Dalem Ketut: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ego.arianto (bicara | kontrib)
k Copy-edit, pranala dalam
Dalem ketut merupakan anak dari Sri Aji Kresna Kepakisan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(10 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Dalem Ketut Ngulesir''' atau '''Dalem Sri Smara Kepakisan''' adalah Raja [[Bali]] ke-III dari dinasti Dalem Kresna Kepakisan yang memerintah pada tahun 1383 Masehi selama masa-masa akhir [[Majapahit|Kerajaan Majapahit]] (1383-1527). Menurut catatan Kerajaan Mataram Jawa ,Beliau dikenal dengan nama Jaka Maya/Dewa Ketut/Dewa Ketuk yang mereka kira merupakan seorang Putra dari Bhre [[Kertabhumi|Kerthabumi]] atau Brawijaya V<ref>{{Cite web|last=Lavidavayastama|first=Mahendra|title=Silsilah Trah Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit yang Punya 117 Anak|url=https://www.detik.com/jogja/budaya/d-7083638/silsilah-trah-prabu-brawijaya-v-raja-majapahit-yang-punya-117-anak|website=detikjogja|language=id-ID|access-date=2024-05-01}}</ref>. Namun dari sumber-sumber Bali, Ia adalah anak ke-4 dari Sri Aji Kresna Kepakisan. Beliau kemudian muncul sebagai raja ketika berhasil mengambil tahta Kerajaan Bali dari tangan kakaknya Dalem Ile Samprangan.
{{Underlinked|date=September 2015}}
 
'''Dalem Ketut''' (dikenal juga dengan nama '''Dalem Ketut Ngelesir''') adalah Raja (Dalem) [[Bali]] yang memerintah pada waktu yang tidak menentu selama masa [[Majapahit|Kerajaan Majapahit]] (1293-1527). Ada yang menyebut kekuasaannya berkisar antara 1380-1460. Ia sebelumnya menjadi penguasa pengikut di bawah raja-raja Majapahit. Namun, ia kemudian muncul sebagai raja dari kerajaan pulau yang terpisah. Dia juga dikenal dengan nama ''[[Sri Smara Kepakisan]]'' atau ''[[Tegal Besung]]''.
 
 
Menurut [[Babad Dalem]] pada abad ke-18, Dalem Ketut adalah anak bungsu dari [[Sri Aji Kresna Kepakisan]], yang merupakan penguasa vasal di Bali setelah Bali ditaklukkan oleh Majapahit pada tahun 1343 M. Ketika Sri Aji Kresna Kepakisan meninggal, putra tertuanya [[Dalem Samprangan]] mendirikan istana di [[Samplangan, Gianyar, Gianyar|Samprangan]], sementara Dalem Ketut menghabiskan waktunya sebagai penjudi. Dalem Samprangan cepat terbukti tidak kompeten untuk memerintah, sehingga Dalem Ketut dibujuk untuk mengambil gelar kerajaan dan membangun istana ([[Puri di Bali|puri]]) baru di [[Gelgel, Klungkung, Klungkung|Gelgel]], dekat dengan pantai selatan.
 
 
 
Menurut [[Babad Dalem]] pada abad ke-18, Dalem Ketut adalah anak bungsu dari [[Sri Aji Kresna Kepakisan]], yang merupakan penguasa vasal di Bali setelah Bali ditaklukkan oleh Majapahit pada tahun 1343 M. Ketika Sri Aji Kresna Kepakisan meninggal, putra tertuanya [[Dalem Samprangan]] mendirikan istana di [[Samplangan, Gianyar, Gianyar|Samprangan]], sementara Harya Dewa Ketuk/ Dalem Ketut yang merupakan Putra dari Brawijaya V menghabiskan waktunya sebagai penjudi. Dalem Samprangan cepat terbukti tidak kompeten untuk memerintah, sehingga Dalem Ketut dibujuk untuk mengambil gelar kerajaan dan membangun istana ([[Puri di Bali|puri]]) baru di [[Gelgel, Klungkung, Klungkung|Gelgel]], dekat dengan pantai selatan.
 
Para tetua dan abdi Dalem Samprangan semakin terjerumus ke dalam ketidakjelasan, sedangkan kekuasaan dan prestise Gelgel naik. Dalam sejarah Babad Dalem, diceritakan bahwa Dalem Ketut mengunjungi Majapahit sebanyak dua kali pada pertemuan pertama dengan Raja [[Hayam Wuruk]] (1350-1389).<ref>W.A. Hanna, Bali Chronicles, Singapore: Periplus 2004, p. 25.</ref> Akan tetapi informasi tersebut [[Anakronisme|anakronistik]], karena itu juga menegaskan bahwa Dalem Ketut masih hidup pada saat Majapahit runtuh, sebuah peristiwa yang terjadi di awal abad ke-16. Melalui acara ini, Bali tetap sebagai putri kerajaan Majapahit ([[Vasal|kerajaan vasal]]), suatu kondisi yang masih memiliki makna simbolis yang mendalam bagi persepsi diri orang Bali.
 
Pada akhir hidupnya, Dalem Ketut dikunjungi oleh seorang [[Brahmana]] dari [[Keling]] (sebuah kerajaan kuno di [[India]]) yang mengenali wajah Dalem Ketut sebagai sama dengan wajah dari Mahadewa, Dewa Gunung, [[Gunung Agung]]. Brahmana tersebut kemudian membuat nubuat (ramalan) tentang kematian Dalem Ketut, yang terjadi dalam cara yang supranatural; raja menghilang tanpa meninggalkan jejak. Dia meninggalkan enam anak, di antaranya [[Dalem Baturenggong]] yang berhasil naik takhta. [[Anakronisme]] dalam cerita tradisional membuatnya sulit untuk menetapkan status sejarah, tetapi jika ia selamat dari jatuhnya Majapahit ia akan berkembang di awal abad 16.<ref>C.C. Berg, De middeljavaansche historische traditië. Santpoort: Mees 1927, pp. 123-9.</ref>
 
Namun Diketahui Juga Dewa Ketut juga kembali ke jawa setelah Tahta Klungkung diserahkan Putranya <ref>{{Cite web|last=info@sdndukun1.sch.id|date=2021-12-07|title=Bupati Demak Trah Brawijaya V{{!}} Keturunan R. Djoko Mojo Ki Ageng Sholeh|url=https://sdndukun1.sch.id/2021/12/07/bupati-demak-trah-brawijaya-v-keturunan-r-djoko-mojo-ki-ageng-sholeh/|website=Sekolah Penggerak Ber-Tanda-Unggul|language=id|access-date=2024-09-14}}</ref><ref>C.C. Berg, De middeljavaansche historische traditië. Santpoort: Mees 1927, pp. 123-9.</ref>.
 
== Referensi ==
Baris 27 ⟶ 32:
[[Kategori:Sejarah Bali]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
 
{{Indo-bio-stub}}
[[Kategori:Kerajaan Asia]]
[[Kategori:Raja]]
 
 
{{Indo-bio-stub}}