Tan Malaka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Pranala luar: Bagian dari pemeliharaan Kategori:Tokoh Minangkabau Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(47 revisi perantara oleh 31 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 4:
| alt = Tan Malaka
| caption = Tan Malaka di autobiografinya
| office
| order
| primeminister
| term_start = 25 Desember 1921
| term_end = 13 Februari 1922
| succeeding =
| president
| predecessor = [[Semaun]]
| successor = [[Semaun]]
| birth_name = Ibrahim
| birth_date = {{birth date|1897|6|2|df=y}}
| birth_place =
| death_date = {{death date and age|1949|2|21|1897|6|2|df=y}}
| death_place = [[Selopanggung, Semen, Kediri|Selopanggung]], [[Semen, Kediri|Semen]], [[
| restingplace = {{bulleted list|Ledok, [[Selopanggung, Semen, Kediri|Selopanggung]], [[Semen, Kediri|Semen]], [[Kabupaten Kediri|Kediri]] (1949—2019)|[[Pandam Gadang, Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Pandam Gadang]], [[Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Gunuang Omeh]], [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Lima Puluh Kota]], [[Indonesia]]
}}
| nationality =
|
| alma_mater = Rijkswijk School, [[Haarlem]], [[Belanda]]
| occupation = {{hlist|[[Guru
| awards = [[Pahlawan Nasional Indonesia]]
| parents = <!-- Nama orang tua; termasuk hanya jika subjek secara independen sudah terkenal atau sangat relevan; bila ada rujukan/referensi, uraikan pada artikel; -->
}}}}
'''Ibrahim gelar Datuk Sutan Malaka''' juga dikenal sebagai '''Tan Malaka''' ({{lahirmati|Nagari Pandam Gadang, [[Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Gunuang Omeh]], [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Lima Puluh Kota]]|2|06|1897|[[Selopanggung, Semen, Kediri|Desa Selopanggung]], [[Semen, Kediri|Semen]], [[Kabupaten Kediri|Kediri]]|21|02|1949}}) adalah seorang guru, [[Marxisme|Marxis]], pendiri [[Persatuan Perjuangan]] dan [[Partai Musyawarah Rakyat Banyak|Partai Murba]], gerilyawan dan mata-mata, [[Revolusi Nasional Indonesia|pejuang]] Indonesia, dan [[Pahlawan nasional Indonesia|pahlawan nasional]].<ref name="LOC">{{cite web|url=http://countrystudies.us/indonesia/14.htm|title=THE GROWTH OF NATIONAL CONSCIOUSNESS|publisher=[[Library of Congress]]|accessdate=7 Agustus 2012}}</ref> [[Tempo (majalah)|''Tempo'']] memberikan penghargaan kepada beliau sebagai “Bapak Republik Indonesia”.<ref>{{cite news|date=2 June 2021|title=Hari ini Kelahiran Tan Malaka, Pemberi Inspirasi Sukarno - Hatta|url=https://nasional.tempo.co/read/1468196/hari-ini-kelahiran-tan-malaka-pemberi-inspirasi-sukarno-hatta|publisher=Tempo|agency=Nasional Tempo|access-date=6 October 2021}}</ref>
== Masa muda ==
Baris 46 ⟶ 35:
[[Berkas:Rumah Kelahiran Tan Malaka.jpg|jmpl|275px|[[Rumah Kelahiran Tan Malaka|Rumah kelahiran Tan Malaka]]]]
Nama lengkap Tan Malaka adalah '''Ibrahim
Ayahnya adalah '''HM. Rasad Caniago''', seorang buruh tani, dan ibunya
=== Pendidikan di Belanda ===
Baris 60 ⟶ 49:
[[File:Tan Malaka, date unknown.png|thumb|170px|Potret Tan Malaka, {{circa|1920-an}}]]
Setelah lulus, ia meninggalkan Belanda dan kembali ke desanya. Ia menerima tawaran pekerjaan dari Dr. C.
Tan Malaka pergi ke [[Batavia]] (sekarang [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]) ketika guru lamanya, G. H. Horensma, menawarinya pekerjaan sebagai guru; Namun, Tan Malaka menolak tawaran itu. Karena dia ingin mendirikan sekolahnya sendiri; di mana guru lamanya menerima alasannya dan mendukungnya.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 186}} Pada tahun [[Pemilihan umum Volksraad Hindia Belanda 1921|1921]], Tan Malaka terpilih menjadi anggota [[Volksraad]] sebagai anggota kelompok sayap kiri,{{sfn|Jarvis|1987| p = 42}} tetapi mengundurkan diri pada tanggal 23 Februari 1921.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 59}} Ia kemudian meninggalkan Batavia dan tiba di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] pada awal Maret 1921, dan tinggal
=== Keterlibatan dengan PKI ===
Baris 75 ⟶ 64:
[[File:Ibrahim Datoek Tan Malaka, vermoedelijk te Amsterdam, KITLV 17800.tiff|thumb|190px|Potret Tan Malaka, {{circa|1922}}]]
Pada 13 Februari 1922,
Di [[Berlin]], ia bertemu dengan Darsono, seorang komunis Indonesia yang terkait dengan Biro [[Internasionale Ketiga|Komintern]] Eropa Barat, dan mungkin bertemu [[M. N. Roy|M.N. Roy]]. Tan Malaka kemudian melanjutkan ke [[Moskwa|Moskow]], dan tiba pada Oktober 1922 untuk berpartisipasi dalam Komite Eksekutif Komintern.{{sfn|Jarvis|1987| p = 44}} Pada Kongres Komintern Dunia Keempat di Moskow, Tan Malaka mengusulkan agar komunisme dan [[Pan Islamisme|Pan-Islamisme]] dapat berkolaborasi; Namun, usulannya ditolak oleh banyak orang.{{sfn|Poeze|2008| p = xvii}} Pada Januari 1923, ia dan Semaun diangkat menjadi koresponden ''Die Rote Gewerkschafts-Internationale'' (Serikat Merah Internasional).{{sfn|Jarvis|1987| p = 44}} Selama paruh pertama tahun 1923, ia juga menulis untuk jurnal-jurnal gerakan buruh Indonesia dan Belanda.{{sfn|Jarvis|1987| pp = 44–45}}
Baris 84 ⟶ 73:
Pada Juli 1925, Tan Malaka pindah ke [[Manila]], [[Filipina]], karena lingkungan yang lebih mirip dengan Indonesia. Malaka tiba di Manila pada 20 Juli. Di sana, ia menjadi koresponden surat kabar nasionalis ''El Debate'' (Debat), yang diedit oleh Francisco Varona. Publikasi karyanya, seperti ''Naar de Republiek Indonesia'' edisi kedua (Desember 1925) dan Semangat Moeda (Semangat Muda; 1926) mungkin didukung oleh Varona. Di sana, Malaka juga bertemu dengan tokoh Filipina Mariano de los Santos, José Abad Santos, dan Crisanto Evangelista.{{sfn|Jarvis|1987| p = 46}}{{sfn|McVey|1965| p = 206}} Di Indonesia, PKI memutuskan untuk memberontak dalam waktu enam bulan setelah pertemuannya, yang diadakan sekitar bulan Desember 1925. Pemerintah menyadari hal ini dan mengasingkan beberapa pemimpin partai. Pada Februari 1926, [[Alimin]] pergi ke Manila untuk meminta persetujuan dari Tan Malaka.{{sfn|Jarvis|1987| p = 46}} Tan Malaka akhirnya menolak strategi ini, dan menyatakan bahwa kondisi partai masih terlalu lemah, dan tidak memiliki kekuatan untuk melakukan revolusi lagi.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 61}}{{sfn|Jarvis|1987| p = 46}}
Dia menggambarkan dalam otobiografinya tentang frustrasinya
=== Upaya penangkapan oleh Belanda ===
Baris 93 ⟶ 82:
| image1 = Adam Malik 1962.jpg
| alt1 =
| link1 = Adam Malik
| caption1 = [[Adam Malik]]
| image2 = ChairulSaleh.jpg
| alt2 =
| link2 = Chaerul Saleh
| caption2 = [[Chaerul Saleh]]
| footer =
}}
Pada bulan Desember 1926, Tan Malaka pergi ke [[Bangkok]], di mana ia mempelajari kekalahan [[Partai Komunis Indonesia|PKI]]. Dia, bersama Djamaludin Tamin dan Subakat, mendirikan Partai Republik Indonesia pada awal Juni 1927, menjauhkan diri dari [[Internasionale Ketiga|Komintern]] serta, dalam manifesto partai baru, mengkritik PKI. Sementara partai memang memiliki keanggotaan kecil di dalam negeri, partai itu tidak pernah tumbuh menjadi organisasi besar; namun, dengan PKI bergerak di bawah tanah, itu adalah satu-satunya organisasi di akhir 1920-an yang secara terbuka menyerukan kemerdekaan segera bagi Indonesia. Beberapa kader partai termasuk [[Adam Malik]], [[Chaerul Saleh]], dan [[Mohammad Yamin]].{{sfn|Jarvis|1987| p = 47}}{{sfn|Syaifudin|2012| pp = 61 – 62}} Ia kemudian kembali ke [[Filipina]] pada Agustus 1927. Ia ditangkap pada 12 Agustus 1927 atas tuduhan memasuki wilayah Filipina secara ilegal. Dia dibantu oleh Dr. San Jose Abad membantunya di pengadilan, namun dia menerima vonis bahwa dia akan dideportasi ke Amoy ([[Xiamen]]), China.{{sfn|Jarvis|1987| p = 49}}
Polisi Permukiman Internasional Kulangsu ([[Gulangyu]]), diberitahu tentang perjalanan Tan Malaka ke Amoy, menunggunya di pelabuhan dengan maksud menangkapnya untuk diekstradisi ke Hindia Belanda, karena Belanda ingin menangkapnya, dan
Dia berharap memiliki kesempatan untuk memperdebatkan kasusnya di bawah hukum Inggris dan mungkin mencari [[Hak suaka|suaka]] di [[Britania Raya|Inggris]], tetapi setelah beberapa bulan diinterogasi dan dipindahkan antara bagian penjara "Eropa" dan "Cina", diputuskan bahwa dia akan diasingkan begitu saja dari Hong Kong tanpa tuduhan. Dia kemudian dideportasi lagi ke Amoy.{{sfn|Jarvis|1987| p = 50}}{{sfn|Malaka & Jarvis 1991 Vol. 2| pp = 33–52}} Tan Malaka kemudian melarikan diri sekali lagi, dan melakukan perjalanan ke desa Iwe di selatan Cina. Di sana, ia dirawat dengan pengobatan tradisional Tiongkok untuk penyakitnya. Setelah kesehatannya membaik pada awal tahun 1936, ia melakukan perjalanan kembali ke Amoy dan membentuk Sekolah Bahasa Asing.{{sfn|Jarvis|1987| p = 51}} Abidin Kusno berpendapat bahwa masa tinggal di Shanghai ini merupakan periode penting dalam membentuk tindakan Tan Malaka di kemudian hari selama revolusi Indonesia pada akhir 1940-an; kota pelabuhan itu secara nominal berada di bawah kedaulatan Cina tetapi pertama-tama didominasi oleh negara-negara Eropa dengan konsesi perdagangan di kota itu, dan kemudian oleh Jepang setelah invasi September 1932.{{sfn|Kusno|2003}}
Baris 133 ⟶ 122:
=== Marxisme dan agama ===
Tan Malaka berargumen dengan kuat bahwa komunisme dan Islam sejalan, dan bahwa di Indonesia, revolusi harus dibangun di atas keduanya. Oleh karena itu, dia adalah pendukung kuat dari aliansi lanjutan PKI dengan Sarekat Islam (SI), dan merasa terganggu ketika dia berada di pengasingan, PKI memisahkan diri dari SI. Dalam skala internasional, Tan Malaka juga melihat Islam memiliki potensi untuk menyatukan kelas pekerja di sebagian besar [[Afrika Utara]], [[Timur Tengah]], dan [[Asia Selatan]] melawan [[imperialisme]] dan [[kapitalisme]]. Posisi ini menempatkannya dalam oposisi terhadap banyak Komunis Eropa dan kepemimpinan Komintern, yang melihat keyakinan agama sebagai penghalang bagi revolusi proletar dan alat kelas penguasa.{{sfn|Jarvis|1987|p=44}}
=== Pendidikan ===
Baris 159 ⟶ 145:
Di sisi lain, setelah mengevaluasi situasi yang amat parah bagi Republik Indonesia akibat [[Perjanjian Linggajati]] 1947 dan [[Perjanjian Renville|Renville]] 1948, yang merupakan buah dari hasil diplomasi [[Sutan Syahrir]] dan Perdana Menteri [[Amir Syarifuddin]], Tan Malaka merintis pembentukan [[Murba|Partai Murba]], [[7 November]] [[1948]] di Yogyakarta.
Setelah pemberontakan PKI/FDR di Madiun ditumpas pada akhir November 1948, Tan Malaka menuju Kediri dan mengumpulkan sisa-sisa pemberontak PKI/FDR yang saat itu ada di Kediri, dari situ ia membentuk pasukan Gerilya Pembela Proklamasi. Pada bulan Februari 1949, Tan Malaka ditangkap bersama beberapa orang pengikutnya di [[Pethok]], [[Kediri]], [[Jawa Timur]] dan mereka ditembak mati di sana. Tidak ada satupun pihak yang tahu pasti dimana makam Tan Malaka dan siapa yang menangkap dan menembak mati dirinya dan pengikutnya.
Menurut penuturan [[Harry A. Poeze]], seorang [[sejarawan]] Belanda, menyebutkan bahwa yang menangkap dan menembak mati Tan Malaka pada tanggal 21 Februari 1949 adalah pasukan TNI dibawah pimpinan Letnan II Soekotjo (pernah jadi [[Daftar Wali Kota Surabaya|Wali Kota Surabaya]]). Batalyon tersebut di bawah komando Brigade S yang panglimanya adalah [[Soerachmad|Letkol Soerachmad]]. dari [[Batalyon Infanteri 500/Raider|Batalyon Sikatan]], [[Kodam V/Brawijaya|Divisi Brawijaya]].
Keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden [[Soekarno]] [[28 Maret]] [[1963]] menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional.
Setelah melalui berbagai penelusuran dan keterangan para saksi hidup, pada tahun 2007 ditemukan sebuah makam di Desa Selopanggung, Kediri, yang diyakini sebagai makam Tan Malaka.
Pada 21 Februari 2017, jenazah Tan Malaka secara simbolis dipindahkan dari Kediri ke Sumatera Barat. Hal ini diupayakan oleh keluarga besar Tan Malaka dan kelompok yang tergabung dalam Tan Malaka Institute. Karena gagal membawa jenazah Tan Malaka secara utuh, mereka memutuskan untuk memulangkannya secara simbolis, yakni dengan membawa tanah dari pekuburan Tan Malaka.<ref>{{cite web|last=Firman|first=Tony|url=https://tirto.id/jenazah-tan-malaka-sang-pemimpin-adat-dijemput-keluarga-cjrL|title=Jenazah Tan Malaka Sang Pemimpin Adat Dijemput Keluarga|date=2017-02-21|website=[[Tirto.id]]|language=id|access-date=2017-11-20}}</ref>
Baris 174 ⟶ 161:
Salah satu roman ''Patjar Merah'' yang terkenal adalah roman karangan [[Matu Mona]] yang berjudul ''Spionnage-Dienst''. Nama ''patjar merah'' sendiri berasal dari karya Baronesse Orczy yang berjudul ''Scarlet Pimpernel'', yang berkisah tentang seorang pahlawan [[Revolusi Prancis]].
Dalam cerita-cerita tersebut selain Tan Malaka muncul juga tokoh-tokoh PKI dan PARI lainnya, yaitu [[Musso]] (sebagai ''Paul Mussotte''), [[Alimin]] (''Ivan Alminsky''), [[Semaun]] (''Semounoff''), [[Darsono]] (''Darsnoff''), [[Djamaluddin Tamin]] (''Djalumin'') dan Soebakat (''Soe Beng Kiat''). Kisah-kisah fiksi ini turut memperkuat legenda Tan Malaka di Indonesia, terutama di Sumatra.<ref>{{cite book |last=Kahin |first=Audrey |authorlink= |title=Dari pemberontakan ke integrasi:
Belakangan, selepas reformasi kemudian muncul pula dua novel yang mengisahkan perjalanan hidup Tan Malaka. Tiga buku pertama ditulis oleh [[Matu Mona]], sementara yang keempat dan kelima ditulis oleh Yusdja.<ref>{{cite book |last=Southeast Asia Program |first=Cornell University |authorlink= |title=Reading Southeast Asia: Translation of Contemporary Japanese Scholarship on Southeast Asia |url=http://books.google.co.id/books?id=OFSgNa9J61YC&pg=PA22&lpg=PA22&dq=patjar+merah+indonesia&source=bl&ots=WLyyywIcRp&sig=Bc2S64cOW0o8Nc31-wfiERBiQuQ&hl=en&sa=X&ei=__y-UbjEDcn-rAf63IG4Aw&redir_esc=y#v=onepage&q=patjar%20merah%20indonesia&f=false |accessdate=17 Juni 2013 |year=1990 |publisher=SEAP Publication |location= |isbn=9780877274001 |page=188}}</ref>: Sedangkan novel yang keenam dan ketujuh masih-masing ditulis oleh Peter Dantovski dan Hendri Teja.
Baris 234 ⟶ 221:
* {{cite journal |last = Jarvis |first = Helen |year = 1987 |title = Tan Malaka: Revolutionary or Renegade? |journal = Bulletin of Concerned Asian Scholars |volume = 19 |issue = 1 |pages = 41–55 |issn = 0007-4810 |url = http://criticalasianstudies.org/assets/files/bcas/v19n01.pdf |ref = harv |access-date = 2013-06-17 |archive-date = 2011-08-11 |archive-url = https://web.archive.org/web/20110811043214/http://criticalasianstudies.org/assets/files/bcas/v19n01.pdf |dead-url = yes }}
* {{cite book |title = Nationalism and Revolution in Indonesia |url = https://archive.org/details/nationalismrevol0000kahi |last = Kahin |first = George McT. |year = 1952 |location = Ithaca, New York |publisher = Cornell University Press |isbn = 978-0-87727-734-7 |ref = harv }}
* {{cite journal |last = Kusno |first = Abidin |date = November 2003 |title = From City to City: Tan Malaka, Shanghai, and the Politics of Geographical Imagining |journal = Singapore Journal of Tropical Geography |volume = 24 |issue = 3 |pages = 327–339 |publisher = Blackwell Publishing |doi = 10.1111/1467-9493.00162 |ref = harv | issn=0129-7619 }}
* {{cite book |last = Malaka |first = Tan |last2 = Jarvis |first2 = Helen |title = From Jail to Jail |year = 1991 |location = Athens, Ohio |publisher = Ohio University Center for International Studies |series = Research in International Studies, Southeast Asia Series |volume = 1 |ref = {{sfnRef|Malaka & Jarvis 1991 Vol. 1}} }}
* {{cite book |last = Malaka |first = Tan |last2 = Jarvis |first2 = Helen |title = From Jail to Jail |year = 1991 |location = Athens, Ohio |publisher = Ohio University Center for International Studies |series = Research in International Studies, Southeast Asia Series |volume = 2 |ref = {{sfnRef|Malaka & Jarvis 1991 Vol. 2}} }}
Baris 251 ⟶ 238:
== Pranala luar ==
{{wikiquote-id}}
*
{{Pahlawan Indonesia}}
{{DEFAULTSORT:Malaka, Tan}}
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Ideolog Indonesia]]
Baris 268 ⟶ 254:
[[Kategori:Politikus Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Lima Puluh Kota]]
[[Kategori:Tokoh Kediri]]
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Gunuang Omeh]]
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Semen]]
[[Kategori:Filsuf Indonesia]]
[[Kategori:Tan Malaka]]
|