Masalah kejahatan (filsafat): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Penambahan konten.
k Relevansi konten.
Tag: VisualEditor Edit Check (references) activated Edit Check (references) declined (common knowledge)
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 90:
Versi kedua dari masalah kejahatan yang diterapkan pada hewan sebagian disebabkan oleh manusia, misalnya karena kekejaman terhadap hewan atau ketika mereka ditembak atau disembelih. Versi masalah kejahatan ini telah digunakan oleh para sarjana termasuk [[John Hick]] untuk menentang respon dan pembelaan terhadap masalah kejahatan seperti penderitaan sebagai sarana untuk mencapai kesempurnaan moral dan kebaikan yang lebih besar. Penentangan terhadap pembelaan terhadap masalah kejahatan didasarkan pada pemahaman bahwa hewan adalah korban yang tidak bersalah dan tidak berdaya, namun dapat merasakan rasa sakit dan penderitaan.<ref name="inwagenp1203">{{Cite book|last=Peter van Inwagen|year=2008|url=https://books.google.com/books?id=iQhUrE8BYFIC|title=The Problem of Evil|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-954397-7|pages=120, 123–126, context: 120–133}}</ref><ref>{{Cite book|last=Allen|first=Diogenes|year=1990|url=https://books.google.com/books?id=nqNwUSj7U7QC|title=The Problem of Evil|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-824866-8|editor-last=Marilyn McCord Adams and Robert Merrihew Adams|pages=204–206}}</ref><ref>{{Cite book|last=Rowe|first=William L.|year=2007|url=https://books.google.com/books?id=M4GdWhLtZzAC&pg=PA61|title=William L. Rowe on Philosophy of Religion: Selected Writings|publisher=Ashgate|isbn=978-0-7546-5558-9|pages=61–64 (the fawn's suffering example)}}</ref> Sarjana Michael Almeida mengatakan penderitaan hewan adalah sebuah versi masalah kejahatan yang "mungkin paling serius".<ref name="almeidap1932">{{Cite book|last=Almeida|first=Michael J.|year=2012|url=https://books.google.com/books?id=chSSBAAAQBAJ&pg=PA193|title=Freedom, God, and Worlds|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-964002-7|pages=193–194}}</ref>
 
== Argumen TeisikTeistik ==
Masalah kejahatan merupakan masalah yang serius bagi [[agama samawi]] seperti Kristen, Islam, dan Yahudi yang percaya kepada Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Tahu, dan Maha Baik;<ref>{{Cite book|last=Hume|first=David|url=https://www.gutenberg.org/ebooks/4583|title=Dialogues Concerning Natural Religion|publisher=Project Gutenberg|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite web|last=Brians|first=Paul|title=Problem of Evil|url=https://web.archive.org/web/20161018125339/http://public.wsu.edu/~brians/hum_303/evil.html|website=Washington State University}}</ref> Namun, pertanyaan mengapa kejahatan itu ada juga telah dipelajari dalam agama-agama non-teistik atau politeistik, seperti [[Buddhisme]], [[Hinduisme]], dan [[Jainisme]].<ref name="Harvey2013p141" /><ref>{{Cite book|last=Herman|first=Arthur L.|date=2000|title=The problem of evil and Indian thought|location=Delhi|publisher=Motilal Banarsidass|isbn=978-81-208-0753-2|edition=2. ed., repr}}</ref> Masalah kejahatan sudah menarik perhatian beberapa teolog untuk menjawabnya. Berikut beberapa tokoh yang membahas tentang masalah kejahatan.
 
=== Ibnu Qayyim ===
[[Ibnul Qayyim al-Jauziyyah]], dalam bukunya "Syifa 'ul 'Alil", pernah membahas tentang masalah kejahatan. Dalam menjawab masalah kejahatan, Ibnu Qayyim (secaramemberi tidaktiga langsung)alasan. menolak asumsi dikotomi yang diajukan oleh Trilemma EpikurusPertama, yaitu "Antara Tuhan menghendaki kejahatan atausebagai Tuhan ingin menghentikan kejahatan"ujian. Ibnu Qayyim menjelaskan: <blockquote>"JikaAllah dikatakanSubhanahu Tuhanwa menghendakita'ala keburukan,memberi bisatahu jadibahwa adaDia interpretasitelah bahwamenciptakan Tuhanlangit, menyukaibumi, dan meridhaiseisinya keburukan.dengan Jikatujuan dikatakanuntuk Tuhan tidakmenguji menghendaki keburukankita, bisasiapa jadidi adaantara interpretasikita bahwayang Tuhanlebih tidakbaik menciptakannya. Kedua hal tersebut salah dan menyimpang.amalnya"<ref name=":0">{{Cite book|last=Al-Jauziyyah|first=Ibnu Qayyim|date=2000|url=https://onesearch.id/Record/IOS14141.JAMBI-03090000018857|title=Qadha dan Qadar: Ulasan Tuntas Masalah Takdir|location=Jakarta|publisher=Pustaka Azzam|pages=409-410. 533-541. 599.|url-status=live}}</ref></blockquote>Untuk menjawab masalah kejahatan, Ibnu Qayyim memberi tiga alasan. Pertama, kejahatan sebagai ujian. Ibnu Qayyim menjelaskan:<blockquote>"Allah Subhanahu wa ta'ala memberi tahu bahwa Dia telah menciptakan langit, bumi, dan seisinya dengan tujuan untuk menguji kita, siapa di antara kita yang lebih baik amalnya"<ref name=":0" /></blockquote>Dalil untuk ini ada banyak di Al-Qur'an.<ref>Al-Qur'an, 67:2</ref><ref>Al-Qur'an, 29:35</ref><ref>Al-Qur'an, 2:214</ref> Dalam Islam, ujian-ujian yang akan manusia dapatkan hanyalah ujian yang dapat mereka tanggung.<ref>Al-Qur'an, 2:186</ref><ref>Al-Qur'an, 94:5-6</ref> Selain itu, ujian-ujian yang dialami manusia dapat menghapus dosa mereka,<ref>{{Cite web|title=Sahih al-Bukhari 5642|url=https://sunnah.com/bukhari:5641}}</ref> bahkan dapat mengantarkan mereka ke surga jika kita sabar.<ref>Al-Qur'an, 76:12</ref>
 
Kedua, kejahatan sebagai jalan kepada kebaikan lainnya. Ibnu Qayyim menjelaskan:<blockquote>"Seandainya tidak ada ujian dan cobaan, niscaya tidak akan tampak keutamaan dari kesabaran, keridhaan, tawakal, jihad, keberanian, kelembutan, dan maaf...