Dialek bahasa Sunda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(30 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{dab|Artikel ini ditujukan sebagai artikel untuk topik variasi bahasa Sunda berdasarkan wilayah persebaran geografis. Untuk tingkatan bahasa Sunda atau [[sosiolek]] yang diklasifikasikan berdasarkan derajat formalitas ([[Loma]]-[[Hormat]]), lihat [[Tatakrama bahasa Sunda]].}}
 
{{Infobox Language family
|name=Sunda
Baris 12 ⟶ 14:
|map=Sundanese dialects distribution map.svg|mapcaption=Peta dialek-dialek bahasa Sunda|mapalt=Peta dialek-dialek bahasa Sunda}}
 
'''Dialek bahasa Sunda''' ([[wikt:ᮘᮞ ᮝᮨᮝᮨᮀᮊᮧᮔ᮪|ᮘᮞ ᮝᮨᮝᮨᮀᮊᮧᮔ᮪]], ''basa wewengkon'' atau ᮘᮞᮕᮢᮏ, ''basapraja'') adalah sejumlah [[Varietas bahasa|varietas]] atau [[Vernakular|bahasa vernakular]] dalam [[bahasa Sunda]] yang berbeda-beda menurut penutur dan daerah penggunaannya. [[Dialek|Dialek-dialek]] ini berkontras dengan [[Bahasa baku|bentuk standar]] bahasa Sunda yang dikenal sebagai ''basa lulugu'' (ᮘᮞ ᮜᮥᮜᮥᮌᮥ 'bahasa baku'){{Sfnp|Arifin|2016|pp=2}} dan ''basa sakola'' (ᮘᮞ ᮞᮊᮧᮜ 'bahasa sekolah'){{Efn|Istilah ''basa sakola'' (bahasa sekolah) memiliki maksud bahwa dahulu kala bahasa Sunda Priangan dijadikan bahan ajar di sekolah-sekolah baik di wilayah Parahyangan maupun di luar Parahyangan, sehingga bahasa Sunda yang dikenal oleh murid-murid di sekolah pada waktu itu dirasa berbeda dengan bahasa Sunda yang mereka gunakan di rumah}} yang didasarkan pada [[dialek Priangan]] atau dialek Selatan dan berfungsi sebagai ''[[Basantara|lingua franca]]'' bagi semua penutur ragam bahasa Sunda. Dialek tidak boleh dikacaukan dengan logat atau [[Logat|aksen]], yaitu variasi pengucapan kata atau lekuk lidah.
 
Dalam bahasa Sunda, istilah ''basa wewengkon'' dapat diterjemahkan secara [[Arti harfiah|harfiah]] sebagai 'bahasa wilayah' (''basa'' artinya [[bahasa]], ''wewengkon'' artinya [[wilayah]]) karena pada umumnya, dialek-dialek bahasa Sunda dibedakan berdasarkan wilayah geografis. Bahasa Sunda itu sendiri merupakan anggota dari [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|bahasa-bahasa Melayu-Polinesia]] dalam [[rumpun bahasa Austronesia]], yang bersama dengan [[bahasa Badui]] membentuk [[rumpun bahasa Sunda-Badui]], meskipun bahasa Badui kadangkala juga dianggap sebagai sebuah dialek dalam bahasa Sunda.{{Efn|Dalam pengklasifikasian bentuk-bentuk bahasa Sunda, seringkali tidak ada perbedaan yang jelas antara bahasa dan dialek}}
Baris 18 ⟶ 20:
Dialek bahasa Sunda sebagai bentuk vernakular berfungsi sebagai [[alat]] [[komunikasi]] [[Bahasa lisan|lisan]] yang biasanya digunakan sehari-hari oleh masyarakat yang letak [[tempat tinggal]]nya jauh dari pusat pemakai bahasa Sunda baku ([[Parahyangan]]), meskipun demikian, bahasa Sunda baku (''lulugu'' ᮜᮥᮜᮥᮌᮥ) tetap diterima dan dipahami secara [[universal]] oleh orang-orang yang [[Melek aksara|melek huruf]] dalam bahasa Sunda, atau setidaknya oleh orang-orang yang pernah mengenyam [[pendidikan]] [[sekolah]] yang menerapkan bahasa Sunda Priangan sebagai bahasa pengantar atau sebagai salah satu [[Disiplin ilmiah|mata pelajaran]].''{{Sfnp|Abdurrachman|Umsari|Zarkasih|1985|pp=1}}''
 
Dalam perkembangannya, bentuk standar dan vernakular bahasa Sunda lambat laun mengalami pengutuban hingga seakan-akan tinggal menyisakan dua [[laras bahasa]], yakni bahasa Sunda Priangan (baku) dianggap sebagai bahasa yang [[Hormat|halus]]{{Sfnp|Arifin|2016|pp=3}}{{Sfnp|Arifin|2016|pp=12-13}} dan dialek-dialek bahasa Sunda lainnya dianggap sebagai bahasa yang [[Loma|kasar]]{{Sfnp|Arifin|2016|pp=16}}—bahasa Sunda Priangan memiliki sistem tingkatan berbahasa berupa ''undak usuk'' atau ''[[Tatakrama bahasa Sunda|tatakrama basa Sunda]]'' yang membedakan penggunaan bahasa yang digunakan antara dengan lawan bicara yang sudah akrab{{Efn|Ketika berbicara dengan orang yang dianggap telah akrab, maka orang akan menggunakan [[Loma|''basa loma'']]}} dan yang belum akrab/dihormati, sedangkan dialek-dialek bahasa Sunda non-standar kebanyakan tidak mengenal sistem tingkatan berbahasa seperti ini atau hanya menggunakannya secara terbatas{{Efn|Ragam halus dalam bahasa Sunda disebut sebagai [[Hormat|''basa hormat'']], yang juga dikenal sebagai ''basa lemes''}}''{{Sfnp|Abdurrachman|Umsari|Zarkasih|1985|pp=8}}''—padahal, pengertian bahasa halus dan bahasa kasar dalam bahasa Sunda tidak ada hubungannya dengan perbedaan dialek antar wilayah geografis, tetapi merupakan masalah [[sosiolek]] berupa ''tatakrama basa Sunda'' yang telah disinggung sebelumnya. Stigma kasar-halus ini juga berimplikasi pada kosakata yang akan digunakan dalam ragam tulis bahasa Sunda, seperti dalam majalah, surat kabar, dan buku. Pada zaman dahulu, kosakata dialek dilarang untuk dimasukkan ke dalam buku-buku bahasa Sunda, contoh kasusnya pada ''Volksalmanak Sunda'' dan mingguan ''Parahiangan'' yang sangat selektif terhadap kosakata yang digunakan, kosakata dialek akan diubah menjadi kosakata baku sebelum mereka melakukandilakukan penerbitan.{{Sfnp|Rosidi|2012|pp=38}}
 
Bahasa Sunda Priangan sebagai ragam baku secara [[linguistik]] merupakan sebuah dialek juga. Ragam ini menjadi baku karena munculnya prestise sosial tertentu. Faktor penentu ragam baku pada bahasa Sunda adalah digunakannya ragam bahasa pada kalangan terdidik atau [[ilmuwan]] yang dianggap oleh masyarakat sebagai golongan yang terdiri atas orang-orang yang berpengetahuan lebih dari orang kebanyakan. Nilai tinggi yang diberikan oleh masyarakat terhadap penutur itu memberikan prestise kepada ragam bahasanya.{{Sfnp|Arifin|2016|pp=11-12}}
 
== Pembagian ==
[[Berkas:Klasifikasi internal bahasa Sunda.png|thumb|Klasifikasi internal yang menunjukkan kesinambungan dialek-dialek dalam bahasa Sunda.]]
Jumlah dialek dalam bahasa Sunda hingga sekarang belum dapat ditentukan dengan pasti sebab belum diteliti seluruhnya secara deskriptif. Salah seorang pengamat bahasa Sunda bernama Satjadibrata pernah mengungkapkan bahwa dialek bahasa Sunda itu ada sembilan, yaitu dialek Bandung, Banten, [[Bahasa Sunda Cianjur|Cianjur]], Purwakarta, Cirebon, [[Bahasa Sunda Kuningan|Kuningan]], [[Bahasa Sunda Sumedang|Sumedang]], [[Bahasa Sunda Garut|Garut]], dan [[Bahasa Sunda Ciamis|Ciamis]].{{Sfnp|Sutawijaya|Samsuri|pp=1|Wahyu|1985}} Sementara itu, beberapa organisasi, seperti ''[[Ethnologue]]'' dan ''MultiTree'' menyatakan ada 4 dialek utama bahasa Sunda yang diberikan kodenya masing-masing yaitu, Banten (sun-ban),<ref>{{Cite web|title=Banten of Sunda (sun)|url=http://multitree.org/codes/sun-ban|website=MultiTree}}</ref> Cirebon (sun-cir),<ref>{{Cite web|title=Cirebon of Sunda (sun)|url=http://multitree.org/codes/sun-cir|website=MultiTree}}</ref> Priangan (sun-pri),<ref>{{Cite web|title=Pringan of Sunda (sun)|url=http://multitree.org/codes/sun-pri|website=MultiTree}}</ref> dan Bogor-Karawang (sun-bog),<ref>{{Cite web|title=Bogor of Sunda (sun)|url=http://multitree.org/codes/sun-bog|website=MultiTree}}</ref> sedangkan ''[[Glottolog]]'' membagi bahasa Sunda menjadi 4 dialek utama yaitu, [[Bahasa Sunda Banten|Banten]], [[Bahasa Sunda Tengah-Timur|Tengah-Timur]], [[Bahasa Sunda Pesisir Utara|Pesisir Utara]], dan [[Bahasa Sunda Priangan|Priangan]].{{Sfnp|Hammarström|Forkel|Haspelmath|2022}}
 
=== ''Ethnologue & MultiTree'' ===
Baris 34 ⟶ 37:
{{Tree list/end}}
 
=== ''Glottolog 45.80'' ===
{{Tree list}}
* [[Bahasa Sunda|Sunda]]
Baris 56 ⟶ 59:
*** [[Bahasa Sunda Bandung|Sunda Bandung]]
*** [[Bahasa Sunda Ciamis|Sunda Ciamis]]
*** [[Bahasa Sunda Cianjur|Sunda Cianjur]]
*** [[Bahasa Sunda Garut|Sunda Garut]]
*** [[Bahasa Sunda Sumedang|Sunda Sumedang]]
Baris 62 ⟶ 66:
 
== Wilayah persebaran ==
[[Berkas:Ogeh Oge Ogen.png|jmpl|ka|350px|Peta zona pemakaian [[adverbia]] ''géh'', ''gé'', ''gén'' dalam dialek-dialek bahasa Sunda]]
Wilayah persebaran dialek bahasa Sunda secara alami meliputi daerah [[Banten]] di ujung barat hingga ke [[kabupatenKabupaten CilacapBrebes]] dan [[kabupatenKabupaten BrebesBanyumas]] di sebelah timur. Di bawah ini dijelaskan wilayah tempat digunakannya setiap dialek bahasa Sunda.
 
=== Dialek Barat ===
{{Utama|Bahasa Sunda Banten}}
Dialek Barat yang dikenal sebagai [[bahasa Sunda Banten]] dituturkan di sebagian besar wilayah [[Banten|provinsi Banten]] yang mencakup [[Kabupaten Serang]] bagian selatan, [[Kota Serang]] bagian selatan, [[Kabupaten Tangerang]], [[Kabupaten Pandeglang]], dan [[Kabupaten Lebak]], serta di luar wilayah provinsi Banten seperti, [[Kabupaten Bogor]] khususnya wilayah [[Jasinga Raya]], dan bagian barat laut ([[bahasaKabupaten Sunda JasingaSukabumi]]), dan(dituturkan bagiankhususnya utaraoleh [[Kabupatenorang SukabumiCiptagelar]]) serta di [[Jatinegara Kaum, Pulo Gadung, Jakarta Timur|Jatinegara Kaum]], [[Pulo Gadung, Jakarta Timur|Pulo Gadung]], [[Kota Administrasi Jakarta Timur]].{{Sfnp|Kurniawati|1996|pp=49}}{{Sfnp|Kurniawati|1996|pp=54}}{{Sfnp|Fauzi|Ma'arif|pp=155|Supriadi|2020}} Contoh tokoh sastra yang kerap menggunakan dialek Banten dalam karya-karyanya adalah Hadi AKS yang berasal dari [[Cigeulis, Cigeulis, Pandeglang|Citapis, Pandeglang]].{{Sfnp|Rosidi|2012|pp=39}} Selain bahasa Sunda Banten, di wilayah penggunaan dialek Barat terutama di wilayah selatan Provinsi Banten, terdapat pula [[bahasa Badui]] yang secara linguistik terikat dengan bahasa Sunda khususnya bahasa Sunda Banten dan dituturkan oleh sub-etnis Sunda yakni [[suku Badui]].{{Sfnp|Anggraini|2019|pp=181}}{{Sfnp|Fauzi|Ma'arif|pp=156|Supriadi|2020}}
 
=== Dialek Utara ===
{{Utama|Bahasa Sunda Pesisir Utara}}
Wilayah utama penggunaan dialek Utara berada di [[Kabupaten Bogor]] dan [[Kota Bogor]], selainyang dikenal sebagai [[bahasa Sunda Bogor]].{{Sfnp|Sutawijaya|Samsuri|pp=6|Wahyu|1985}}{{Sfnp|Sudjana|Marzuki|pp=1-2|Abas|Jayawiguna|1983}}{{Sfnp|Yudibrata|Hidayat|pp=16|Solehudin|Rahmat|1990}} Selain itu, dialek Utara juga mencakup ragam percakapan bahasa Sunda Pesisir Utara yang dituturkan di [[Kota Bekasi]] bagian selatan ([[Jatisampurna, Bekasi|Jatisampurna]]) beserta daerah [[Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur|Pondok Ranggon]], [[Cipayung, Jakarta Timur|Cipayung]], [[Kota Administrasi Jakarta Timur|Jakarta Timur]];{{Sfnp|Pratama|2017|pp=34-35}} [[Kabupaten Bekasi]] bagian timur dan selatan, ([[bahasa Sunda Bekasi]]); [[Kabupaten Purwakarta]], [[Tapos, Depok|Kecamatan Tapos]] di, [[Kota Depok]] (lihat [[bahasa Sunda di Kota Depok]]),; [[Kabupaten Karawang]] ([[bahasa Sunda Karawang]]); dan [[Kabupaten Subang]]. Salah satu bentuk percakapan dialek Utara adalah(termasuk [[bahasa Sunda BogorBinong]]).{{Sfnp|Sutawijaya|Samsuri|pp=6|Wahyu|1985}}{{Sfnp|Sudjana|Marzuki|pp=1-2|Abas|Jayawiguna|1983}}{{Sfnp|Yudibrata|Hidayat|pp=16|Solehudin|Rahmat|1990}} Beberapa cerita-cerita rakyat dari Karawang menggunakan dialek khas ini dalam kosakata yang digunakannya, seperti yang dikumpulkan oleh Darpan dan Yudiatna.{{Sfnp|Rosidi|2012|pp=39}}
 
=== Dialek Selatan ===
{{Utama|Bahasa Sunda Priangan}}
Dialek Selatan atau [[bahasa Sunda Priangan|Dialek Priangan]] (terutama [[bahasa Sunda Bandung]]) merupakan basis dari bentuk standar [[bahasa Sunda Modern]] yang digunakan dalam komunikasi resmi dan formal, juga digunakan dalam berbagai hal, seperti dalam [[Rapat|rapat resmi]], [[media massa]] atau [[Percetakan|media cetak]], [[Belajar|pembelajaran di sekolah]] (dikenal sebagai ''basa sakola''), dan hal-hal [[publik]] lainnya. Dialek ini pertama kali dibakukan pada tahun [[1872]] oleh [[pemerintah]] [[Hindia Belanda|kolonial Belanda]] dalam rangka menjadikannya sebagai bahasa komunikasi di lingkungan pemerintahan dan [[Bangsawan|kaum bangsawan]] [[pribumi]] di [[Keresidenan Priangan]].{{Sfnp|Wahya|2002|pp=2}}
 
=== Dialek Tenggara ===
Baris 84 ⟶ 89:
 
==== Dialek Timur Laut ====
Dialek Timur Laut adalah ragam percakapan bahasa Sunda yang dituturkan di beberapa wilayah [[Keresidenan Cirebon|eks-Keresidenan Cirebon]], seperti, [[Kabupaten Cirebon]] (dikenal sebagai [[bahasa Sunda Cirebon]]), [[Kabupaten Kuningan]] ([[bahasa Sunda Kuningan]]), dan [[Kabupaten Indramayu]] (dikenal sebagai [[Bahasa Sunda Indramayu|bahasa Sunda Parean-Lelea]]), serta dituturkan di [[Kabupaten Brebes]] dan [[Kabupaten Tegal]] (dikenal sebagai [[bahasa Sunda Brebes]]; lihat juga [[bahasa Sunda di Kabupaten Tegal]]).''{{Sfnp|Abdurrachman|Umsari|Zarkasih|1985|pp=5-6}}'' Kosakata khas dialek Timur Laut terutama dialek Kuningan sering diselipkan dalam karya-karya sastra ciptaan [[Ki Umbara]] (nama samaran dari Wiredja Ranusulaksana).{{Sfnp|Rosidi|2012|pp=38-39}}
 
==== Dialek Tengah-Timur ====
Baris 117 ⟶ 122:
{| class="wikitable" style="text-align: center;"
|+Tabel Relasi Leksikon Dialek Sunda{{Sfnp|Wahya|2002|pp=5}}
!<abbr title="Glosarium">Glos</abbr>
!
!dialek Standar
!Glosarium
!dialek Banten
!dialek Standar
!dialek Bogor
!dialek Banten
!dialek Bekasi
!dialek Bogor
!dialek Ciamis
!dialek Bekasi
!dialek Cirebon
!dialek Ciamis
!dialek Brebes
!dialek Cirebon
!<abbr title="Proto-Austronesia">PAN</abbr>
!dialek Brebes
|-
|1
|tapai
|''peuyeum''
Baris 136 ⟶ 140:
|''tapay, tapé, peuyeum''
|''tapay''
|*tapaJ, *pe(rR)em
|-
|2
|batu
|''batu''
Baris 146 ⟶ 150:
|''batu, mungkal''
|''mungkal''
|*batux
|-
|3
|mata
|''panon, mata''
Baris 156 ⟶ 160:
|''mata''
|''mata''
|*maCa
|-
|4
|turi
|''turi''
Baris 166 ⟶ 170:
|''turuy, tuyur, turi''
|''turi''
|*tudiq ([[Bahasa Proto-Melayu-Polinesia|PMP]])
|-
|5
|buaya
|''buhaya, buaya''
Baris 176 ⟶ 180:
|''buhaya''
|''buhaya''
|*buqaya
|-
|6
|ular
|''oray''
Baris 186 ⟶ 190:
|''oray, ula''
|''ula''
|*Sulaʀ
|-
|7
|nama
|''ngaran''
Baris 196 ⟶ 200:
|''ngaran, aran''
|''ngaran, aran''
|*ŋajan
|-
|8
|asap
|''haseup''
Baris 206 ⟶ 210:
|''aseup, haseup''
|''haseup''
|*qasep
|-
|9
|masam
|''haseum''
Baris 216 ⟶ 220:
|''aseum, haseum''
|''haseum, kecut''
|*qalesem ([[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat|PWMP]])
|-
|10
|hati
|''haté, ati''
Baris 226 ⟶ 230:
|''haté, ati''
|''haté''
|*qaCay
|}
</center>Dari data di atas dapat diamati ada beberapa leksikon dialek Sunda yang mencerminkan warisan etimonnya. Leksikon yang dimaksud adalah ''tapay'', ''batu'', ''mata'', ''turuy'' atau ''tuyur'', ''buhaya'', ''oray'', ''ngaran'', ''haseup'', ''haseum'', dan ''haté''. Di samping itu, terdapat leksikon lain dalam dialek Sunda, yang memiliki kemiripan bentuk dan berbeda bentuk dari leksikon yang mencerminkan warisan etimonnya, yaitu ''tapé'' dan ''peuyeum'' ‘[[tapai]]’, ''mungkal'' ‘[[batu]]’, ''panon'' ‘[[mata]]’, ''turi'' ‘[[turi]]’, ''buaya'' dan ''baya'' ‘[[buaya]]’, ''ula'' ‘[[ular]]’, ''aran'' ‘[[nama]]’, ''aseup'' ‘[[asap]]’, ''aseum'' dan ''kecut'' ‘[[Asam|masam]]’, ''ati'' dan ''angen'' ‘[[hati]]’.{{Sfnp|Wahya|2002|pp=5}}
Baris 231 ⟶ 236:
== Lihat pula ==
{{Portal|Bahasa|Indonesia|Sunda}}
* [[Ragam non-bakunonbaku dalam bahasa Sunda]]
* [[Sejarah bahasa Sunda]]
* [[Rumpun bahasa Sunda-Badui]]
Baris 254 ⟶ 259:
* {{Cite journal|last=Kurniawati|first=W.|year=1996|title=Bahasa Sunda Di Jatinegara Kaum Dan Pemukiman Keturunan Pangeran Achmad Djaketra|url=https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/berkalaarkeologi/article/view/746|journal=Berkala Arkeologi|volume=16|issue=1|pages=49-57|doi=10.30883/jba.v16i1.746|oclc=9456797727|issn=0216-1419|ref=harv|url-status=live|doi-access=free}}
* {{Cite book|last=Noorduyn|first=J.|last2=Teeuw|first2=A.|year=2006|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=680983|title=Tiga pesona Sunda kuna|location=Jakarta|publisher=Pustaka Jaya|isbn=9789794193563|translator-last=Setiawan|translator-first=H.|oclc=881312704|ref=harv|translator-last2=Wartini|translator-first2=T.|translator-last3=Darsa|translator-first3=U.A.|url-status=live}}
* {{Cite thesis|last=Pratama|first=A.|date=2017|title=Motif Tindakan Sosial dalam Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng DI Pondok Ranggon Jakarta Timur|publisher=Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik [[Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta|UIN Syarif Hidayatullah]]|type=S1/Skripsi|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/40936|ref=harv}}
* {{Cite book|last=Rosidi|first=A.|year=2012|url=https://books.google.co.id/books?id=SPSkDwAAQBAJ|title=Ibu Haji Belum ke Mekah: Bahasa dan Perilaku Bangsa|location=Bandung|publisher=Dunia Pustaka Jaya|isbn=978-979-419-380-8|oclc=829196703|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Sudjana|first=A.S.H.|last2=Marzuki|first2=A.|last3=Abas|first3=A.|last4=Jayawiguna|first4=R.|year=1983|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/3618/|title=Struktur Bahasa Sunda Pesisir Utara|location=Jakarta|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa|oclc=14379200|ref=harv|url-status=live}}
Baris 261 ⟶ 267:
* {{Cite book|last=Yudibrata|first=K.|last2=Hidayat|last3=Solehudin|first3=O.|last4=Rahman|year=1990|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/16132/|title=Geografi dialek bahasa Sunda di Kabupaten Karawang|location=Jakarta|publisher=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa|isbn=9794590932|oclc=614836390|ref=harv|url-status=live}}
{{refend}}
 
 
== Bacaan lanjutan ==