Dalem Baturenggong: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
nama gelar dalem Waturenggong Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(15 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Sejarah Indonesia}}
'''Dalem Baturenggong''', juga disebut '''Waturenggong''' atau '''Enggong''' atau '''Dalem
== Pemerintahan yang Makmur ==
Dalem Baturenggong baru dikenal sepenuhnya dari sumber yang cukup banyak di kemudian hari. Dia, secara singkat, terdaftar sebagai raja dalam teks ''Usana Bali'' dan lontar ''Rajapurana Besakih'', di bawah nama ''Enggong''.<ref>{{cite book|author= David Stuart-Fox, |title= Pura Besakih; A Study of Balinese Religion and Society. |publisher= PhD Thesis, ANU, Canberra |year=1987 |pages=146-148}}</ref> Keterangan lengkap baru ditemukan pada abad ke-18 dalam sejarah ''Babad Dalem''. Menurut teks ini, dia adalah putra dari [[Dalem Ketut]], Raja pertama dari Gelgel, yang memerintah setelah jatuhnya kerajaan Majapahit Jawa (awal abad ke-16 M). Dia dimanifestasikan sebagai lawan Islam dan musuh [[Pasuruan]] dan [[Kerajaan Mataram Islam|Mataram]] di Jawa. Prestisenya
== Ekspansi Militer ==
Sang Raja pernah diusulkan untuk menikahi putri Sri Juru / Menak Koncar, [[Kerajaan Blambangan|Raja Blambangan]] di [[Jawa Timur]],
Setelah menang dalam menaklukan Blambangan, militer Bali dialihkan ke timur, Lombok dan Sumbawa Barat dapat ditaklukkan dan menjadi bawahan Dalem Baturenggong.<ref>C.C. Berg, ''De Middeljavaansche Historische Traditie'' (Santpoort: C.A. Mees, 1927), halaman 138-139.</ref> Raja meninggalkan dua putra, [[Dalem Bekung]] dan [[Dalem Seganing]], yang memerintah dengan bergiliran setelah kematiannya.<ref>{{cite book|author= C.C. Berg |title= De middeljavaansche historische traditië. |publisher=Santpoort: Mees |year=1927 |pages=138-44}}</ref>
Rincian pemerintahannya tidak dapat diverifikasi dari sumber-sumber kontemporer. Hanya penulis Mendes Pinto Fernao dari Portugis (c. 1509-1583), dalam karyanya ''Peregrinacam'', menuduh bahwa Bali adalah sebuah pulau kafir tergantung pada [[Kesultanan Demak|kerajaan Demak Islam Jawa]], tetapi memberontak di tahun 1546.<ref>{{cite book|author= Fernão Mendes Pinto |title= The Travels of Mendes Pinto. |publisher= Chicago & London: The University of Chicago Press |year=1989 |pages=392}}</ref> Informasi ini mungkin tidak cukup dapat dipercaya. Namun, sumber-sumber Eropa dari akhir abad ke-16 dan ke-17 menggambarkan kerajaan Gelgel dalam hal yang mengingatkan pada kronik-kronik, dan tampaknya mengandaikan ekspansi politik yang kuat antara jatuhnya Majapahit (sekitar 1527) dan kunjungan Belanda pertama ke Bali (1597).▼
▲Rincian pemerintahannya tidak dapat diverifikasi dari sumber-sumber kontemporer. Hanya penulis Mendes Pinto Fernao dari Portugis (c. 1509-1583), dalam karyanya ''Peregrinacam'', menuduh bahwa Bali adalah sebuah pulau kafir yang tergantung pada [[Kesultanan Demak|kerajaan Demak Islam Jawa]], tetapi memberontak
== Referensi ==▼
{{reflist}}▼
== Lihat pula ==
* [[Daftar Raja Bali]]
* [[Danghyang Nirartha]]
* [[Danghyang Astapaka]]
* [[Danghyang Angsoka]]
▲== Referensi ==
▲{{reflist}}
=== Bacaan lanjutan ===
* I Wayan Warna et al. (tr.) (1986), ''Babad Dalem; Teks dan Terjemahan''. Denpasar: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Tingkat I Bali.
* Margaret J. Wiener (1995), ''Visible and Invisible Realms; Power, Magic, and Colonial Conquest in Bali.'' Chicago & London: The University of Chicago Press.
{{s-start}}
{{succession box
}}
{{s-end}}
[[Kategori:Sejarah Bali]]
|