Dalem Baturenggong: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20210209)) #IABot (v2.0.8) (GreenC bot
nama gelar dalem Waturenggong
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(6 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Sejarah Indonesia}}
{{refimprove|date=November 2019}}
'''Dalem Baturenggong''', juga disebut '''Waturenggong''' atau '''Enggong''' atau '''Dalem GelgelSri Wijaya Kepakisan''', adalah seorang Raja (Dalem) dari Bali yang diyakini telah memerintah pada pertengahan abad ke-16 (berkuasa antara tahun 1520-1558). Dia menjadi raja pada masa keemasan [[Kerajaan Gelgel|kerajaan Gelgel Bali]], dengan ekspansi politik, renovasi budaya, dan agama. Dalam historiografi Bali, ia mewakili visi epik kerajaan yang berfungsi sebagai model bagi penguasa berikutnya di pulau itu.<ref name=Adrian>{{cite book|author= Adrian Vickers |title= Bali, A Paradise Created |publisher= Singapore: Periplus |year=1989 |pages=41-45}}</ref>
 
== Pemerintahan yang Makmur ==
Baris 6:
 
== Ekspansi Militer ==
Sang Raja pernah diusulkan untuk menikahi putri Sri Juru / Menak Koncar, [[Kerajaan Blambangan|Raja Blambangan]] di [[Jawa Timur]], tetapi sang putri menolak. Tentara Bali kemudian dikirim ke Blambangan, dimana mereka terjebakmengalahkan tentara blambangan dan berhasil membunuh Sri Juru. Anak-anak raja yang terbunuh itu melarikan diri ke Pasuruan dilalu pantaike utara Jawa,Daha dan Blambanganmeminta beradabantuan dibawah kekuasaan raja Bali. Selanjutnya, Lombok dan Sumbawa Barat juga menjadi bagian dibawah kekuasaan Dalem Baturenggong.<ref>C.C. Berg, ''De Middeljavaansche Historische Traditie'' (Santpoort: C.A. Mees, 1927), halaman 138-139.</ref> Raja meninggalkan dua putra,kepada [[DalemPatih BekungUdara]] dan [[Dalem Seganing]], yang memerintah dengan bergiliran setelah kematiannya.<ref>{{cite book|author= C.C. Berg |title= De middeljavaansche historische traditië. |publisher=Santpoort: Mees |year=1927 |pages=138-44}}</ref>
 
Setelah menang dalam menaklukan Blambangan, militer Bali dialihkan ke timur, Lombok dan Sumbawa Barat dapat ditaklukkan dan menjadi bawahan Dalem Baturenggong.<ref>C.C. Berg, ''De Middeljavaansche Historische Traditie'' (Santpoort: C.A. Mees, 1927), halaman 138-139.</ref> Raja meninggalkan dua putra, [[Dalem Bekung]] dan [[Dalem Seganing]], yang memerintah dengan bergiliran setelah kematiannya.<ref>{{cite book|author= C.C. Berg |title= De middeljavaansche historische traditië. |publisher=Santpoort: Mees |year=1927 |pages=138-44}}</ref>

Rincian pemerintahannya tidak dapat diverifikasi dari sumber-sumber kontemporer. Hanya penulis Mendes Pinto Fernao dari Portugis (c. 1509-1583), dalam karyanya ''Peregrinacam'', menuduh bahwa Bali adalah sebuah pulau kafir yang tergantung pada [[Kesultanan Demak|kerajaan Demak Islam Jawa]], tetapi memberontak pada tahun 1546.<ref>{{cite book|author= Fernão Mendes Pinto |title= The Travels of Mendes Pinto. |url= https://archive.org/details/travelsofmendesp0000pint |publisher= Chicago & London: The University of Chicago Press |year=1989 |pages=[https://archive.org/details/travelsofmendesp0000pint/page/392 392]}}</ref> Informasi ini mungkin tidak cukup dapat dipercaya. Namun, sumber-sumber Eropa dari akhir abad ke-16 dan ke-17 menggambarkan kerajaan Gelgel adalah kerajaan yang mandiri dalam hal yang mengingatkan pada kronik-kronik, dan tampaknya mengandaikan ekspansi politik yang kuat antara jatuhnya Majapahit (sekitar 1527) dan kunjungan Belanda pertama ke Bali (1597).
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
=== Lihat pula ===
* [[Daftar Raja Bali]]
* [[Danghyang Nirartha]]