ''buhaya'', ''oray'', ''ngaran'', ''haseup'', ''haseum'', dan ''haté''. Di samping itu, terdapat leksikon lain dalam dialek Sunda, yang memiliki kemiripan bentuk dan berbeda bentuk dari leksikon yang mencerminkan warisan etimonnya, yaitu ''tapé'' dan ''peuyeum'' ‘[[tapai]]’, ''mungkal'' ‘[[batu]]’, ''panon'' ‘[[mata]]’, ''turi'' ‘[[turi]]’, ''buaya'' dan ''baya'' ‘[[buaya]]’, ''ula'' ‘[[ular]]’, ''aran'' ‘[[nama]]’, ''aseup'' ‘[[asap]]’, ''aseum'' dan ''kecut'' ‘[[Asam|masam]]’, ''ati'' dan ''angen'' ‘[[hati]]’.{{Sfnp|Wahya|2002|pp=5}}
Baris 223 ⟶ 236:
== Lihat pula ==
{{Portal|Bahasa|Indonesia|Sunda}}
* [[Ragam non-bakunonbaku dalam bahasa Sunda]]
* [[Sejarah bahasa Sunda]]
* [[Rumpun bahasa Sunda-Badui]]
Baris 230 ⟶ 243:
 
== Referensi ==
=== Keterangan ===
{{notelist}}
 
=== Catatan kaki ===
Baris 244 ⟶ 259:
* {{Cite journal|last=Kurniawati|first=W.|year=1996|title=Bahasa Sunda Di Jatinegara Kaum Dan Pemukiman Keturunan Pangeran Achmad Djaketra|url=https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/berkalaarkeologi/article/view/746|journal=Berkala Arkeologi|volume=16|issue=1|pages=49-57|doi=10.30883/jba.v16i1.746|oclc=9456797727|issn=0216-1419|ref=harv|url-status=live|doi-access=free}}
* {{Cite book|last=Noorduyn|first=J.|last2=Teeuw|first2=A.|year=2006|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=680983|title=Tiga pesona Sunda kuna|location=Jakarta|publisher=Pustaka Jaya|isbn=9789794193563|translator-last=Setiawan|translator-first=H.|oclc=881312704|ref=harv|translator-last2=Wartini|translator-first2=T.|translator-last3=Darsa|translator-first3=U.A.|url-status=live}}
* {{Cite thesis|last=Pratama|first=A.|date=2017|title=Motif Tindakan Sosial dalam Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng DI Pondok Ranggon Jakarta Timur|publisher=Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik [[Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta|UIN Syarif Hidayatullah]]|type=S1/Skripsi|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/40936|ref=harv}}
* {{Cite book|last=Rosidi|first=A.|year=2012|url=https://books.google.co.id/books?id=SPSkDwAAQBAJ|title=Ibu Haji Belum ke Mekah: Bahasa dan Perilaku Bangsa|location=Bandung|publisher=Dunia Pustaka Jaya|isbn=978-979-419-380-8|oclc=829196703|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Sudjana|first=A.S.H.|last2=Marzuki|first2=A.|last3=Abas|first3=A.|last4=Jayawiguna|first4=R.|year=1983|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/3618/|title=Struktur Bahasa Sunda Pesisir Utara|location=Jakarta|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa|oclc=14379200|ref=harv|url-status=live}}
Baris 272 ⟶ 288:
* {{Cite thesis|last=Wahya|title=Bahasa Sunda di Kecamatan Kandanghaur dan Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu: Kajian Geografi Dialek|date=1995|degree=Master|publisher=Universitas Padjajaran|place=Bandung}}
* {{Cite journal|last=Wahya|author-mask=3|year=2000|title=Fonem /h/ dalam Dialek-Dialek Bahasa Sunda|journal=Sastra|volume=8|issue=5}}
* {{Cite conference|conference=Makalah Seminar Internasional Hari Bahasa Ibu|title=Inovasi Bentuk Dalam Variasi Geografis Bahasa Sunda: Kedinamisan Dan Keharmonisan Dalam Perubahan Bahasa Ibu|url-status=live|volume=|last=Wahya|author-mask=3|first=|location=Bandung|publisher=Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran|ref=harv|year=2010|url=https://pustaka.unpad.ac.id/archives/129112|type=|oclc=|pages=1-13|doi=|isbn=|language=id}}
{{refend}}
 
Baris 283 ⟶ 300:
 
== Pranala luar ==
{{commons cat|Sundanese dialects|{{PAGENAME}}}}
* {{Id}} [[b:Bahasa_Sunda|Bahasa Sunda]] di [[Wikibuku]]
* {{Id}} [[b:Adikamus_Sunda-IndonesiaBahasa Sunda|AdikamusBahasa Sunda-Indonesia]] di [[Wikibuku]]
* {{Id}} [[b:Bahasa_SundaAdikamus Sunda-Indonesia|BahasaAdikamus Sunda-Indonesia]] di [[Wikibuku]]
* {{Id}} [[wikt:Kategori:Kata_wewengkonKata wewengkon|Kategori:Kata wewengkon]] Daftar lema dialek non-standar bahasa Sunda di [[Wiktionary]]
{{Bahasa Sunda}}