Tan Malaka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(37 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 4:
| alt = Tan Malaka
| caption = Tan Malaka di autobiografinya
| office = [[Daftar Ketua Umum Partai Komunis Indonesia|Hoofdbestuur Partai Komunis Indonesia]]
| order =
| primeminister =
| term_start = 25 Desember 1921
| term_end = 13 Februari 1922
| succeeding =
| president =
| predecessor = [[Semaun]]
| successor = [[Semaun]]
| birth_name = Ibrahim
| birth_date = {{birth date|1897|6|2|df=y}}
| birth_place = [[Pandam Gadang, Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Pandam Gadang]], [[SumateraGunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Gunuang Omeh]], [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Lima Puluh BaratKota]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1949|2|21|1897|6|2|df=y}}
| death_place = [[Selopanggung, Semen, Kediri|Selopanggung]], [[JawaSemen, TimurKediri|Semen]], [[Kabupaten Kediri|Kediri]], [[Indonesia]]
| restingplace = {{bulleted list|Ledok, [[Selopanggung, Semen, Kediri|Selopanggung]], [[JawaSemen, TimurKediri|Semen]], [[Kabupaten Kediri|Kediri]] (1949—2019)|[[Pandam Gadang, Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Pandam Gadang]], [[SumateraGunuang BaratOmeh, Lima Puluh Kota|Gunuang Omeh]], [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Lima Puluh Kota]], [[Indonesia]]
}}
| nationality = [[Indonesia]]<!-- Kolom ini hanya untuk warga negara; atau pihak asing -->
| other_namesnickname = 23 nama samaran{{efn|{{harvtxt|Syaifudin|2012|p=63|}} menulis bahwa Tan Malaka menggunakan 23 alias. Malaka menggunakan Elias Fuentes, Esahislau Rivera, dan Alisio Rivera di Filipina. Selama di Singapura ia menggunakan Hasan Gozali. Ossorio digunakan ketika dia berada di Shanghai. Tan Min Sion saat berada di Burma. Selama di Hong Kong ia menggunakan 13 nama yang berbeda, salah satunya adalah Ong Song Lee. Di bagian lain Tiongkok ia menggunakan Cheung Kun Tat dan Howard Lee. Selama di Indonesia ia menggunakan Dasuki, Ramli Husein, dan Ilyas Husein.{{sfn|Syaifudin|2012|p=63}}}}
| alma_mater = Rijkswijk School, [[Haarlem]], [[Belanda]]
| occupation = {{hlist|[[Guru dan Pendiri Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba)]]|[[politikus]]
| awards = [[Pahlawan Nasional Indonesia]]
| parents = <!-- Nama orang tua; termasuk hanya jika subjek secara independen sudah terkenal atau sangat relevan; bila ada rujukan/referensi, uraikan pada artikel; -->
| parents = Rasad Chaniago (ayah)<br/>Sinah Simabur (ibu)
}}}}
 
'''Tan Malaka''' atau '''Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka''' ({{lahirmati|Nagari Pandam Gadang, [[Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Gunuang Omeh]], [[Lima Puluh Kota]], [[Sumatera Barat]]|2|06|1897|[[Selopanggung, Semen, Kediri|Desa Selopanggung]], [[Kediri]], [[Jawa Timur]]|21|02|1949}}) adalah pengajar, filsuf, pejuang kemerdekaan [[Indonesia]],<ref name="LOC">{{cite web|url=http://countrystudies.us/indonesia/14.htm|title=THE GROWTH OF NATIONAL CONSCIOUSNESS|publisher=[[Library of Congress]]|accessdate=7 Agustus 2012}}</ref> pendiri [[Partai Murba]],<ref>[http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/08/11/LU/mbm.20080811.LU127973.id.html "Warisan Tan Malaka"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20091008052026/http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/08/11/LU/mbm.20080811.LU127973.id.html |date=2009-10-08 }}, Tempo Interaktif, 11 Agustus 2008</ref> salah satu [[Pahlawan Nasional Indonesia]],<ref>{{cite web
'''Ibrahim gelar Datuk Sutan Malaka''' juga dikenal sebagai '''Tan Malaka''' ({{lahirmati|Nagari Pandam Gadang, [[Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Gunuang Omeh]], [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Lima Puluh Kota]]|2|06|1897|[[Selopanggung, Semen, Kediri|Desa Selopanggung]], [[Semen, Kediri|Semen]], [[Kabupaten Kediri|Kediri]]|21|02|1949}}) adalah seorang guru, [[Marxisme|Marxis]], pendiri [[Persatuan Perjuangan]] dan [[Partai Musyawarah Rakyat Banyak|Partai Murba]], gerilyawan dan mata-mata, [[Revolusi Nasional Indonesia|pejuang]] Indonesia, dan [[Pahlawan nasional Indonesia|pahlawan nasional]].<ref name="LOC">{{cite web|url=http://countrystudies.us/indonesia/14.htm|title=THE GROWTH OF NATIONAL CONSCIOUSNESS|publisher=[[Library of Congress]]|accessdate=7 Agustus 2012}}</ref> [[Tempo (majalah)|''Tempo'']] memberikan penghargaan kepada beliau sebagai “Bapak Republik Indonesia”.<ref>{{cite news|date=2 June 2021|title=Hari ini Kelahiran Tan Malaka, Pemberi Inspirasi Sukarno - Hatta|url=https://nasional.tempo.co/read/1468196/hari-ini-kelahiran-tan-malaka-pemberi-inspirasi-sukarno-hatta|publisher=Tempo|agency=Nasional Tempo|access-date=6 October 2021}}</ref>
|title=Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia (1)
|language=Indonesia
|url=http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai-1
|work=Awards of the Republic of Indonesia
|publisher=Sekretariat Negara
|archiveurl=https://www.webcitation.org/67WW7R2g9?url=http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan
|archivedate=2012-05-09
|accessdate=9 Mei 2012
|dead-url=no
}}</ref> dan penulis ''Naar de Republiek'' ''Indonesia,'' buku pertama yang ditulis oleh pribumi Hindia Belanda untuk menggambarkan gagasan Hindia Belanda yang merdeka sebagai Indonesia, untuk itu [[Mohammad Yamin|Muhammad Yamin]] memberikan julukan Tan Malaka sebagai '''<nowiki/>'Bapak Republik Indonesia'<nowiki/>'''.<ref>{{Cite web|title=Profil Tan Malaka yang Dikenal Sebagai Bapak Republik Indonesia|url=https://kumparan.com/berita-hari-ini/profil-tan-malaka-yang-dikenal-sebagai-bapak-republik-indonesia-1uvO0GwLRTm|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2022-12-29}}</ref><ref>{{Cite web|last=Andryanto|first=S. Dian|date=2021-06-02|title=Hari ini Kelahiran Tan Malaka, Pemberi Inspirasi Sukarno - Hatta|url=https://nasional.tempo.co/read/1468196/hari-ini-kelahiran-tan-malaka-pemberi-inspirasi-sukarno-hatta|website=Tempo|language=en|access-date=2022-12-29}}</ref>
 
== Masa muda ==
Baris 44 ⟶ 35:
[[Berkas:Rumah Kelahiran Tan Malaka.jpg|jmpl|275px|[[Rumah Kelahiran Tan Malaka|Rumah kelahiran Tan Malaka]]]]
 
Nama lengkap Tan Malaka adalah '''Ibrahim Gelargelar Datuk Sutan Malaka'''.{{efn|Kata gelar dalam gelarnya, "Gelar Datuk Tan Malaka" menyiratkan bahwa ia adalah seorang penghulu andiko, atau kepala resmi dari sabuah parui (komunitas keturunan nenek moyang pihak ibu yang berhubungan dengan rumah ibu tertentu, komponen penting dari tatanan sosial Minangkabau).{{sfn|Mrázek|1972| p = 6}}}} Nama aslinya adalah Ibrahim, tetapi ia dikenal baik sebagai seorang anak dan orang dewasa sebagai Tan Malaka, sebuah nama kehormatan dan semi-bangsawan, ia mewarisi dari latar belakang bangsawan ibunya.{{sfn|Jarvis|1987| p = 41}} Ia lahir di [[Pandam Gadang, Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Nagari Pandam Gadang]], [[KabupatenGunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Gunuang Omeh]], [[SumateraKabupaten BaratLima Puluh Kota|Lima Puluh Kota]], yang saat itu berada di bawah kekuasaan [[Hindia Belanda]].{{sfn|Mrázek|1972| p = 6}} Tanggal lahirnya tidak jelas, dan bervariasi dari sumber ke sumber, tetapi kemungkinan antara tahun 1894 dan 1897.{{efn| name = Date of birth|Dalam "Kematian Tan Malaka" karya Djamaludin Tamin,{{sfn|Tamin|1965| p = 3}} dan Helen Jarvis ''Tan Malaka: Pejuang Revolusioner atau Murtad?'',{{sfn|Jarvis|1987| p = 41}} tanggal lahirnya tercantum pada tahun 1896, Tamin menyebutkan tanggal lahirnya yang tepat pada tanggal 2 Juni 1896. Sumber lain juga menyebutkan tanggal lahirnya yang berbeda, Wasid Suwarto menyebutkan tanggal 14 Oktober 1897.,{{sfn|Suwarto|2006| p = 29}} sedangkan Harry Poeze menyatakan bahwa Tan Malaka lahir sekitar tahun 1894.{{sfn|Poeze|2008| p = xv}}}}
 
Ayahnya adalah '''HM. Rasad Caniago''', seorang buruh tani, dan ibunya, '''Rangkayo Sinah Simabur''', putri seorang tokoh terpandang di desa tersebut. Sebagai seorang anak, Tan Malaka tinggal bersama orang tuanya di Suliki, dan belajarmempelajari [[Islam|ilmu agama]] danIslam yang kaffah, menghafalkan Quran diluar kepala dilatihserta dalammempelajari seni bela diri [[pencak silat]].{{sfn|Syaifudin|2012| pp = 53 – 54}} Pada tahun 1908, Tan Malaka bersekolah di [[Kweekschool]] (kini [[SMA Negeri 2 Bukittinggi]]), sekolah guru negeri, di [[Fort de Kock]].{{sfn|Mrázek|1972| p = 5}} Di Kweekschool, Tan Malaka belajar [[bahasa Belanda]] dan menjadi pemain sepak bola yang terampil.{{sfn|Syaifudin|2012| pp = 53 – 54}}{{sfn|Syaifudin|2012| p = 55}} Menurut gurunya, G. H. Horensma, meskipun Tan terkadang tidak patuh, dia adalah murid yang sangat baik.{{sfn|Syaifudin|2012| pp = 53 – 54}} Ia lulus pada tahun 1913, dan kembali ke desanya. Kepulangannya akan ditandai dengan penganugerahan gelar adat yang tinggi sebagai [[datuk]] dan tawaran tunangan. Namun, dia hanya menerima gelar.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 55}} Dia berhasil mendapatkan uang dari desa untuk melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, dan dia berlayar ke [[Rotterdam]] pada tahun yang sama.{{sfn|Mrázek|1972| p = 6}}
 
=== Pendidikan di Belanda ===
Baris 58 ⟶ 49:
[[File:Tan Malaka, date unknown.png|thumb|170px|Potret Tan Malaka, {{circa|1920-an}}]]
 
Setelah lulus, ia meninggalkan Belanda dan kembali ke desanya. Ia menerima tawaran pekerjaan dari Dr. C. W. Janssen untuk mengajar anak-anak [[kuli]] perkebunan tembakau, di Sanembah, [[Tanjung Morawa, Deli Serdang|Tanjung Morawa]], [[Kabupaten Deli Serdang|Deli]], Sumatera Timur.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 58}}{{sfn|Syaifudin|2012| p = 184}} Dia pergi ke sana pada bulan Desember 1919, tetapi mulai mengajar hanya pada bulan Januari 1920.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 59}}{{sfn|Poeze|2008| p = xvi}} Dia menghasilkan propaganda subversif untuk kuli, yang dikenal sebagai ''Deli Spoor'',{{sfn|Syaifudin|2012| p = 184}} dan mulai belajar tentang kemerosotan [[Pribumi-Nusantara|masyarakat adat]] yang telah terjadi.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 59}} Selain mengajar, ia menjalin kontak dengan ISDV, dan menulis beberapa karya untuk pers.{{sfn|Jarvis|1987| p = 41}} Sebagai seorang jurnalis, ia menulis tentang perbedaan mencolok dalam kekayaan antara kapitalis dan pekerja, dalam salah satu karyanya yang paling awal, "Tanah Orang Miskin"; yang disertakan dalam ''[[Het Vrije Woord (surat kabar Hindia Belanda)|Het Vrije Woord]]'' edisi Maret 1920.{{sfn|Jarvis|1987| pp = 41–42}} Tan Malaka juga menulis tentang penderitaan para kuli di ''Sumatera Post''.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 184}}
 
Tan Malaka pergi ke [[Batavia]] (sekarang [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]) ketika guru lamanya, G. H. Horensma, menawarinya pekerjaan sebagai guru; Namun, Tan Malaka menolak tawaran itu. Karena dia ingin mendirikan sekolahnya sendiri; di mana guru lamanya menerima alasannya dan mendukungnya.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 186}} Pada tahun [[Pemilihan umum Volksraad Hindia Belanda 1921|1921]], Tan Malaka terpilih menjadi anggota [[Volksraad]] sebagai anggota kelompok sayap kiri,{{sfn|Jarvis|1987| p = 42}} tetapi mengundurkan diri pada tanggal 23 Februari 1921.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 59}} Ia kemudian meninggalkan Batavia dan tiba di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] pada awal Maret 1921, dan tinggal sebagaidi rumah Sutopo, seorang mantan pemimpin dari [[Budi Utomo]]. Di sana, ia menulis proposal untuk sekolahSekolah tataTata bahasaBahasa.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 186}} Di Yogyakarta, ia mengikuti Muktamar ke-5 organisasi [[Sarekat Islam]] dan bertemu dengan sejumlah tokoh Islam terkemuka, termasuk [[Oemar Said Tjokroaminoto|H.O.S. Tjokroaminoto]], [[Agus Salim]], Darsono, dan [[Semaun]].{{sfn|Syaifudin|2012| p = 59}} Kongres tersebut membahas topik keanggotaan ganda Sarekat Islam dan Partai Komunis (PKI). Agus Salim dan tokoh lainnya, [[Abdoel Moeis|Abdul Muis]], melarang, sedangkan Semaun dan Darsono sama-sama anggota PKI.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 186}}
 
=== Keterlibatan dengan PKI ===
Baris 73 ⟶ 64:
[[File:Ibrahim Datoek Tan Malaka, vermoedelijk te Amsterdam, KITLV 17800.tiff|thumb|190px|Potret Tan Malaka, {{circa|1922}}]]
 
Pada 13 Februari 1922, beliauia mengunjungi sebuah sekolah di [[Kota Bandung|Bandung]], ia ditangkap oleh penguasa Belanda, yang merasa terancam dengan keberadaan Partai Komunis.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 60}} Dia pertama kali diasingkan ke [[Kota Kupang|Kupang]]; Namun, ia ingin diasingkan ke Belanda, dan dikirim ke sana oleh penguasa Belanda. Namun,Tetapi tanggal kedatangannya di Belanda masih diperdebatkan.{{efn|Syaifudin menyatakan bahwa ia tiba di Belanda pada 10 Maret,{{sfn|Syaifudin|2012| pp = 191 – 192}} sementara Helen Jarvis menyatakan bahwa dia tiba pada 24 Maret.{{sfn|Jarvis|1987| p = 43}}}}{{sfn|Jarvis|1987| p = 43}}{{sfn|Syaifudin|2012| pp = 191 – 192}} Di Belanda, ia bergabung dengan Partai Komunis Belanda (CPN) dan diangkat sebagai calon ketiga dari partai untuk [[Tweede Kamer|Dewan Perwakilan Rakyat]], pada pemilihan 1922.{{sfn|Poeze|2008| p = xvi}}{{sfn|Jarvis|1987| p = 43}} Dia adalah subjek kolonial Belanda pertama (karena dia berasal dari [[Hindia Belanda]]) yang pernah mencalonkan diri untuk jabatan di Belanda. Dia tidak berharap untuk terpilih karena di bawah sistem [[perwakilan berimbang]] yang digunakan, posisi ketiganya dalam tiket membuat pemilihannya sangat tidak mungkin. Tujuannya yang dinyatakan dalam pelarian bukan untuk mendapatkan platform untuk berbicara tentang tindakan Belanda di Indonesia, dan bekerja untuk membujuk CPN untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Meskipun dia tidak memenangkan kursi, dia menerima dukungan kuat yang tak terduga.{{sfn|Malaka & Jarvis 1991 Vol. 1| p = 81}} Sebelum penghitungan suara selesai, dia meninggalkan Belanda dan pergi ke [[Jerman]].{{sfn|Jarvis|1987| pp = 43 – 44}}
 
Di [[Berlin]], ia bertemu dengan Darsono, seorang komunis Indonesia yang terkait dengan Biro [[Internasionale Ketiga|Komintern]] Eropa Barat, dan mungkin bertemu [[M. N. Roy|M.N. Roy]]. Tan Malaka kemudian melanjutkan ke [[Moskwa|Moskow]], dan tiba pada Oktober 1922 untuk berpartisipasi dalam Komite Eksekutif Komintern.{{sfn|Jarvis|1987| p = 44}} Pada Kongres Komintern Dunia Keempat di Moskow, Tan Malaka mengusulkan agar komunisme dan [[Pan Islamisme|Pan-Islamisme]] dapat berkolaborasi; Namun, usulannya ditolak oleh banyak orang.{{sfn|Poeze|2008| p = xvii}} Pada Januari 1923, ia dan Semaun diangkat menjadi koresponden ''Die Rote Gewerkschafts-Internationale'' (Serikat Merah Internasional).{{sfn|Jarvis|1987| p = 44}} Selama paruh pertama tahun 1923, ia juga menulis untuk jurnal-jurnal gerakan buruh Indonesia dan Belanda.{{sfn|Jarvis|1987| pp = 44–45}}
Baris 82 ⟶ 73:
Pada Juli 1925, Tan Malaka pindah ke [[Manila]], [[Filipina]], karena lingkungan yang lebih mirip dengan Indonesia. Malaka tiba di Manila pada 20 Juli. Di sana, ia menjadi koresponden surat kabar nasionalis ''El Debate'' (Debat), yang diedit oleh Francisco Varona. Publikasi karyanya, seperti ''Naar de Republiek Indonesia'' edisi kedua (Desember 1925) dan Semangat Moeda (Semangat Muda; 1926) mungkin didukung oleh Varona. Di sana, Malaka juga bertemu dengan tokoh Filipina Mariano de los Santos, José Abad Santos, dan Crisanto Evangelista.{{sfn|Jarvis|1987| p = 46}}{{sfn|McVey|1965| p = 206}} Di Indonesia, PKI memutuskan untuk memberontak dalam waktu enam bulan setelah pertemuannya, yang diadakan sekitar bulan Desember 1925. Pemerintah menyadari hal ini dan mengasingkan beberapa pemimpin partai. Pada Februari 1926, [[Alimin]] pergi ke Manila untuk meminta persetujuan dari Tan Malaka.{{sfn|Jarvis|1987| p = 46}} Tan Malaka akhirnya menolak strategi ini, dan menyatakan bahwa kondisi partai masih terlalu lemah, dan tidak memiliki kekuatan untuk melakukan revolusi lagi.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 61}}{{sfn|Jarvis|1987| p = 46}}
 
Dia menggambarkan dalam otobiografinya tentang frustrasinya dengandan ketidakmampuannya untuk mengamankan informasi tentangberkenaan peristiwa-peristiwa di Indonesia dari tempatnya di Filipina, dan kurangnya pengaruhnya dengan kepemimpinan PKI. Sebagai wakil [[Internasionale Ketiga|Komintern]] untuk [[Asia Tenggara]], Tan Malaka berargumen bahwa dia berwenang untuk menolak rencana PKI, sebuah pernyataan yang dalam retrospeksi dibantah oleh beberapa mantan anggota PKI.{{sfn|McVey|1965| p = 206}} Tan Malaka mengirim Alimin ke [[Singapura]] untuk menyampaikan pandangannya, dan memerintahkannya untuk mengadakan pertemuan dadakan antara para pemimpin. Melihat tidak ada kemajuan, dia pergi ke Singapura sendiri untuk menemui Alimin dan mengetahui bahwa [[Alimin]] dan [[Musso]] telah pergi ke [[Moskwa|Moskow]] untuk mencari bantuan untuk melakukan pemberontakan. Di Singapura, Tan Malaka bertemu Subakat, pemimpin PKI lainnya, yang berbagi pandangannya. Mereka memutuskan untuk menggagalkan rencana Musso dan Alimin. Selama periode ini ia menulis ''Massa Actie'' (Aksi Massa),{{sfn|Jarvis|1987| p = 46}} yang berisi pandangannya tentang revolusi Indonesia dan gerakan nasionalis.{{sfn|Jarvis|1987| pp = 46 – 47}} Dalam buku ini, ia mengusulkan ''Aslia'', sebuah federasi sosial antara negara-negara Asia Tenggara dan [[Wilayah Utara|Australia Utara]]. Buku itu dimaksudkan untuk mendukung usahanya membalikkan arah PKI dan mendapatkan dukungan dari kader-kader di pihaknya.{{sfn|Jarvis|1987| p = 47}}
 
=== Upaya penangkapan oleh Belanda ===
Baris 105 ⟶ 96:
Pada bulan Desember 1926, Tan Malaka pergi ke [[Bangkok]], di mana ia mempelajari kekalahan [[Partai Komunis Indonesia|PKI]]. Dia, bersama Djamaludin Tamin dan Subakat, mendirikan Partai Republik Indonesia pada awal Juni 1927, menjauhkan diri dari [[Internasionale Ketiga|Komintern]] serta, dalam manifesto partai baru, mengkritik PKI. Sementara partai memang memiliki keanggotaan kecil di dalam negeri, partai itu tidak pernah tumbuh menjadi organisasi besar; namun, dengan PKI bergerak di bawah tanah, itu adalah satu-satunya organisasi di akhir 1920-an yang secara terbuka menyerukan kemerdekaan segera bagi Indonesia. Beberapa kader partai termasuk [[Adam Malik]], [[Chaerul Saleh]], dan [[Mohammad Yamin]].{{sfn|Jarvis|1987| p = 47}}{{sfn|Syaifudin|2012| pp = 61 – 62}} Ia kemudian kembali ke [[Filipina]] pada Agustus 1927. Ia ditangkap pada 12 Agustus 1927 atas tuduhan memasuki wilayah Filipina secara ilegal. Dia dibantu oleh Dr. San Jose Abad membantunya di pengadilan, namun dia menerima vonis bahwa dia akan dideportasi ke Amoy ([[Xiamen]]), China.{{sfn|Jarvis|1987| p = 49}}
 
Polisi Permukiman Internasional Kulangsu ([[Gulangyu]]), diberitahu tentang perjalanan Tan Malaka ke Amoy, menunggunya di pelabuhan dengan maksud menangkapnya untuk diekstradisi ke Hindia Belanda, karena Belanda ingin menangkapnya, dan mengirimakan membawanya ke [[Tempat Pengasingan Boven Digoel|kamp konsentrasi Boven-Digoel]]. Tetapi dia berhasil melarikan diri ketika kapten dan kru yang simpatik melindunginya, mempercayakan keselamatannya kepada seorang inspektur kapal. Inspektur kapal membawa Tan Malaka ke wismasuatu daritempat mana dia pergi kedi desa Sionching dengan kenalan baru. Tan Malaka kemudian pergi ke [[Shanghai]] pada akhir tahun 1929.{{sfn|Jarvis|1987| p =4 9}} Poeze menulis bahwa Malaka mungkin telah bertemu Alimin di sana pada bulan Agustus 1931, dan membuat kesepakatan dengannya bahwa Malaka akan bekerja lagi untuk Komintern.{{sfn|Jarvis|1987|pp=49–50}} Malaka pindah ke Shanghai pada bulan September 1932 setelah serangan yang dilakukan oleh pasukan Jepang, dan memutuskan untuk pergi ke [[Kemaharajaan Britania|India]], menyamar sebagai Cina-Filipina dan menggunakan nama samaran. Ketika dia berada di [[Hong Kong]] pada awal Oktober 1932, dia ditangkap oleh pejabat Inggris dari Singapura, dan ditahan selama beberapa bulan.
 
Dia berharap memiliki kesempatan untuk memperdebatkan kasusnya di bawah hukum Inggris dan mungkin mencari [[Hak suaka|suaka]] di [[Britania Raya|Inggris]], tetapi setelah beberapa bulan diinterogasi dan dipindahkan antara bagian penjara "Eropa" dan "Cina", diputuskan bahwa dia akan diasingkan begitu saja dari Hong Kong tanpa tuduhan. Dia kemudian dideportasi lagi ke Amoy.{{sfn|Jarvis|1987| p = 50}}{{sfn|Malaka & Jarvis 1991 Vol. 2| pp = 33–52}} Tan Malaka kemudian melarikan diri sekali lagi, dan melakukan perjalanan ke desa Iwe di selatan Cina. Di sana, ia dirawat dengan pengobatan tradisional Tiongkok untuk penyakitnya. Setelah kesehatannya membaik pada awal tahun 1936, ia melakukan perjalanan kembali ke Amoy dan membentuk Sekolah Bahasa Asing.{{sfn|Jarvis|1987| p = 51}} Abidin Kusno berpendapat bahwa masa tinggal di Shanghai ini merupakan periode penting dalam membentuk tindakan Tan Malaka di kemudian hari selama revolusi Indonesia pada akhir 1940-an; kota pelabuhan itu secara nominal berada di bawah kedaulatan Cina tetapi pertama-tama didominasi oleh negara-negara Eropa dengan konsesi perdagangan di kota itu, dan kemudian oleh Jepang setelah invasi September 1932.{{sfn|Kusno|2003}}
Baris 159 ⟶ 150:
 
Keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden [[Soekarno]] [[28 Maret]] [[1963]] menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional.
 
Setelah melalui berbagai penelusuran dan keterangan para saksi hidup, pada tahun 2007 ditemukan sebuah makam di Desa Selopanggung, Kediri, yang diyakini sebagai makam Tan Malaka.
 
Pada 21 Februari 2017, jenazah Tan Malaka secara simbolis dipindahkan dari Kediri ke Sumatera Barat. Hal ini diupayakan oleh keluarga besar Tan Malaka dan kelompok yang tergabung dalam Tan Malaka Institute. Karena gagal membawa jenazah Tan Malaka secara utuh, mereka memutuskan untuk memulangkannya secara simbolis, yakni dengan membawa tanah dari pekuburan Tan Malaka.<ref>{{cite web|last=Firman|first=Tony|url=https://tirto.id/jenazah-tan-malaka-sang-pemimpin-adat-dijemput-keluarga-cjrL|title=Jenazah Tan Malaka Sang Pemimpin Adat Dijemput Keluarga|date=2017-02-21|website=[[Tirto.id]]|language=id|access-date=2017-11-20}}</ref>
Baris 228 ⟶ 221:
* {{cite journal |last = Jarvis |first = Helen |year = 1987 |title = Tan Malaka: Revolutionary or Renegade? |journal = Bulletin of Concerned Asian Scholars |volume = 19 |issue = 1 |pages = 41–55 |issn = 0007-4810 |url = http://criticalasianstudies.org/assets/files/bcas/v19n01.pdf |ref = harv |access-date = 2013-06-17 |archive-date = 2011-08-11 |archive-url = https://web.archive.org/web/20110811043214/http://criticalasianstudies.org/assets/files/bcas/v19n01.pdf |dead-url = yes }}
* {{cite book |title = Nationalism and Revolution in Indonesia |url = https://archive.org/details/nationalismrevol0000kahi |last = Kahin |first = George McT. |year = 1952 |location = Ithaca, New York |publisher = Cornell University Press |isbn = 978-0-87727-734-7 |ref = harv }}
* {{cite journal |last = Kusno |first = Abidin |date = November 2003 |title = From City to City: Tan Malaka, Shanghai, and the Politics of Geographical Imagining |journal = Singapore Journal of Tropical Geography |volume = 24 |issue = 3 |pages = 327–339 |publisher = Blackwell Publishing |doi = 10.1111/1467-9493.00162 |ref = harv | issn=0129-7619 }}
* {{cite book |last = Malaka |first = Tan |last2 = Jarvis |first2 = Helen |title = From Jail to Jail |year = 1991 |location = Athens, Ohio |publisher = Ohio University Center for International Studies |series = Research in International Studies, Southeast Asia Series |volume = 1 |ref = {{sfnRef|Malaka & Jarvis 1991 Vol. 1}} }}
* {{cite book |last = Malaka |first = Tan |last2 = Jarvis |first2 = Helen |title = From Jail to Jail |year = 1991 |location = Athens, Ohio |publisher = Ohio University Center for International Studies |series = Research in International Studies, Southeast Asia Series |volume = 2 |ref = {{sfnRef|Malaka & Jarvis 1991 Vol. 2}} }}
Baris 245 ⟶ 238:
== Pranala luar ==
{{wikiquote-id}}
* {{en}} [httphttps://www.marxists.org/indonesia/archive/malaka/index.htm Arsip tulisan Tan Malaka] di marxists.org
 
{{Pahlawan Indonesia}}
Baris 261 ⟶ 254:
[[Kategori:Politikus Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Lima Puluh Kota]]
[[Kategori:Tokoh Kediri]]
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Gunuang Omeh]]
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Semen]]
[[Kategori:Filsuf Indonesia]]
[[Kategori:Tan Malaka]]