Semusim di Neraka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(32 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{pp}}
{{Infobox book
|name = Semusim di Neraka
|publisher = Penerbit Jualan Buku Sastra
|preceded_by =
|oclc =
|congress =
|dewey =
|isbn = 978-623-9216-58-0
|pages = 92 (cetakan ke-2)
|media_type = Cetak (sampul tipis)
|release_date = 28 Maret 2020 (cetakan ke-2)
|genre = Antologi puisi
|title_orig = Une Saison en Enfer
|series =
|language = Bahasa Indonesia
|country = Indonesia
|cover_artist = Kaverboy
|author = Jean Nicolas Arthur Rimbaud
|image_caption = Halaman sampul cetakan ke-2
|image = Berkas:Semusim di Neraka (2020).jpg
|translator = An. Ismanto
|followed_by =
|editor = Indrian Koto
}}
{{
'''''Semusim di Neraka''''' adalah buku [[antologi]] [[puisi]] yang ditulis oleh [[Jean Nicolas Arthur Rimbaud]] pada 1873 dan diterjemahkan ke dalam [[bahasa Indonesia]] oleh An. Ismanto. Rimbaud sendiri awalnya hendak menerbitkan antologi puisi ini sebagai buku untuk umum. Namun, dikarenakan kekurangan dana atau dia sendiri yang sudah meninggalkan [[puisi]] dan [[sastra]], karyanya itu hanya tersimpan di gudang percetakan hingga 1901. Setidaknya sampai dengan tahun 2020, karya tersebut belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia selain oleh Ismanto sendiri. Pengaruh puisi ini dalam karya sastra Indonesia yang paling kentara adalah di dalam sajak ''Pahlawan Tak Dikenal'' karya [[Toto Sudarto Bachtiar]]. Selain puisi panjang ''Semusim di Neraka'', antologi terjemahan tersebut juga memuat puisi Rimbaud yang lain, yaitu ''Kapal Mabuk'' dan ''Masa Kanak'', serta disertai [[biografi]] tentang dirinya untuk mempermudah pembaca mengenalinya.
== Catatan penerjemah ==
''Une Saison en Enfer'' yang diterjemahkan ke dalam
[[Berkas:Carjat Arthur Rimbaud 1872 n2.jpg|jmpl|250x250px|Arthur Rimbaud, penulis antologi puisi ''Semusim di Neraka.''|al=|kiri]]
Puisi tersebut tiba-tiba merebut perhatian, tetapi sempat meredup begitu saja dan tidak ada yang bisa melacak keberadaannya. Pada 1883, karya itu terlacak kembali ketika seorang importir kopi Arab yang sedang menuju ke [[Marseille]] dengan kapal bercerita kepada kenalannya tentang salah satu anak buahnya yang pendiam, tetapi terampil bekerja, yaitu Rimbaud. Kenalan itu terperanjat karena mengingat dan mengenalnya sebagai penyair yang 12 tahun sebelumnya melakukan debut di [[Paris]]. Selanjutnya, ketika importir tersebut kembali ke kantornya di [[Aden]], dia ingin berbincang tentang sastra dengan Rimbaud, tetapi anak buahnya yang mantan penyair itu menolak dan mengatakan bahwa puisi-puisinya "absurd, menggelikan, dan menjijikan". Saat itu, Rimbaud sendiri memang telah meninggalkan diri dari puisi dan sastra tahun 1874, ketika usianya belum genap 20 tahun. Dia lalu berkelana ke berbagai tempat dan meninggal dunia di Marseille pada 10 November 1891, ketika berusia 37 tahun karena menderita sinovitis dan [[kanker]] di lutut kanannya.''{{sfnp|Rocher|Santosa|2013|p=124|ps=}}{{sfnp|Kurnia|2019||p=47|ps=}}{{sfnp|Robb|2001||p=440–441|ps=}}''
Dalam cetakan kedua terjemahan bahasa Indonesia ini, dilakukan beberapa penyuntingan untuk mengikuti perkembangan kaidah penulisan bahasa Indonesia, misalnya konteks "di mana" untuk terjemahan "where" diganti menjadi "tempat". Selain itu, penyuntingan lainnya adalah beberapa salah kaprah yang murni kesalahan penerjemah, seperti ejaan "zaman", "hafal", dan "apa pun".''{{sfnp|Rimbaud|2020||p=17|ps=}}'' Antologi ini sendiri merupakan terjemahan atas terjemahan. Teks bahasa aslinya dalam [[bahasa Prancis]] awalnya diterjemahkan ke dalam [[bahasa Inggris]] oleh Suzanne Bernard dan Andre Guyaux di ''Rimbaud Ouvres.'' Teks terjemahan bahasa Inggris ini kemudian diterbitkan di situs Mag4.net dengan judul ''A Season in Hell.'' Selain puisi panjang ''Semusim di Neraka'', antologi terjemahan tersebut juga memuat puisi Rimbaud yang lain, yaitu ''Kapal Mabuk'' yang berbentuk [[soneta]] dan ''Masa Kanak'' yang berbentuk naratif, serta disertai biografi tentang dirinya untuk mempermudah pembaca mengenalinya. Buku ini barangkali adalah yang pertama dan satu-satunya di
Ismanto berpendapat bahwa karya tersebut berbobot dari segi [[filsafat]] maupun [[sastra]].<ref>{{Cite web|url=http://fbs.uny.ac.id/berita/mps-diskusi-dua-buku-terjemahan.html|title=Malam Perjamuan Sastra (MPS): Diskusi Dua Buku Terjemahan|last=Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta|first=|date=8 Mei 2013|website=Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta|access-date=16 Juni 2020}}</ref> Dia mendekati karya ini pertama-tama sebagai sebuah karya [[prosa]] agar lebih mudah menyampaikan makna kebahasaan dalam bahasa Indonesia dan menyisihkan sama sekali persoalan aspek kebahasaan. Menurutnya, isi di balik makna kebahasaan itu (meta-semantik atau meta-metafora), sebagaimana dalam semua puisi, tentu saja harus disusun sendiri oleh pembaca berdasarkan penafsiran atas makna kebahasaan itu sendiri.''{{sfnp|Rimbaud|2020||p=8|ps=}}'' Dia menambahkan bahwa penerjemahan atas karya ini akan lebih bagus jika dilakukan secara langsung dari teks bahasa Prancis. Paling tidak, selisih antara teks bahasa Prancis dan terjemahannya di dalam bahasa Indonesia tidak sebesar selisih antara teks bahasa Indonesia dengan teks bahasa Inggris yang telah lebih dahulu diterjemahkan dari teks bahasa Prancis.''{{sfnp|Rimbaud|2020||p=8–9|ps=}}''
Baris 40 ⟶ 42:
Antologi puisi ini adalah karya terakhir Rimbaud karena puisi-puisinya yang lain dalam ''Illuminations'' ditulis sebelum ''Semusim di Neraka,'' meskipun diterbitkan belakangan oleh Verlaine. Antologi tersebut awalnya hendak diterbitkan sebagai buku untuk umum. Namun, dikarenakan kekurangan dana atau Rimbaud sendiri yang sudah meninggalkan puisi dan sastra, karyanya ini hanya tersimpan di gudang percetakan hingga 1901.''{{sfnp|Rimbaud|2020||p=6–7|ps=}}''
Sebelum ''Semusim di Neraka'', Rimbaud memang pernah menulis karya yang gayanya mirip dan kemudian dikumpulkan dalam antologi ''Illuminations'' dan ''Phrases''. Kalimat-kalimatnya disusun seperti
Bentuk
Dalam ''Kapal Mabuk'', Rimbaud mengumpamakan dirinya sebagai sebuah kapal yang pasrah kepada gelombang laut. Hal ini dapat dimaknai bahwa dia akhirnya menyerahkan bentuk perpuisiannya kepada "gelombang" isi yang hendak disampaikannya. Bentuk puisi prosa yang sangat cair dianggap lebih cocok dalam mengungkapkannya, dikarenakan "gelombang" isi itu adalah gerak jiwa remajanya.{{sfnp|Rimbaud|2020||p=7|ps=}}
== Tema ==
Bagi Rimbaud sendiri, puisi tersebut merupakan kesimpulan dari pencariannya. Puisinya itu mengalir dengan plot [[metafora]]-[[alegori]] dan berisi [[sarkasme]] maupun otokritik terhadap dirinya sendiri serta lingkungan sosialnya.''{{sfnp|Djokosujanto, dkk|2020||p=157–159|ps=}}{{sfnp|Miller|1962||p=119|ps=}}'' Puisinya dapat bertahan lama juga disebabkan karena kebeliaan usianya dalam membuat sarkasme.''{{sfnp|Fowlie|1966||p=44|ps=}}'' Sarkasme kepada bangsa dan dirinya sendiri menjadi semacam "cambukan" agar seseorang bisa yakin menatap masa depan. Hal tersebut merupakan semacam kebiasaan psikologis bahwa seseorang yang diejek oleh orang lain biasanya akan lebih bersemangat lagi untuk memperbaiki kehidupannya ''—'' dia akan bangkit dan berjuang serta membuktikan jika ejekan itu tidak benar.<ref name=":4">{{Cite web|url=https://www.poetryfoundation.org/poets/arthur-rimbaud|title=Arthur Rimbaud|last=Poetry Foundation|first=|date=tanpa tanggal|website=Poetry Foundation|access-date=22 Juni 2020}}</ref>''{{sfnp|Fowlie|1966||p=44–45|ps=}}''
Sarkasme ini dapat dilihat dalam salah satu penggal puisinya berikut.''{{sfnp|Rimbaud|2020||p=28|ps=}}''<blockquote>''Aku betul sadar bahwa aku selalu berasal dari ras inferior. Aku tak paham pemberontakan. Rasku tak pernah bangkit, kecuali untuk menjarah: seperti serigala mencabik-cabik hewan buas yang tak dibunuhnya.{{sfnp|Rimbaud|2020||p=28|ps=}}''</blockquote>
Baris 62 ⟶ 64:
== Pengaruh ==
Hingga tahun 2020, karya ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia selain oleh Ismanto sendiri ''—'' kemungkinan belum diterjemahkan secara utuh, meskipun beberapa penyair Indonesia fasih berbahasa Prancis. Ismanto mengatakan bahwa mereka seperti tidak tergerak untuk menerjemahkan dan menerbitkan hasil terjemahannya itu. Kemungkinan lain adalah mereka telah menerjemahkannya, tetapi konsumsinya hanya untuk kalangan sendiri karena mereka menyadari bahwa karya ini memang akan "rusak" jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.''{{sfnp|Rimbaud|2020||p=9|ps=}}''
Baris 68 ⟶ 71:
Apa pun alasan ketiadaan teks terjemahannya dalam bahasa Indonesia, karya ini penting tidak hanya bagi karier kepenyairan Rimbaud yang relatif singkat (sekitar empat atau lima tahun), tetapi juga bagi perkembangan kesusasteraan [[Prancis]] dan dunia. ''Semusim di Neraka'' dianggap sebagai salah satu karya awal puisi bebas.''{{sfnp|Kurnia|2019||p=46|ps=}}<ref name=":5" />'' Bentuk puisi prosa di dalamnya awalnya digunakan oleh [[Charles Baudelaire]] dan [[Stéphane Mallarmé]] sebelum dilanjutkan dalam ''Semusim di Neraka.{{sfnp|Rimbaud|2020||p=9|ps=}}'' Puisi ini berpengaruh bagi para penyair dan seniman pada masa selanjutnya, mulai dari [[Patti Smith]], [[André Breton]], hingga [[Jim Morrison]].<ref name=":4" />''{{sfnp|Rimbaud|2020||p=9|ps=}}{{sfnp|Kurnia|2019||p=38|ps=}}''
Rimbaud sendiri memang pernah berada di [[Indonesia]] (saat itu masih bernama [[Hindia Belanda]]), tepatnya di [[Kota Salatiga]].''{{sfnp|Rohman|2020||p=116|ps=}}{{sfnp|Mason|2003||p=17–22|ps=}}'' Dia berusia 22 tahun ketika mendaftarkan diri sebagai serdadu ''[[Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger]]'' (KNIL), yang akan dikirim ke Hindia Belanda pada 18 Mei 1876.<ref name=":0">{{Cite web|last=Matanasi|first=Petrik|date=10 November 2019|title=Arthur Rimbaud, Penyair Prancis yang Jadi Desertir KNIL di Jawa|url=https://tirto.id/arthur-rimbaud-penyair-perancis-yang-jadi-desertir-knil-di-jawa-djMo|website=Tirto.id|access-date=22 Juni 2020}}</ref>''{{sfnp|Dorleans|2006||p=474|ps=}}'' Jean Rocher dan Iwan Santosa dalam buku ''Sejarah Kecil Indonesia-Prancis 1800–2000'' turut membahas mengenai perjalanan Rimbaud di [[Jawa]]. Keduanya menjelaskan bahwa durasinya ketika berada di Indonesia sangat pendek karena dia melakukan [[desersi]]. Pada 2 Agustus 1876, dia dan para serdadu tiba di [[Kota Semarang|Semarang]], tetapi mereka kemudian melarikan diri dengan kereta api karena melihat kekejaman [[kolonialisme]].''{{sfnp|Rocher|Santosa|2013|p=123|ps=}}'' Mereka lantas tiba di [[Stasiun Tuntang]] (saat itu Jenderal Janssens telah menandatangani kapitulasi dari pasukan Prancis-Belanda kepada jenderal Inggris bernama Auchmuty) dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.''{{sfnp|Rohman|2020||p=116|ps=}}'' Mereka dapat memasuki barak di Kota Salatiga dalam waktu dua jam dan akhirnya singgah di [[Rumah Dinas Wali Kota Salatiga]].''{{sfnp|Rocher|Santosa|2013|p=123|ps=}}'' Pada 15 Agustus 1876, Rimbaud tidak hadir dalam apel pagi dan dinyatakan hilang pada 30 Agustus 1876.<ref name=":0" /> Dia diam-diam kabur dengan memakai pakaian biasa supaya tidak mudah dikenali dan meninggalkan seragamnya di tangsi Salatiga.''{{sfnp|Rocher|Santosa|2013|p=124|ps=}}'' Dia lantas berjalan kaki dari Salatiga ke Semarang yang berjarak sekitar 48 kilometer. Tak ada catatan yang menjelaskan secara detail caranya bisa kembali ke [[Eropa]].<ref>{{Cite web|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/131676992/adakah-hubungan-antara-salatiga-arthur-rimbaud-dan-soekarno?page=all|title=Adakah Hubungan Antara Salatiga, Arthur Rimbaud, dan Soekarno?|last=Thamrin|first=Mahandis Yoanata|date=5 April 2019|website=National Geographic Indonesia|access-date=22 Juni 2020}}</ref><ref>{{Cite web|last=Patnistik|first=Egidius|date=29 April 2012|title=Gila-Gilaan Orang Hutan: Arthur Rimbaud di Jawa|url=https://internasional.kompas.com/read/2012/04/29/09453966/Gila-gilaan.Orang.Hutan.Arthur.Rimbaud.di.Jawa?page=all|website=Kompas|access-date=23 Juni 2020}}</ref> Namun satu hal yang pasti, demi menghindari aparat [[Belanda]], mau tidak mau dia harus naik kapal non-Belanda.<ref name=":0" /> Setidaknya, menjelang tahun baru 1877 atau tanggal 31 Desember 1876, dia sudah berada di rumah keluarganya, yaitu di Charleville-Mézières.<ref>{{Cite web|last=Iqbal|first=Muhammad|date=22 Maret 2020|title=Desersi Sang Penyair Arthur Rimbaud|url=https://historead.co.id/desersi-sang-penyair-arthur-rimbaud/|website=Historead|access-date=23 Juni 2020|archive-date=2021-10-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20211021034355/https://historead.co.id/desersi-sang-penyair-arthur-rimbaud/|dead-url=yes}}</ref>''{{sfnp|Dorleans|2006||p=478|ps=}}''
<!--
== Penggalan awal puisi ==
Baris 109 ⟶ 112:
== Rujukan ==
{{reflist|
== Daftar pustaka ==
Baris 122 ⟶ 125:
* {{Cite book|title=The Time of the Assassins: A Study of Rimbaud|last=Miller|first=Henry|date=|publisher=New Directions Publishing|year=1962|isbn=978-081-1201-15-5|location=New York|pages=|ref={{sfnref|Miller|1962}}|url-status=live}}
* {{Cite book|title=Semusim di Neraka|last=Rimbaud|first=Arthur|date=|publisher=Penerbit Jualan Buku Sastra|year=2020|isbn=978-623-9216-58-0|location=Yogyakarta|pages=|ref={{sfnref|Rimbaud|2020}}|url-status=live}}
* {{Cite book|title=Rimbaud|url=https://archive.org/details/rimbaud0000grah|last=Robb|first=Graham|last2=|first2=|date=2001|publisher=Pan Macmillan|isbn=978-033-0488-03-7|location=London|pages=|ref={{sfnref|Robb|2001}}|url-status=live}}
* {{Cite book|title=Sejarah Kecil Indonesia-Prancis 1800–2000 (Petite Histoire de L'Indonesie et du Francais)|last=Rocher|first=Jean|last2=Santosa|first2=Iwan|date=2013|publisher=Kompas|isbn=978-979-7097-67-7|location=Jakarta|pages=|ref={{sfnref|Rocher|Santosa|2013}}|url-status=live}}
'''Jurnal'''
* {{Cite journal|last=Rohman|first=Fandy Aprianto|year=Juni 2020|title=Administrasi Pemerintahan ''Gemeente'' di Salatiga 1917–1942|url=https://jurnalwalasuji.kemdikbud.go.id/index.php/walasuji/article/view/64|journal=Walasuji|volume=11|issue=1|pages=|doi=|issn=2502-2229|ref={{sfnref|Rohman|2020}}|access-date=2020-06-18|archive-date=2020-06-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20200618142759/https://jurnalwalasuji.kemdikbud.go.id/index.php/walasuji/article/view/64|dead-url=yes}}
{{refend}}
Baris 134 ⟶ 137:
{{wikisourcelang|fr|Une saison en enfer}}
* [https://www.amazon.com/Season-Hell-Illuminations-Arthur-Rimbaud/dp/0460879847 Daftar Buku Arthur Rimbaud di Situs Amazon.com]
* [https://galeribukujakarta.com/puisi-puisi-arthur-rimbaud/ Puisi-Puisi Arthur Rimbaud] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200920140210/https://galeribukujakarta.com/puisi-puisi-arthur-rimbaud/ |date=2020-09-20 }}
* [https://www.sastra.xyz/2018/02/puisi-modern-prancis-baudelaire-rimbaud-verlaine-mallarme.html Puisi-Puisi Modern Prancis] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200927012034/https://www.sastra.xyz/2018/02/puisi-modern-prancis-baudelaire-rimbaud-verlaine-mallarme.html |date=2020-09-27 }}
* [http://www.jualbukusastra.com/2012/12/semusim-di-neraka-kumpulan-puisi-arthur.html Semusim di Neraka Cetakan ke-1] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20211101145951/http://www.jualbukusastra.com/2012/12/semusim-di-neraka-kumpulan-puisi-arthur.html |date=2021-11-01 }}
* [http://www.jualbukusastra.com/2020/03/semusim-di-neraka-kumpulan-puisi-arthur.html Semusim di Neraka Cetakan ke-2] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20211101145950/http://www.jualbukusastra.com/2020/03/semusim-di-neraka-kumpulan-puisi-arthur.html |date=2021-11-01 }}
* [https://medium.com/@SirDandy/total-eclipse-kemesraan-di-antara-arthur-rimbaud-dan-paul-verlaine-d1e9586fc8ff Total Eclipse: Kemesraan Arthur Rimbaud dan Paul Verlaine]
* [https://www.rimbaudverlaine.org/en/ Yayasan Rimbaud & Verlaine]
{{Authority control}}
{{artikel bagus}}▼
[[Kategori:Puisi]]
[[Kategori:Sastra Prancis]]
▲{{artikel bagus}}
|