Panglima Bukhari: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Memperbaiki
Tag: Penambahan gelar ( ? ) [ * ] VisualEditor Edit Check (references) activated Edit Check (references) declined (other) Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(5 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
 
{{refimprove}}
{{No footnotes}}
Baris 12 ⟶ 13:
Dengan membawa surat resmi dari Sultan [[Muhammad Seman]], Bukhari dan adiknya Santar datang ke Kampung Hantarukung untuk menyusun suatu pemberontakan rakyat terhadap pemerintah Belanda. Kedatangan Bukhari diterima hangat oleh penduduk Kampung Hantarukung. Dengan bantuan '''Pangerak Yuya''' (''pangerak'' = kepala dusun/ketua RW), Bukhari berhasil mengorganisir kekuatan rakyat untuk melawan Belanda. Sebanyak 25 orang penduduk telah menyatakan diri sebagai pengikutnya, dan di bawah pimpinan Bukhari dan Santar siap untuk melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Belanda.
Gerakan Bukhari ini bahkan kemudian mendapat dukungan selain penduduk Kampung Hantarukung, juga penduduk Kampung Amparaya dan Kampung Ulin. Sehubungan dengan itu alasan perlawanan yang dikemukakan bahwa penduduk dari tiga kampung itu tidak bersedia lagi melakukan kerja rodi. Sikap penduduk dan tindakan '''Pangerak Yuya''' yang tidak mau menurunkan kuli (penduduk) untuk menggali garis antara [[Distrik Amandit|Amandit]]-[[Distrik Negara|Negara]] tersebut, kemudian dilaporkan oleh '''Pambakal Imat''' (''pambakal'' = kepala desa) kepada [[Kiai]] (gelar kepala distrik), karena yang bersangkutan sedang tidak ada di tempat, Pambakal melaporkan kepada ''Controleur'' Belanda di kota [[Kandangan]].
 
PERTEMPURAN DI GUNUNG MADANG (PERANG BANJAR)
 
a. Di Tanah Laut, perlawanan terutama untuk menyerang Benteng Batu Tongko di bawah pimpinan Haji Buyasin dengan kawan-kawan.
 
b. Di Martapura di bawah pimpinan Pangeran Muda dan kawan-kawan
 
c. Di Pengaron di bawah pimpinan Syarif Sambas As-Siraji Al-Hasani
 
d. Di Benua Amandit di bawah Demang Lehman
 
e. Di Benua Alai di bawah Pangeran Hidayatullah
 
f. Di Balangan di bawah Tumenggung Abdul Jalil
 
g. Di Tabalong di bawah Pangeran Antasari.
 
Sebuah nama yang disebut terlibat dalam Perang Banjar bersama-sama Pangeran Antasari, Pangeran Hidayatullah, Demang Lehman dan H. Buyasin adalah Syarif Sambas As-Siraji Al-Hasani ketika meletus Perang Banjar merupakan salah satu pimpinan penyerangan terhadap benteng Pengaron, dan bergerilya di wilayah Riam Kanan, Riam Kiwa, Martapura dan Rantau.
 
Pecahnya Perang Banjar di Kalimantan Selatan tidak bisa dipisahkan dengan peristiwa di Tambai (Serambi) Mekah, yang kemudian menjadi julukan Kota Martapura. Pergerakan nativisme di Tambai Mekah merupakan titik awal perlawanan yang memunculkan tokoh sentral Perang Banjar, yakni Pangeran Antasari. Titik berat tulisan ini adalah kehadiran tokoh-tokoh keturunan “Sayyidina Ali” dalam episode Perang Banjar di Tambai Mekah.`
 
Sebelum adanya gerakan nativisme, Tambai Mekah bernama Desa Kumbayau. Sebuah desa yang berada dipinggir Sungai Muning. Sungai ini merupakan anak Sungai Nagara di Kalimantan Selatan yang bermuara pada Sungai Barito di Kalimantan Tengah.
 
Namun ternyata tidak disangka, gerakan ini berakibat besar yang mampu menarik perhatian rakyat Banua Lima, bangsawan Banjar, dan Belanda. Tidak main-main pengaruh gerakan ini mampu menarik simpatik dan dukungan rakyat dan dimanfaatkan oleh Syarif Djamjam Az-Zahrawi Al-Husaini untuk “memukul” pihak Belanda.
 
Pemimpin gerakan tersebut bernama Syarif Djamdjam Az-Zahrawi Al-Husaini yang dulu pernah berada dipihak belanda setelah itu berbalik arah menyerang belanda.
 
Kedahsyatan Perang Banjar Barito 1859-1906 di antaranya terlihat dari banyaknya korban tewas, baik di pihak Belanda maupun pejuang dan rakyat Banjar Barito. Para pemimpin pejuang bersama rakyat Banjar Barito saat itu benar-benar militan dan memiliki semangat juang yang tinggi untuk berperang Fi Sabilillah melawan penjajah. Mereka teguh memegang prinsip Haram manyarah lawan Walanda waja sampai ka puting. Salah satu episode Perang Banjar Barito, yaitu tenggelamnya kapal perang Onrust disertai tewasnya sejumlah pemimpin dan anggota pasukan Belanda di Sungai Barito, sangat memukul Pemerintah Belanda sehingga dijadikan sebagai Hari Berkabung Nasional di negerinya. Belanda hampir menyerah dan putus asa sehingga ditempuhlah rekayasa tipu muslihat dan cara-cara licik untuk mengakhiri perang. Banyaknya pejuang kita yang dibuang atau rakyat terpaksa bermigrasi ke luar Kalimantan untuk mencari daerah aman, menunjukkan pula betapa dahsyat dan eskalatifnya Perang Banjar Barito.
 
Tokoh-tokoh yang terlibat dalam Perang Banjar di Tambai Mekah:
 
Pangeran Antasari
 
Syarif Djamdjam Az-Zahrawi Al-Husaini
 
Aling
 
Nuramin dan Saranti
 
Sultan Kuning
 
Sa'id
 
Ibrahim
 
Sadiq
 
Samman
 
Thahir
 
Sulaiman
 
Pangeran Tjaka Soema
 
Pembakal Abdul Hamid
 
Pangeran Kasoema Djaya
 
Hasan
 
Muhammad Yusuf
 
Raden 'Ardi Kasoema
 
Kamaluddin
 
Zaini
 
Maimunah
 
Nafisah
 
Desa Kumbayau tempat Aling dan keluarganya bermukim disebut dengan tambai (serambi) Mekah.
 
Silsilah Panglima Perang Kesultanan Banjar :
 
1. Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam
 
2. Fatimah Az-Zahra' dan Ali bin Abu Thalib
 
3. Hasan Al-Mujtaba
 
4. Zaid Al-Ablaj
 
5. Hasan Al-Anwar
 
6. Qasim
 
7. Abdurrahman Asy-Syajari
 
8. Ja'far
 
9. Muhammad
 
10. Ali
 
11. Husein
 
12. Hasan
 
13. Muhammad
 
14. Abdullah
 
15. Muhammad
 
16. Sirajuddin
 
17. Abdullah
 
18. Muhammad
 
19. Ahmad
 
20. Muhammad
 
21. Yahya As-Siraji (datuk seluruh keluarga as-siraji)
 
22. Ahmad
 
23. Ali
 
24. Ahmad
 
25. Ali
 
26. Daud
 
27. Yahya
 
28. Ahmad
 
29. Sholeh
 
30. Ali
 
31. Hasan
 
32. Amir
 
33. Ali
 
34. Muhammad
 
35. Amir
 
36. Ali
 
37. Husein
 
38. Syarif Sambas As-Siraji Al-Hasani
 
Sumber : An-Nasabah Asy-Syarif Ihab bin Ya'qub Al-Kutbi Al-Hasani Makkah Al-Mukarramah.
 
== Perlawanan Rakyat 18 September 1899 ==
Baris 174 ⟶ 21:
== Perlawanan Rakyat 19 September 1899 ==
Peristiwa 18 September 1899 dengan terbunuhnya Controleur dan Adspirant Belanda segera sampai kepada pejabat-pejabat Belanda di kota Kandangan. Kemarahan pihak Belanda tidak dapat terbendung lagi. Besok harinya pada hari Senin tanggal 19 September 1899 sekitar pukul 13.00 siang hari pasukan Belanda datang untuk mengadakan pembalasan terhadap penduduk. Serangan pembalasan tersebut dipimpin oleh Syarif Djamdjam Az-Zahrawi Al-Husaini "putera daerah sendiri" (pejabat gelar kiai serta jagoan dari kalangan elite pribumi di Amandit/Kandangan berasal dari homs, suriah, syam, yang masih berada dipihak Belanda sebelum bertaubat), dengan diperkuat oleh 2 Kompi serdadu Belanda bersenjata lengkap mereka menggempur habis-habisan basis para pemberontak (pejuang) di Hantarukung.<ref>{{Cite journal|last=Firmansyah|first=Nanda Iqbal|last2=Mulawarman|first2=Aji Dedi|date=2020-12-09|title=Menembah Gusti sebagai Basis Adab Menuntut Ilmu|url=https://doi.org/10.34199/oh.2.2.2020.006|journal=Oetoesan Hindia: Telaah Pemikiran Kebangsaan|volume=2|issue=2|doi=10.34199/oh.2.2.2020.006|issn=2716-344X}}</ref> Penduduk desa Hantarukung telah menyadari pula peristiwa yang akan terjadi. Beratus-ratus penduduk di bawah pimpinan Bukhari, Santar dan Pengerak Yuya siap dengan senjata mereka di pinggiran hutan dan keliling danau menanti kedatangan pasukan Belanda. Ketika sampai di desa Hantarukung di suatu ''awang'' persawahan, melihat keadaan sepi, [[Kapten]] Belanda melepaskan tembakan peringatan agar penduduk menyerah. Pada waktu itulah Bukhari bersama-sama Haji Matamin dan Landuk tampil dengan senjata terhunus maju menyerbu musuh sambil mengucapkan Allahu Akbar berulang-ulang. Tindakan Bukhari tersebut diikuti para pengikutnya yang sudah siap untuk berperang, pertempuran sengit terjadi. Bukhari, Haji Matamin dan Landuk dan Pengerak Yuya gugur di tembus [[peluru]] Belanda. Melihat pemimpin-pemimpin mereka terbunuh penduduk lari menyelamatkan diri. Dalam peristiwa 2 hari di Hantarukung tersebut telah terbunuh masing-masing di pihak Belanda adalah Controleur Domes, Adspirant Wehonleschen dan seorang pembantunya. Sementara dari pihak penduduk telah gugur antara lain Bukhari, Haji Matamin, Landuk, Pangerak Yuya.
 
 
Silsilah Panglima Perang Pasukan Kolonial Hindia - Belanda :<ref>{{Cite journal|last=Firmansyah|first=Nanda Iqbal|last2=Mulawarman|first2=Aji Dedi|date=2020-12-09|title=Menembah Gusti sebagai Basis Adab Menuntut Ilmu|url=https://doi.org/10.34199/oh.2.2.2020.006|journal=Oetoesan Hindia: Telaah Pemikiran Kebangsaan|volume=2|issue=2|doi=10.34199/oh.2.2.2020.006|issn=2716-344X}}</ref>
 
1. Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam
 
2. Fatimah Az-Zahra' dan Ali bin Abu Thalib
 
3. Husein Asy-Syahid
 
4. Ali Zainal Abidin
 
5. Muhammad Al-Baqir
 
6. Ja'far Ash-Shadiq
 
7. Ishaq Al-Mu'tamin
 
8. Husein Al-Madani
 
9. Muhammad Ash-Shufi
 
10. Ahmad Al-Hijazi
 
11. Muhammad Al-Harani
 
12. Muhammad Al-Halabi
 
13. Ali
 
14. Zuhrah An-Naqib (datu seluruh keluarga az-zahrawi)
 
15. Ali
 
16. Hamzah
 
17. Husein
 
18. Zuhrah Ats-Tsani
 
19. Qawam
 
20. Zuhrah
 
21. Syamsuddin
 
22. Musa
 
23. Khalid
 
24. Abdullah
 
25. Muhammad
 
26. Ahmad
 
27. Muhammad
 
28. Alauddin
 
29. Zuhrah
 
30. Ali
 
31. Ahmad
 
32. Ali
 
33. Badruddin
 
34. Abdun Nafi
 
35. Abdul Qadir An-Nafi'i
 
36. Abdun Nafi
 
37. Abdul Qadir
 
38. Syarif Djamdjam Az-Zahrawi Al-Husaini
 
Sumber : An-Nasabah As-Sayyid Na'im bin Salim Az-Zahrawi Syam Suriah Homs.
 
== Penangkapan Penduduk oleh Belanda ==