Kesultanan Singora: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k perbaikan pembuka Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor |
|||
(24 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Coord|7.2155|N|100.5677|E|display=title}}
{{Infobox country
| conventional_long_name = Kesultanan Singora
| common_name = Kesultanan Singora
| era
| government_type = Kesultanan
| event_start = Didirikan
| year_start = 1605
| year_end = 1680
| image_map = Sultanate of Singora maps EN.jpg
| image_map_caption = Kesultanan Singora
| capital = [[Songkhla|Singora]]
| religion =
| today = [[Thailand]]
}}
Baris 20 ⟶ 19:
Sejarah Kesultanan Singora tercatat dalam berbagai dokumen, termasuk surat dan jurnal para pedagang dari [[VOC|Perusahaan Hindia Timur Belanda]] dan [[Perusahaan Hindia Timur Britania|Britania]]. Peristiwa kehancurannya turut dibahas dalam buku serta laporan yang ditulis oleh perwakilan [[Hubungan Prancis–Thailand|kedutaan Prancis]] di Siam pada pertengahan tahun 1680-an. Keluarga Sultan Sulaiman juga meninggalkan jejak sejarah yang menarik. Salah satu keturunannya, [[Sri Sulalai|Putri Sri Sulalai]], menjadi permaisuri [[Buddha Loetla Nabhalai|Raja Rama II]] sekaligus ibu dari [[Jessadabodindra|Raja Rama III]]. Keturunan lainnya meliputi [[Chavalit Yongchaiyudh|Perdana Menteri Thailand ke-22]] dan seorang laksamana angkatan laut. Meriam Singora sendiri menjadi subjek penelitian akademik, yang didokumentasikan dalam [[jurnal akademik|jurnal ilmiah]] dan surat dari [[Harry Prendergast|Jenderal Sir Harry Prendergast]], komandan Pasukan Ekspedisi Burma yang merebut [[Mandalay]] pada [[Perang Anglo-Burma ketiga|Perang Anglo-Burma Ketiga]].
== Sejarah
=== Sejarah awal ===
[[Berkas:National Museum KL 2008 (36).JPG|thumb|290px|right|alt=The [[bunga mas]] adalah upeti yang dikirim ke Siam |Negara-negara bawahan Siam di wilayah selatan menunjukkan kesetiaan kepada Ayutthaya melalui pengiriman upeti. Upeti ini, selain budak dan senjata, berupa [[Bunga Mas]], yaitu pohon kecil yang dihiasi emas.]]
Kesultanan Singora, yang juga dikenal sebagai Songkhla di Khao Daeng, adalah sebuah kota pelabuhan penting yang terletak di ujung selatan Semenanjung Sathing Phra, Thailand. Kota ini merupakan pendahulu dari Kota [[Songkhla]] modern dan berada di sekitar kaki Bukit Khao Daeng di [[Distrik Singhanakhon|Singha Nakhon]].{{sfnm|Chounchaisit (2007)||1pp=1, 126}} Dalam catatan sejarah, pedagang [[Perusahaan Hindia Timur Britania|Britania]] dan [[VOC|Perusahaan Hindia Timur Belanda]] menyebut kota ini sebagai Sangora; pejabat Jepang mengenalnya sebagai ''Shinichu'', sedangkan penulis Prancis mengacu padanya dengan berbagai nama seperti ''Singor'', ''Cingor'', dan ''Soncourat''.{{sfnm|Iwamoto and Bytheway (2011)||1p=81|Loubère (1693)||2p=90|Gervaise (1688)||3pp=61–62}}
Singora didirikan pada awal abad ke-17 oleh Dato Mogol, seorang Melayu-Muslim keturunan Persia yang
{{blockquote|Tidak salah untuk
Setelah wafatnya Dato Mogol
=== Kemerdekaan ===
[[File:万国来朝图 Sultanate of Singora 宋腒𦛨国 delegates in Beijing, China, in 1761.jpg|thumb|Delegasi Kesultanan Singora (宋腒𦛨国) hadir di [[Beijing]], [[China|Tiongkok]], pada tahun 1761. ''万国来朝图'']]
Pada Desember 1641, Jeremias van Vliet, Direktur Pos Perdagangan Perusahaan Hindia Timur Belanda di Ayutthaya, meninggalkan Siam menuju [[Batavia, Hindia Belanda|Batavia]]. Dalam perjalanannya, ia singgah di Singora pada Februari 1642. Di sana, van Vliet menyampaikan surat pengantar dari [[Kementerian Urusan Luar Negeri Thailand|Phra Khlang]] (disebut ''Berckelangh'' oleh orang Belanda), pejabat tinggi Siam yang menangani urusan luar negeri. Namun, tanggapan Sultan Sulaiman Shah terhadap surat tersebut menunjukkan sikapnya yang tegas terhadap kedaulatan negaranya:
{{blockquote|Pada tanggal 3 Februari, delegasi van Vliet mendarat di Sangora dan diterima oleh gubernur. Gubernur tersebut marah dengan surat Berckelangh, seraya menyatakan bahwa negaranya terbuka bagi orang Belanda tanpa pengantar dari Siam dan bahwa surat tersebut tidak diperlukan. Sikap angkuh ini dan tindakan lainnya membuat Hon. van Vliet kecewa.|''Dutch Papers: Extracts from the "Dagh Register" 1624–1642''.{{sfnm|Dutch Papers: Extracts from the "Dagh Register" 1624–1642||1pp=103–105}}}}
Pada akhir tahun yang sama, Sultan Sulaiman mendeklarasikan kemerdekaan Singora dari Ayutthaya dan secara resmi mengangkat dirinya sebagai Sultan Sulaiman Shah.{{sfnm|Choungsakul (2006)||1pp=44–45|Umar (2003)||2p=15}} Langkah ini menandai transformasi Singora menjadi kesultanan yang berdaulat. Sultan Sulaiman segera memulai modernisasi pelabuhan, membangun tembok kota dan parit, serta mengorganisasi jaringan benteng yang membentang dari pelabuhan hingga puncak Gunung Khao Daeng.{{sfnm|Chounchaisit (2007)||1p=158|Singora Forts and City Walls (Ministry of Culture, Thailand)|}} Di bawah pemerintahan Sultan Sulaiman, Singora menjadi pusat perdagangan yang makmur. Kota ini rutin dikunjungi oleh pedagang dari Belanda dan Portugal, serta menjalin hubungan baik dengan pedagang Tiongkok.{{sfnm|Muller (1914)||1p=73|Na Pombejra (1984)||2pp=393–394}} Meskipun Ayutthaya berulang kali mencoba merebut kembali Singora, termasuk dalam tiga kampanye besar selama masa pemerintahan Sultan Sulaiman, semua serangan tersebut gagal. Salah satu kampanye laut bahkan berakhir dengan kegagalan besar setelah laksamana Siam meninggalkan posnya.{{sfnm|Records of the Relations between Siam and Foreign Countries in the 17th Century. Volume 2||1pp=7, 19}} Untuk memperkuat pertahanan darat, Sultan Sulaiman menugaskan saudaranya, Pharisees, untuk memperkokoh pertahanan di Kota Chai Buri, yang terletak di wilayah Phatthalung.{{sfnm|The History of Phattalung Province (Phattalung District Office)|}}
Sultan Sulaiman Shah wafat pada tahun 1668 dan digantikan oleh putra sulungnya, Mustapha.{{sfnm|Umar (2003)||Good Man Town (Surat Thani Office of Tourism and Sports)||1p=15|2pp=33, 35}} Tidak lama setelah pergantian kepemimpinan, Singora terlibat dalam perang melawan Kesultanan Pattani. Meskipun kalah jumlah, Singora menolak upaya mediasi dari Sultan Kedah dan mengandalkan kekuatan tentaranya yang berpengalaman, termasuk pasukan penembak meriam.{{sfnm|Records of the Relations between Siam and Foreign Countries in the 17th Century. Volume 2||1p=101}} Pada akhir 1670-an, seorang petualang Yunani bernama [[Constantine Phaulkon|Constance Phaulkon]] tiba di Siam. Dia membawa misi untuk menyelundupkan senjata ke Singora atas perintah majikannya dari Perusahaan Hindia Timur Britania. Namun, misinya gagal setelah kapalnya karam di perairan sekitar Singora.{{sfnm|Hutchinson (1933)||1pp=3–5}}
=== Pemusnahan ===
[[Berkas:Tomb-a2.jpg|thumb|300px|right|alt=The tomb of Sultan Sulaiman Shah, Singha Nakhon|Peninggalan Kesultanan Singora meliputi benteng-benteng di Gunung Khao Daeng dan sekitarnya, reruntuhan tembok kota, pemakaman Belanda, serta makam Sultan Sulaiman Shah (gambar tertera di atas).]]
Pada tahun 1679, Kerajaan Ayutthaya di bawah pemerintahan Raja [[Narai]] melancarkan serangan terakhir untuk menghentikan pemberontakan Kesultanan Singora. Persiapan perang di Singora dicatat oleh Samuel Potts, seorang pedagang dari Perusahaan Hindia Timur Britania yang berbasis di kota tersebut. Dalam salah satu suratnya, Potts menulis:
{{quote|Raja tersebut membentengi kotanya, melengkapi benteng-benteng di atas bukit dengan meriam, dan mempersiapkan segala yang ia bisa untuk pertahanannya, tanpa mengetahui kapan Raja Siam akan menyerangnya.|Samuel Potts, ''Samuel Potts di Sangora kepada Richard Burnaby di Siam'', 22 Januari 1679.<ref name=potts_january>Catatan nengenai hubungan antara Siam dan negara-negara asing pada abad ke-17. Vol. 2, p.214.</ref>}}
Pada Agustus 1679, Potts mengirimkan surat lain kepada koleganya di Perusahaan Hindia Timur Britania, memperingatkan bahwa armada Siam telah tiba, menandakan bahaya besar yang semakin dekat.{{sfnm|Records of the Relations between Siam and Foreign Countries in the 17th Century. Volume 2||1p=239}} Dalam serangan yang berlangsung lebih dari enam bulan, Kesultanan Singora akhirnya dihancurkan pada tahun 1680. Kota itu ditinggalkan oleh penduduknya dan tidak pernah dibangun kembali.{{sfnm|Choungsakul (2006)||Records of the Relations between Siam and Foreign Countries in the 17th Century. Volume 2||1pp=44–45|2p=267}} Sumber-sumber Prancis pada masa itu memberikan gambaran rinci tentang kehancuran Singora. Kepala operasi [[Perusahaan Hindia Timur Prancis]] di Ayutthaya menggambarkan bagaimana "benteng yang sangat baik" di Singora dihancurkan setelah perang berkepanjangan selama lebih dari tiga dekade. Seorang misionaris yang tinggal di Ayutthaya pada pertengahan 1680-an mencatat bahwa Raja Siam mengirim kapal-kapal terbaiknya untuk menghancurkan kesultanan <nowiki>''</nowiki>de fond en comble<nowiki>''</nowiki> (dari atas hingga bawah).{{sfnm|Jacq-Hergoualc'h (1993)||Gervaise (1688)||1p=80|2pp=61–62}} [[Simon de la Loubère]], utusan Prancis ke Siam pada tahun 1687, bahkan mencatat kisah luar biasa tentang seorang penembak meriam Prancis bernama Cyprian, yang konon berhasil menangkap Sultan Singora. Dalam bukunya, Loubère menulis:
{{blockquote|Beberapa orang melaporkan sesuatu yang, menurut saya, akan tampak sangat tidak masuk akal. Kisah ini tentang seorang provinsial bernama Cyprian, yang konon masih berada di [[Surat]] sebagai pelayan Perusahaan Prancis, kecuali ia telah meninggal. Sebelum bergabung dengan Perusahaan, ia pernah bertugas dalam pasukan Raja Siam sebagai penembak meriam (...) Cyprian, bosan dengan perang yang tidak menghasilkan tindakan nyata, memutuskan suatu malam untuk pergi sendiri ke kamp pemberontak dan membawa Raja Singora ke tendanya. Ia berhasil menangkapnya dan menyerahkannya kepada Jenderal Siam, yang dengan itu mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari dua puluh tahun.|Simon de la Loubère, ''A New Historical Relation of the Kingdom of Siam'', 1693.{{sfnm|Loubère (1693)||1p=90}}}}
Meskipun kisah Loubère diterima dengan baik oleh masyarakat Prancis pada masa itu, akurasi cerita mengenai Cyprian dan kehancuran Singora banyak diperdebatkan. Sebuah artikel yang diterbitkan dalam ''[[Journal of the Royal Asiatic Society]] of Great Britain and Ireland'' menyebut cerita itu "terlalu romantis untuk menjadi sejarah yang dapat dipercaya."{{sfnm|Love (1994)||Low (1837)||1pp=155–156|2pp=306–307}} Sumber lain, termasuk sebuah memo dari pejabat Perusahaan Hindia Timur Prancis pada tahun 1685, mengklaim bahwa Singora akhirnya jatuh melalui tipu muslihat.{{sfnm|Jacq-Hergoualc'h (1993)||1p=80}} [[Kementerian Kebudayaan (Thailand)|Kementerian Kebudayaan]] Thailand mendukung versi ini dan mencatat bahwa seorang mata-mata berhasil menyusup ke kota dan membuka jalan bagi pasukan Siam untuk masuk dan membakar Singora hingga rata dengan tanah.{{sfnm|The Tomb of Sultan Sulaiman Shah (Ministry of Culture, Thailand)|}}
=== Penyerahan ke Prancis ===
Pada tahun 1685, Kerajaan Siam berupaya menyerahkan wilayah Singora kepada Prancis. Langkah ini bertujuan untuk menarik Perusahaan Hindia Timur Prancis agar membangun kembali kota tersebut, mendirikan pos perdagangan, dan melawan pengaruh kuat Belanda di kawasan itu.{{sfnm|Sportès (1994)||1p=49}} Tawaran tersebut disampaikan kepada [[Hubungan Prancis dengan Thailand#Kedubes Thailand pertama di Prancis (1680 dan 1684)|Chevalier de Chaumont]], utusan Prancis untuk Siam, dan sebuah perjanjian sementara ditandatangani pada bulan Desember tahun itu. Sebagai bagian dari upaya ratifikasi perjanjian, duta besar Siam, Kosa Pan, berlayar ke Prancis pada tahun berikutnya.{{sfnm|Jacq-Hergoualc'h (1995)||Sportès (1994)||1pp=272–273|2p=49}} Namun, tawaran tersebut tidak mendapatkan tanggapan positif. [[Jean-Baptiste Colbert, Marquis de Seignelay|Marquis de Seignelay]], Menteri Angkatan Laut Prancis, menyampaikan kepada Kosa Pan bahwa Singora yang telah hancur tidak lagi memiliki nilai strategis atau ekonomi bagi Prancis. Sebagai gantinya, Prancis meminta untuk mendirikan pos perdagangan di Bangkok.{{sfnm|Sportès and Chansang (1995)||1pp=83–84}}
== Warisan ==
[[Berkas:Fort-4-may.jpg|thumb|300px|right|alt=Fort 4|Salah satu contoh benteng di gunung tersebut adalah benteng ke-4. Benteng ini dibangun di lereng Gunung Khao Daeng, berbatasan dengan sisi belakang gunung, dan memiliki tinggi sekitar 4,4 meter di bagian depan. Dimensi internalnya lebih kurang 5,5 meter kali 8,5 meter.]]
Setelah Kesultanan Singora dikalahkan, dua putra Sultan Sulaiman, Hussein dan Mustapha, diampuni oleh Raja Narai dan diberi jabatan baru di wilayah Siam.{{sfnm|Good Man Town (Surat Thani Office of Tourism and Sports)||Family History of Sultan Sulaiman (Royal Thai Navy)||1pp=33, 35|2pp=1–2}} Generasi berikutnya dari keluarga Sultan Sulaiman memiliki hubungan erat dengan keluarga kerajaan Siam. Dua keturunannya pernah memimpin pasukan yang dipimpin oleh [[Maha Sura Singhanat|Pangeran Surasi]] dalam penaklukan Pattani tahun 1786. Selain itu, [[Sri Sulalai|Putri Sri Sulalai]], salah satu permaisuri [[Buddha Loetla Nabhalai|Raja Rama II]] sekaligus ibu dari [[Jessadabodindra|Raja Rama III]], juga merupakan keturunan Sultan Sulaiman.{{sfnm|Umar (2003)||Putthongchai (2013)||1p=19|2p=98}} Keturunan Sultan Sulaiman yang masih dikenal hingga saat ini mencakup Laksamana Niphon Sirithorn, mantan [[Daftar panglima tertinggi Angkatan Laut Kerajaan Thailand|Panglima]] [[Angkatan Laut Kerajaan Thailand]] Jenderal [[Chavalit Yongchaiyudh]], Perdana Menteri Thailand ke-22, serta sebuah keluarga penenun sutra di desa Muslim Phumriang, [[Provinsi Surat Thani|Surat Thani]].{{sfnm|Family History of Sultan Sulaiman (Royal Thai Navy)||Putthongchai (2013)||Good Man Town (Surat Thani Office of Tourism and Sports)||1pp=1–2|2p=82|3pp=33, 35}}
=== Reruntuhan Benteng di Khao Daeng ===
Peninggalan Kesultanan Singora masih dapat ditemukan di sekitar Pegunungan Khao Daeng, tempat Sultan Sulaiman membangun benteng-benteng untuk mempertahankan wilayahnya.{{sfnm|Singora Forts and City Walls (Ministry of Culture, Thailand)|}} Kementerian Kebudayaan Thailand mendokumentasikan keberadaan empat belas benteng di kawasan ini. Beberapa benteng masih terawat dengan baik dan mencerminkan arsitektur militer khas Singora. benteng 4 dapat dicapai melalui tangga yang terletak di belakang pusat informasi arkeologi. benteng 8 terletak dekat Masjid Sultan Sulaiman Shah dan dapat diakses melalui sebuah tangga; benteng ini menawarkan pemandangan Pulau Tikus dan kawasan Songkhla. benteng 9, berada di atas [[Puri#Motte|bukit]] kecil di dekat jalan utama yang menghubungkan Singha Nakhon dan Pulau Ko Yo. benteng 6, yang berada di lereng atas Pegunungan Khao Daeng, menawarkan pemandangan indah [[Danau Songkhla]] dan [[Teluk Thailand]]. Di puncak Khao Daeng, terdapat dua pagoda yang dibangun pada tahun 1830-an di atas fondasi benteng 10 untuk memperingati penumpasan pemberontakan di Kedah yang dilakukan oleh Siam.{{sfnm|The Two Pagodas (Ministry of Culture, Thailand)|}}
Dalam bukunya ''In the Land of Lady White Blood: Southern Thailand and the Meaning of History'', sejarawan Lorraine Gesick mencatat sebuah manuskrip dari Wat Pha Kho di [[Distrik Sathing Phra|Sathing Phra]]. Manuskrip ini, yang diperkirakan berasal dari akhir abad ke-17, terdiri atas peta ilustrasi sepanjang sepuluh meter yang menggambarkan lokasi benteng-benteng Sultan Sulaiman di Khao Daeng. Manuskrip tersebut telah didigitalisasi dalam bentuk mikrofilm oleh sejarawan Amerika, [[David K. Wyatt|David Wyatt]], dan kini disimpan di Perpustakaan [[Cornell University|Universitas Cornell]].{{sfnm|Gesick (1995)||1pp=37–38}}
=== Makam Sultan Sulaiman Shah ===
===
Sekitar {{convert|300|m}} dari Makam Sultan Sulaiman terdapat sebuah pemakaman Belanda yang dikenal secara lokal sebagai ''Vilanda Graveyard'' (Makam Vilanda).{{sfnm|The Dutch Cemetery (Ministry of Culture, Thailand)|}}{{efn|The sign in front of the Dutch cemetery reads "The old Songkhla or Singkhora was an important international entrepôt during the 17th century A.D. for several reasons. For example, located on the eastern coast of Thailand it provided foreign ships with an efficient access to exchange markets. Furthermore, the duty-free economic policy proposed by the governor had attracted numerous merchants from various countries. Dutch merchants were among those foreigners who conducted business with Songkhla. Those Dutch merchants had even set up a company (...) to sell their pepper, which was a principal trade item. Evidence of Dutch's [sic] economic contact and settlement at Songkhla is a cemetery known locally as Vilanda Graveyard and remains of Dutch wares found in the area."}} Pemakaman ini terletak di dalam kompleks milik perusahaan minyak [[PTT PCL|PTT]], sehingga akses ke lokasi memerlukan izin khusus. Pada tahun 1998, dilakukan investigasi terhadap pemakaman ini menggunakan teknologi radar penembus tanah. Penelitian tersebut menghasilkan citra radar yang menunjukkan keberadaan peti jenazah berbahan kapur yang terkubur di bawah permukaan tanah. Peti-peti tersebut berasal dari komunitas Belanda yang tinggal di Singora pada abad ke-17. Hasil penelitian ini dipresentasikan dalam pertemuan keempat [[Environmental and Engineering Geophysical Society|''Environmental and Engineering Geophysical Society'']] (Komunitas Geofisika Teknik dan Lingkungan) di Barcelona pada bulan September 1998.{{sfnm|Phattanaviriyapisarn, Lohawijarn and Srisuchat (1998)||1pp=727–730}}
== Meriam Singora ==
[[Berkas:Singora cannon.jpg|thumb|300px|right|alt=The Singora cannon at the Royal Hospital Chelsea in London|Meriam Singora terletak di samping tiang bendera di halaman Figure Court, Rumah Sakit Kerajaan Chelsea, London. Meriam ini merupakan salah satu dari beberapa meriam yang dikirim dari Burma ke Inggris atas permintaan Jenderal Prendergast. Meskipun terdapat keterangan di depan meriam yang menyebutkan bahwa meriam ini "dibuat sekitar tahun 1623", dua artikel dalam ''[[Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society]]'' menerjemahkan tanggal tersebut menjadi 4 [[Dhu al-Qi'dah]] 1063 Hijriah, yang berkorespondensi dengan 26 September 1653 dalam [[kalender Gregorian]].{{sfnm|Sweeney (1971)||1pp=52–56|Blagden (1941)||2pp=122–124}}]]
Meriam Singora adalah salah satu peninggalan sejarah yang penting, mengisahkan perjalanan panjang dari Siam ke Inggris. Setelah kehancuran Kesultanan Singora, meriam ini direbut oleh pasukan Siam dan dibawa ke Ayutthaya. Meriam tersebut tetap berada di sana hingga direbut oleh pasukan Burma dalam perang [[Perang Burma–Siam (1765–1767)|perang Burma-Siam]] (1765–1767). Dari Burma, meriam ini akhirnya jatuh ke tangan Britania pada [[Perang Britania Raya–Burma Ketiga|Perang Inggris-Burma ketiga]] (1885–1887). Pada tahun 1887, meriam ini dikirim ke Inggris dan dipajang di [[Royal Hospital Chelsea]], London. Meriam tersebut ditempatkan di samping tiang bendera di halaman ''Figure Court'', sebuah lokasi yang menjadi simbol penghormatan sejarah. Meriam Singora dihiasi sebelas inskripsi, sembilan di antaranya diukir dengan aksara Arab dan dihiasi perak. Salah satu inskripsi menyebutkan nama pengukirnya, Tun Juma'at Abu Mandus dari Singora. Inskripsi lainnya, yang dirancang dalam bentuk [[arabes]] melingkar, berbunyi: ''"Cap Sultan Sulaiman Shah, Raja Kemenangan."''{{sfnm|Sweeney (1971)||Blagden (1941)||Scrivener (1981)||1pp=52–56|2pp=122–124|3pp=169–170}}
Perjalanan meriam ini terdokumentasikan dalam berbagai sumber, termasuk ''[[Hmannan Yazawin]]'' (kronik resmi [[Dinasti Konbaung]] Burma) dan korespondensi [[Harry Prendergast|Jenderal Sir Harry Prendergast]], komandan Pasukan Ekspedisi Burma yang merebut [[Mandalay]] pada perang Inggris-Burma ketiga. ''Hmannan Yazawin'' mencatat bahwa setelah perampasan Ayutthaya, sebagian besar senjata dihancurkan, sementara meriam terbaik, termasuk Meriam Singora, dibawa ke Burma.{{sfnm|Phraison Salarak (1914–1915)||1pp=52, 55–56}} Korespondensi Jenderal Prendergast kepada atasannya di India mendokumentasikan senjata yang direbut selama kampanye militer di Burma. Meriam Singora termasuk dalam daftar hadiah yang dikirim kepada [[Queen Victoria|Ratu Victoria]], [[Frederick Hamilton-Temple-Blackwood, 1st Marquess of Dufferin and Ava|Raja Muda India]], Gubernur Britania di Madras dan Bombay, dan beberapa pelabuhan militer Inggris seperti Portsmouth, Plymouth, serta [[Royal Naval College, Greenwich|''Royal Naval College in Greenwich'']].{{sfnm|Kyan (1979)||1pp=131, 134–140}} Sebuah surat di Royal Hospital Chelsea menyebutkan bahwa Meriam Singora diterima sebagai "meriam trofi Burma" dari Pemerintah India pada Oktober 1887.{{sfnm|Scrivener (1981)||3pp=169–170}}
== Catatan ==
'''Sumber-sumber sejarah'''
* Naskah berjudul ''A Letter of Instructions from the East Indian Company to its Agent, Circ. 1614'' adalah bagian dari koleksi Cottonian di Perpustakaan Inggris. Naskah ini tercatat dengan referensi Otho E. VIII ff. 231–240.
* Kutipan dari ''Dutch Papers: Extracts from the "Dagh Register" 1624–1642'' diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dari ''Dagh-Register Gehouden int Casteel Batavia 1641–1642''. Kutipan aslinya (dalam bahasa Belanda) dapat ditemukan pada halaman 154.{{sfnm|Colenbrander (1900)||1p=154}}
* Surat-surat Samuel Potts yang dikirim dari Singora kepada koleganya di Perusahaan Hindia Timur Britania di Ayutthaya dihimpun dalam ''Syam Coppy Booke of Letters Received from Severall Places.'' Dokumen ini adalah bagian dari koleksi ''Factory Records: Siam (1678–1683)'' di Perpustakaan Inggris, dengan referensi IOR/G/33/1 ff.1–18.
* Memo Prancis yang membahas kehancuran Singora dan tipu muslihat yang digunakan pasukan Siam berjudul ''Lettre de Veret aux Directeurs de la Compagnie (12 Décembre 1685).'' Dokumen ini disimpan di [[Archives Nationales d'Outre-Mer|''Archives Nationales d'Outre-Mer'']], Prancis.
* Daftar meriam yang dipersembahkan kepada keluarga kerajaan Britania, perwira senior, dan institusi militer oleh Jenderal Prendergast adalah bagian dari koleksi ''Proceedings of the Government of India Military Department: Burma 1885–86'' di Perpustakaan Inggris. Referensinya adalah IOR/L/MIL/17/19/30. Ringkasan persenjataan yang direbut selama kampanye di Burma, termasuk 158 meriam kuningan dan perunggu yang diambil dari Istana Mandalay, diterbitkan dalam ''The London Gazette'' edisi 22 Juni 1886.<ref name=Gazette>{{London Gazette|date=22 June 1886|issue=25599|page=2972}}</ref>
'''Catatan lain'''
{{notes}}
== Referensi ==
Baris 100 ⟶ 95:
== Sumber ==
{{Refbegin}}
'''Perpustakaan Nasional Vajiranana, Bangkok'''
*{{citation
|title=Dutch Papers: Extracts from the "Dagh Register" 1624–1642
|url=https://archive.org/stream/cu31924098821816#page/n114/mode/1up
|year=1915
|publisher=[[National Library of Thailand|Vajiranana National Library]]
|location=Bangkok, Thailand
|ref={{sfnRef|Dutch Papers: Extracts from the "Dagh Register" 1624–1642}}
}}
*{{citation
|title=Records of the Relations between Siam and Foreign Countries in the 17th Century. Volume 2, 1634–1680
|url=https://archive.org/stream/RRVol2/RR-vol-2#page/n0/mode/1up
|year=1916
|publisher=[[National Library of Thailand|Vajiranana National Library]]
|location=Bangkok, Thailand
|ref={{sfnRef|Records of the Relations between Siam and Foreign Countries in the 17th Century. Volume 2}}
}}
'''Tesis PhD'''
*
|
|title=The Study of Cultural Heritage Management of Wat Matchimawat (Wat Klang), Songkhla
|url=http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/thesis/fulltext/thapra/Pensuda_Chounchaisit_Doctor/Fulltext.pdf
|archive-url=https://web.archive.org/web/20141111095225/http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/thesis/fulltext/thapra/Pensuda_Chounchaisit_Doctor/Fulltext.pdf
|archive-date=11 November 2014
|year=2007
|publisher=Silpakorn University
|location=Thailand
|ref={{sfnRef|Chounchaisit (2007)}}
}}
*
|last=Na Pombejra | first=Dhiravat
|title=A Political History of Siam under the Prasatthong Dynasty: 1629–1688
|url=http://ethos.bl.uk/OrderDetails.do?uin=uk.bl.ethos.296262
|year=1984
|publisher=School of Oriental and African Studies, University of London
|location=England
|ref={{sfnRef|Na Pombejra (1984)}}
}}
*{{citation
|last=Putthongchai | first=Songsiri
|title=What is it Like to be Muslim in Thailand?
|url=http://ethos.bl.uk/OrderDetails.do?uin=uk.bl.ethos.579968
|year=2013
|publisher=University of Exeter
|location=England
|ref={{sfnRef|Putthongchai (2013)}}
}}
'''Buku dan monograf'''
*{{citation
|last=Colenbrander | first=Dr H. T.
|title=Dagh-Register Gehouden int Casteel Batavia 1641–1642
|url=https://archive.org/stream/daghregistergeh01indgoog#page/n166/mode/1up
|year=1900
|publisher=Martinus Nijhoff
|location=Leiden
|ref={{sfnRef|Colenbrander (1900)}}
}}
*{{citation
|last=Cortesão | first=Armando
|title=The Suma Oriental of Tomé Pires
|url=https://archive.org/stream/McGillLibrary-136385-182/136385#page/n311/mode/1up
|year=1944
|publisher=Hakluyt Society
|location=London
|ref={{sfnRef|Cortesão (1944)}}
}}
*{{citation
|last=Dixon | first=Chris
|title=South East Asia in the World-Economy
|url=https://books.google.com/books?id=v4IZCWSFrmMC&pg=PA63
|year=1991
|publisher=Cambridge University Press
|location=Cambridge
|ref={{sfnRef|Dixon (1991)}}
|isbn=052131237X
}}
*{{citation
|last=Falarti | first=Maziar Mozaffari
|title=Malay Kingship in Kedah: Religion, Trade, and Society
|url=https://books.google.com/books?id=tSIMM39IZEMC&pg=PA152
|year=2013
|publisher=Lexington Books
|location=Plymouth, England
|ref={{sfnRef|Falarti (2013)}}
|isbn=978-0739168424
}}
*{{citation
|last=Gervaise | first=Nicolas
|title=Histoire Naturelle et Politique du Royaume de Siam
|url=https://books.google.com/books?id=vOyWcJOsWXIC&pg=PA61
|year=1688
|publisher=Claude Barbin
|location=Paris, France
|ref={{sfnRef|Gervaise (1688)}}
}}
* {{citation
|
|title=In the Land of Lady White Blood: Southern Thailand and the Meaning of History
|url=https://books.google.com/books?id=3QeSUSSalJYC&pg=PA37
|year=1995
|publisher=Cornell University Southeast Asia Program
|location=Ithaca, USA
|ref={{sfnRef|Gesick (1995)}}
|isbn=0877277176
}}
*{{citation
|author=Ibn Muhammad Ibrahim
|others=Translated by John O'Kane
|title=The Ship of Sulaiman
|url=https://books.google.com/books?id=mSee781x1qcC
|year=1972
|publisher=Columbia University Press
|location=New York
|ref={{sfnRef|Ibn Muhammad Ibrahim (1972)}}
|isbn=023103654X
}}
*{{citation
|last=Jacq-Hergoualc'h | first=Michel
|title=L'Europe et le Siam du XVIe au XVIIe Siecle
|url=https://books.google.com/books?id=QMr_KvcfjqoC
|year=1993
|publisher=L'Harmattan
|location=Paris, France
|ref={{sfnRef|Jacq-Hergoualc'h (1993)}}
|isbn=2738419739
}}
*{{citation
|last=Loubère | first=Simon de la
|title=A New Historical Relation of the Kingdom of Siam. Volume 1
|url=http://seasiavisions.library.cornell.edu/bookreader/sea:130/#page/112/mode/1up
|year=1693
|publisher=Horne
|location=London, England
|ref={{sfnRef|Loubère (1693)}}
}}
*{{citation
|last=Montesano | first=Michael
|title=Thai South and Malay North: Ethnic Interactions on a Plural Peninsula
|url=https://books.google.com/books?id=B-wlX4SSp1MC&q=sulaiman
|year=2008
|publisher=NUS Press
|location=Singapore
|ref={{sfnRef|Montesano (2008)}}
|isbn=978-9971694111
}}
*{{citation
|last1=Phattanaviriyapisarn | first1=A.
|last2=Lohawijarn | first2=W.
|last3=Srisuchat | first3=T.
|title=Proceedings of the IV Meeting of the Environmental and Engineering Geophysical Society
|chapter= Radar Investigation of Ancient Dutch Cemetery in Southern Thailand
|pages=727–730
|chapter-url=http://www.earthdoc.org/publication/publicationdetails/?publication=11375 <!--
|url=http://www.gbv.de/dms/tib-ub-hannover/269007814.pdf
-->
|year=1998
|publisher=Instituto Geográfico Nacional
|location=Madrid, Spain
|ref={{sfnRef|Phattanaviriyapisarn, Lohawijarn and Srisuchat (1998)}}
|isbn=8484978176
}}
*{{citation
|last=Syukri | first=Ibrahim
|title=History of the Malay Kingdom of Patani
|url=https://books.google.com/books?id=6md5AAAAIAAJ&q=hum
|year=1985
|publisher=Ohio University Press
|location=USA
|ref={{sfnRef|Syukri (1985)}}
|isbn=0896801233
}}
*
|
|title=The Six Voyages of John Baptista Tavernier. Part II
|url=https://archive.org/stream/sixvoyagesJohnB00Tave#page/157/mode/1up
|year=1678
|location=London, England
|ref={{sfnRef|Tavernier (1678)}}
}}
*
|last=Umar | first=Umaiyah Haji
|title=The Assimilation of Bangkok-Melayu Communities in the Bangkok Metropolis and Surrounding Areas
|url=https://books.google.com/books?id=Yu1uAAAAMAAJ
|year=2003
|publisher=Kuala Lumpur: Allwrite. Sdn. Bhd.
|location=Malaysia
|ref={{sfnRef|Umar (2003)}}
|isbn=9749121341
}}
'''Jurnal Masyarakat Siam'''
*
|
|year=1933
|title=The French Foreign Mission in Siam During the XVIIth Century
|journal=Journal of the Siam Society
|volume=26 | issue=1 | pages=1–71
|url=http://www.siamese-heritage.org/jsspdf/1931/JSS_026_1b_Hutchinson_FrenchForeignMissionIn17thCentury.pdf
|ref={{sfnRef|Hutchinson (1933)}}
|issn=0857-7099
}}
*
|last1=Iwamoto | first1=Yoshiteru
|last2=Bytheway | first2=Simon James
|year=2011
|title=Japan's Official Relations with Shamuro (Siam), 1599–1745
|journal=Journal of the Siam Society
|volume=99 | pages=81–104
|url=http://www.siamese-heritage.org/jsspdf/2011/JSS_099_0h_IwamotoBytheway_JapansOfficialRelationsWithShamur.pdf
|ref={{sfnRef|Iwamoto and Bytheway (2011)}}
|issn=0857-7099
}}
* {{
|
|year=1994
|title=Simon de la Loubère: French Views of Siam in the 1680s
|journal=Journal of the Siam Society
|volume=82 | pages=155–164
|url=http://www.siamese-heritage.org/jsspdf/1991/JSS_082_0n_Love_SimonDeLaLoubereFrenchViewsOfSiam.pdf
|ref={{sfnRef|Love (1994)}}
|issn=0857-7099
}}
*
|
|year=1914–1915
|title=Intercourse between Burma and Siam as Recorded in Hmannan Yazawindawgyi
|journal=Journal of the Siam Society
|volume=11 | issue=3 | pages=1–67
|url=http://www.siamese-heritage.org/jsspdf/1911/JSS_011_3b_LuangPhraisonSalarak_IntercourseBetweenSiamAndBurmaPartII.pdf
|ref={{sfnRef|Phraison Salarak (1914–1915)}}
|issn=0857-7099
}}
*
|
|year=1910
|title=Translation of Van Vliet's Description of the Kingdom of Siam
|journal=Journal of the Siam Society
|volume=7 | issue=1 | pages=1–108
|url=http://www.siamese-heritage.org/jsspdf/1904/JSS_007_1b_Ravenswaay_VanVlietsDescriptionOfTheKingdomOfSiam-2.pdf
|ref={{sfnRef|Ravenswaay (1910)}}
|issn=0857-7099
}}
*
|
|year=1981
|title=The Siamese Brass Cannon in the Figure Court of the Royal Hospital, Chelsea, London
|journal=Journal of the Siam Society
|volume=69 | pages=169–170
|url=http://www.siamese-heritage.org/jsspdf/1981/JSS_069_0m_Scrivener_SiameseBrassCannonInChelseaLondon.pdf
|ref={{sfnRef|Scrivener (1981)}}
|issn=0857-7099
}}
*
|
|year=1980
|title=Islam in Thailand before the Bangkok Period
|journal=Journal of the Siam Society
|volume=68 | issue=1 | pages=55–71
|url=http://www.siamese-heritage.org/jsspdf/1971/JSS_068_1f_Scupin_IslamBeforeBangkokPeriod.pdf
|ref={{sfnRef|Scupin (1980)}}
|issn=0857-7099
}}
*
|last1=Sportès | first1=Morgan
|last2=Chansang | first2=Kanika
|year=1995
|title=Kosapan Face aux Intrigues Françaises
|journal=Journal of the Siam Society
|volume=83 | pages=79–91
|url=http://www.siamese-heritage.org/jsspdf/1991/JSS_083_0h_SportesKanika_KosapanFaceAuxIntriguesFrancaises.pdf
|ref={{sfnRef|Sportès and Chansang (1995)}}
|issn=0857-7099
}}
'''''Jurnal Royal Asiatic Society'''''
*{{Citation
|jstor=41559979
|ref={{sfnRef|Blagden (1941)}}
*{{Citation
|last=Low | first=Captain James
|year=1837
|title=History of Tennasserim
|journal=Journal of the Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland
|volume=4 | issue=2 | pages=304–332
|jstor=25207503
|ref={{sfnRef|Low (1837)}}
|issn=0035-869X
}}
*{{Citation
|last=Maxwell | first=W.G.
|year=1910
|title=A Letter of Instructions from the East Indian Company to its Agent, Circ. 1614
|journal=Journal of the Straits Branch of the Royal Asiatic Society
|volume=54 | pages=63–98
|url=https://archive.org/stream/journalof535419091910roya#page/80/mode/1up
|issn=2304-7534
}}
*{{Citation
|last=Muller | first=Dr. Hendrik P.N.
|year=1914
|title=The Malay Peninsula and Europe in the Past
|journal=Journal of the Straits Branch of the Royal Asiatic Society
|volume=67 | pages=57–84
|url=https://archive.org/stream/mobot31753002412044#page/73/mode/1up
|ref={{sfnRef|Muller (1914)}}
|issn=2304-7534
}}
*{{Citation
|last=Sweeney | first=Amin
|year=1971
|title=Some Observations on the Malay Sha'ir
|journal=Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society
|volume=44 | issue=1 | pages=52–70
|jstor=41492377
|ref={{sfnRef|Sweeney (1971)}}
|issn=0126-7353
}}
'''Jurnal lainnya'''
*{{Citation
|last=Choungsakul | first=Srisuporn
|year=2006
|title=The Role of Chinese Traders on the Growth of Songkhla
|journal=Manusya Journal of Humanities
|publisher=Chulalongkorn University
|location=Bangkok
|volume=9 | issue=2 | pages=44–65
| doi=10.1163/26659077-00902003
|url=http://www.manusya.journals.chula.ac.th/files/essay/Srisuporn_44-65.pdf
|ref={{sfnRef|Choungsakul (2006)}}
|issn = 0859-9920
|doi-access=free
}}
*{{Citation
|last=Jacq-Hergoualc'h | first=Michel
|year=1995
|title=La France et le Siam de 1680 à 1685
|journal=Revue Française d'Histoire d'Outre-Mer
|publisher=Société Française d'Histoire d'Outre-Mer
|location=Paris
|volume=82 | issue=308 | pages=257–275
|url=http://www.persee.fr/web/revues/home/prescript/article/outre_0300-9513_1995_num_82_308_3340
|ref={{sfnRef|Jacq-Hergoualc'h (1995)}}
|issn=0300-9513
|doi=10.3406/outre.1995.3340
}}
*{{Citation
|last=Kyan | first=Daw
|year=1979
|title=Prizes of War, 1885
|journal=Myanmar Historical Research Journal
|publisher=Department of Historical Research
|location=Naypyitaw
|volume=3 | pages=127–143
|url=http://www.burmalibrary.org/docs20/Kyan-1979-Prizes_of_War_1885-en-red.pdf
|archive-url=https://web.archive.org/web/20150711142051/http://www.burmalibrary.org/docs20/Kyan-1979-Prizes_of_War_1885-en-red.pdf
|archive-date=11 July 2015
|ref={{sfnRef|Kyan (1979)}}
}}
*{{Citation
|last=Sportès | first=Morgan
|year=1994
|title=We are Siamese if You Please
|journal=The UNESCO Courier
|publisher=UNESCO
|location=Paris
|volume= 47 | pages=48–49
|url=http://unesdoc.unesco.org/images/0009/000972/097246eo.pdf
|ref={{sfnRef|Sportès (1994)}}
|issn=1993-8616
}}
'''Situs web: Kementerian Kebudayaan, Thailand'''
*{{cite web
|url=http://www.m-culture.in.th/album/166220
|title= Singora Forts and City Walls
|website=Ministry of Culture, Thailand
|archive-url=https://web.archive.org/web/20140102193723/http://www.m-culture.in.th/album/166220
|archive-date=2 January 2014
|language=Thai
|ref={{sfnRef|Singora Forts and City Walls (Ministry of Culture, Thailand)}}
}}
*{{cite web
|url=http://www.m-culture.in.th/album/5875
|title=The Dutch Cemetery
|website=Ministry of Culture, Thailand
|archive-url=https://web.archive.org/web/20140102193727/http://www.m-culture.in.th/album/5875
|archive-date=2 January 2014
|language=Thai
|ref={{sfnRef|The Dutch Cemetery (Ministry of Culture, Thailand)}}
}}
*{{cite web
|url=http://www.m-culture.in.th/album/166419/
|title=The Tomb of Sultan Sulaiman Shah
|website=Ministry of Culture, Thailand
|archive-url=https://web.archive.org/web/20140521125732/http://www.m-culture.in.th/album/166419/
|archive-date=21 May 2014
|language=Thai
|ref={{sfnRef|The Tomb of Sultan Sulaiman Shah (Ministry of Culture, Thailand)}}
}}
*{{cite web
|url=http://www.m-culture.in.th/album/123396/
|title=The Two Pagodas
|website=Ministry of Culture, Thailand
|archive-url=https://web.archive.org/web/20141217132238/http://www.m-culture.in.th/album/123396/
|archive-date=17 December 2014
|language=Thai
|ref={{sfnRef|The Two Pagodas (Ministry of Culture, Thailand)}}
}}
'''Situs web: lainnya'''
*{{cite web
|url=http://www.navy.mi.th/navic/document/840806a.html
|title=Family History of Sultan Sulaiman
|website=Royal Thai Navy
|archive-url=https://web.archive.org/web/20140102193616/http://www.navy.mi.th/navic/document/840806a.html
|archive-date=2 January 2014
|language=Thai
|ref={{sfnRef|Family History of Sultan Sulaiman (Royal Thai Navy)}}
}}
*{{cite web
|url=http://media.suratthani.go.th/document/good_man_town/PDF_Zone_1_I.pdf
|title=Good Man Town
|website=Surat Thani Province Office of Tourism and Sports
|archive-url=https://web.archive.org/web/20140313152838/http://media.suratthani.go.th/document/good_man_town/PDF_Zone_1_I.pdf
|archive-date=13 March 2014
|ref={{sfnRef|Good Man Town (Surat Thani Office of Tourism and Sports)}}
}}
*{{cite web
|url=http://www.phatthalung.go.th/history
|title=The History of Phattalung Province
|website=Phattalung District Office
|archive-url=https://web.archive.org/web/20140102191608/http://www.phatthalung.go.th/history
|archive-date=2 January 2014
|language=Thai
|ref={{sfnRef|The History of Phattalung Province (Phattalung District Office)}}
}}
{{Refend}}
[[Kategori:Kesultanan Singora| ]]
|