Naskah Merapi-Merbabu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Menambah referensi penting Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(40 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Kunjarakarna LOr 2266.jpg|jmpl|380x380px|Naskah [[Kuñjarakarna|Kunjarakarna]] yang tersimpan di Universitas Leiden]]
'''Naskah-naskah Merapi-Merbabu''' adalah kumpulan [[naskah]] yang ditemukan di kawasan pegunungan [[Gunung Merapi|Merapi]] dan [[Gunung Merbabu|Merbabu]], [[Jawa Tengah]]. Naskah-naskah ini umumnya ditulis dalam [[aksara Buda]]. Aksara Buda berbeda dengan aksara Jawa Baru. Sebab, naskah Merapi Merbabu jauh lebih tua dibanding [[Babad Tanah Jawi|Babad Tanah Jawa]], yang merupakan pelopor aksara Jawa Baru pada abad 18 M.
===Pemilik===▼
Naskah - naskah kuno tersebut milik Keluarga Pak Kojo, cicit Penembahan Windoesono, seorang pendeta Buddha, saat Islam masuk Jawa Tengah, beliau menyingkir ke lereng Merapi tepatnya 1822 di lereng barat Gunung Merbabu, tepatnya di Desa Kedakan, Residen Kedu. Membawa serta lebih kurang 1.000 naskah. Namun menurut informasi van der Molen, sejalan dengan perjalanan waktu naskah-naskah itu telah menyusut dan kini hanya tinggal sekitar 400 naskah.▼
Isi dari naskah-naskah Merapi Merbabu terbentang dalam berbagai bahasan, mulai [[Astrologi|ilmu perbintangan]], [[kakawin]], [[kidung]], [[mantra]], kebahasaan, hingga obat-obatan tradisional. [[Bahasa Jawa Kuno]] digunakan dalam karya-karya kakawin, sedangkan pada karya-karya lainnya, ditulis dalam bentuk ''Al Jawi'' (Bahasa Jawa yang ditulis dengan huruf Arab).<ref name=":0">{{Cite journal|last=Kartika|first=Setyawati|date=1995|title=Naskah-naskah Merapi-Merbabu Koleksi Museum Nasional Indonesia: Tinjauan Awal|url=https://media.neliti.com/media/publications/12150-ID-naskah-naskah-merapi-merbabu-koleksi-perpustakaan-nasional-indonesia-tinjauan-aw.pdf|journal=Humaniora|volume=I|issue=|pages=|doi=}}</ref>
Naskah Merapi - Merbabu menjadi bukti penting bahwa [[Nusantara|Nusantara Jawa]] pada abad 16 M sangat menjunjung tinggi keilmuan dan kerukunan. Dalam naskah bernomor PN 9 L 110, yang ditulis pada 1592 M, terdapat pembukaan pupuh berbunyi: “Bismillahirrahmanirahim“. Selain itu, pada naskah bernomor PN 7 L 29, terdapat tulisan tentang dialog Rasulullah SAW. Koleksi besar naskah-naskah Merapi-Merbabu tersimpan di Perpustakaan Nasional, kurang lebih sebanyak 400 -an naskah.
Usaha tersebut dilakukan dengan susah payah, karena Pak Kojo, pemilik naskah-naskah itu sangat sulit melepaskan naskah-naskah yang diwariskan kepadanya. Dari berita laporan tertanggal 27 April 1952, dapat diketahui bahwa usaha pengambilalihan naskah-naskah tersebut akhirnya berhasil, dan sejak itu sebagian besar naskah koleksi Merbabu tersimpan di Bataviaasch Genootschap. Dikatakan sebagian besar karena sebagian lain naskah koleksi Merbabu terbawa ke tempat lain, antara lain, ke salah satu perpustakaan di Prancis; Berlin, Jerman (Pigeaud, 1967); dan juga Belanda.▼
===Penelitian===▼
== Penemuan ==
Para peneliti yang tertarik dan pernah melakukan penelitian terhadap naskah-naskah koleksi Merbabu antara lain:▼
[[Berkas:Merapi saka Merbabu, Jemuah Legi, 18 Sapar Oktober 2019.jpg|jmpl|333x333px|Gunung Merapi dipandang dari sisi gunung Merbabu]]
▲
▲Tiga puluh tahun kemudian, [[Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen|Bataviaasch Genootshap]] berusaha untuk memperolehnya. Usaha tersebut dilakukan dengan susah payah, karena Pak Kojo, pemilik naskah-naskah itu sangat sulit melepaskan naskah-naskah yang diwariskan kepadanya. Dari berita laporan tertanggal 27 April 1952, dapat diketahui bahwa usaha pengambilalihan naskah-naskah tersebut akhirnya berhasil, dan sejak itu sebagian besar naskah koleksi Merbabu tersimpan di Bataviaasch Genootschap. Dikatakan sebagian besar karena sebagian lain naskah koleksi Merbabu terbawa ke tempat lain, antara lain, ke salah satu perpustakaan di Prancis; Berlin, Jerman (Pigeaud, 1967); dan juga Belanda.<ref name=wacana>{{web cite |url=http://www.wacana.co/2009/10/naskah-naskah-koleksi-merbabu-merapi/ |author=Titiek Pudjiastuti |accessdate= 11 September 2018 |work=Wacana|title=Naskah-naskah Koleksi Merbabu-Merapi;Mata Rantai Sejarah Kesusastraan Jawa}}{{deadlink|17 Juli 2019}}</ref>
▲Para peneliti yang tertarik dan pernah melakukan penelitian terhadap naskah-naskah koleksi Merbabu antara lain:<ref name=wacana/>
# Friederich, yang berusaha membuat daftar naskah koleksi Merbabu. Berdasarkan penelitiannya, ia menyatakan bahwa naskah-naskah itu ditulis oleh orang bukan Muslim karena isinya pengertian tentang agama India (Hindu), bahasanya juga sangat dekat dengan karya sastra Kawi di Bali. Semua naskah ditulis dalam prosa, dan isinya tentang agama Hindu.
# Cohen Stuart, orang pertama yang berusaha menyusun katalog naskah koleksi Merbabu. Berdasarkan hasil pengamatannya, Stuart mengoreksi pendapat Friederich, ia mengatakan tidak semua naskah koleksi Merbabu berisi ajaran Hindu tetapi juga ada yang tentang pengertian ajaran Islam dan juga tidak semua teks ditulis dalam prosa, tetapi cukup banyak juga yang ditulis dalam puisi. Cohen Stuart juga mengemukakan tentang penanggalan naskah. Ia menyimpulkan bahwa naskah-naskah koleksi Merbabu sebagian kemungkinan berasal dari abad ke-16
# Willem van der Molen, peneliti pertama yang mengamati secara khusus salah satu naskah koleksi Merbabu. Naskah yang dikajinya berjudul Kunjarakarna. Hasil penelitiannya dilahirkan dalam bentuk disertasinya yang diterbitkan tahun 1983. Pusat perhatian van der Molen dalam penelitiannya adalah paleografi dan penanggalan naskah. Ia secara khusus mengamati masalah huruf dan penanggalan yang terdapat dalam naskah yang dikajinya. Hasil penelitiannya telah memberi sumbangan yang sangat berarti bagi sejarah kesusastraan Jawa, karena telah memberi gambaran yang tepat
# [[Ignatius Kuntara Wiryamartana|Kuntara Wiryamartana]], peneliti kedua yang mengkaji naskah koleksi Merbabu secara khusus. Teks yang dikaji berjudul Arjunawiwaha. Berbeda dengan van der Molen yang lebih mengamati masalah perkembangan huruf dan penanggalan, Wiryamartana lebih menekankan perhatiannya pada isi teks. Ia mengkaji masalah transformasi teks, bahwa melalui perjalanan waktu isi teks sebuah naskah juga mengalami perkembangan pemahaman sesuai dengan resepsi para pembacanya. Hasil penelitian Wiryamartana ini dituangkan kedalam disertasinya yang diterbitkan tahun 1991.<ref>{{web cite
== Naskah-naskah ==
Naskah-naskah Merapi-Merbabu memiliki banyak bentuk, di antaranya kakawin, parwa dan kidung. Sementara, bahasan yang dibawa juga beraneka ragam, seperti perbintangan, yoga, mantra dan obat-obatan. Naskah yang mengangkat tema ajaran [[Agama Buddha|Buddha]] ditemukan salah satunya tentang [[Kuñjarakarna|Kunjarakarna]]. Naskah yang bertema Islam juga ditemukan dalam naskah-naskah Merapi-Merbabu, di antaranya ''Tapel Adam'', ''Anbiya'', dan ''Caritaning Para Nabi'' yang menceritakan kisah [[Adam]] hingga [[Muhammad]].<ref name=":1">W. van der Molen, I. Wiryamartana. ''The Merapi-Merbabu manuscripts. A neglected collection.'' Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, Old Javanese texts and culture 157 (2001), no:1, Leiden, 51-64.</ref><ref name=":2">{{Cite web|last=Administrator|date=2005-05-23|title=Naskah-Naskah yang Terlupakan|url=https://majalah.tempo.co/read/iqra/115242/naskah-naskah-yang-terlupakan|website=Tempo|language=en|access-date=2020-11-30}}</ref>
Keberadaan naskah pembukaan pupuh berbunyi: “Bismillahirrahmanirahim“ yang ditulis pada 1592 M (nomor ''PN 9 L 110''), menjadi bukti penting bahwa sejak era Kesultanan Pajang, keilmuan, kerukunan, dan keberagaman sudah terbangun secara kolektif bagi masyarakat Jawa.
=== Kakawin ===
Naskah Merapi-Merbabu yang berbentuk kakawin di antaranya menceritakan [[Ramayana]], [[Kakawin Arjunawiwāha|Arjunawiwaha]], [[Bharatayuddha]] dan [[Arjunawijaya]]. Kakawin Ramayana dalam hal ini merupakan naskah tertua, bertahun 1521 Masehi.
Sebagian naskah dalam bentuk parwa adalah Pramanaprawa, Bismaprawa, dan Sabaparwa.
=== Kidung ===
Naskah yang berbentuk kidung di antaranya ialah Kidung Ragadarma, Kidung Darma Jati, Kidung Mudasara, [[Kidung Subrata]] dan [[Kidung Surajaya]]. Naskah Subrata serupa juga ditemukan di [[Suku Tengger|Tengger]], yang dapat menggambarkan kemungkinan hubungan antara masyarakat Merapi-Merbabu dan Tengger di masa lalu.
== Pengaruh ==
Naskah-naskah Merapi-Merbabu membuktikan bahwa komunitas sastra yang makmur pernah hidup di kawasan tersebut. Tak hanya makmur, tapi juga penuh dengan kerukunan. Merapi-Merbabu berada di kawasan pegunungan (selatan Jawa), yang pada abad 16 M, merupakan pusat Kesultanan Pajang.
Pada 1592 M, saat ditulisnya naskah bernomor ''PN7L29'' yang menceritakan dialog Nabi Muhammad SAW, adalah masa hegemoni Kesultanan Pajang dalam membawa Islam ke wilayah selatan. Ini menjadi bukti kedekatan [[Kesultanan Pajang]] dengan Para Wiku yang ada di pegunungan. Selain itu, ini juga jadi bukti empiris bahwa Kesultanan Pajang menjunjung tinggi penghormatan atas perbedaan.
Karya-karya Merapi-Merbabu juga mengilhami budaya sastra yang unggul di [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Kesultanan Yogyakarta]] dan [[Keraton Surakarta Hadiningrat|Keraton Surakarta]]. Sebagai contoh, banyak naskah-naskah Merapi Merbabu yang kelak, pada abad 18 M dan 19 M digubah dan dimodifikasi oleh para Pujangga Keraton Surakarta.
== Lihat juga ==
* [[Aksara Buda]], aksara yang digunakan untuk menulis naskah-naskapada periode yang lebih baru, di abad 18 M dan 19 M. h Merapi-Merbabu
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Sastra Jawa]]
[[Kategori:Naskah Nusantara]]
|