Naskah Merapi-Merbabu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Menambah referensi penting
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(10 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Kunjarakarna LOr 2266.jpg|jmpl|380x380px|Naskah [[Kuñjarakarna|Kunjarakarna]] yang tersimpan di Universitas Leiden]]
'''Naskah-naskah Merapi-Merbabu''' adalah kumpulan [[naskah]] yang ditemukan di kawasan pegunungan [[Gunung Merapi|Merapi]] dan [[Gunung Merbabu|Merbabu]], [[Jawa Tengah]]. Naskah-naskah ini umumnya ditulis dalam [[aksara Buda]]. Aksara Buda berbeda dengan aksara Jawa Baru. Sebab, naskah Merapi Merbabu jauh lebih tua dibanding [[Babad Tanah Jawi|Babad Tanah Jawa]], yang merupakan pelopor aksara Jawa Baru pada abad 18 M.
'''Naskah-naskah Merapi-Merbabu''' adalah kumpulan [[naskah]] yang ditemukan di kawasan pegunungan [[Gunung Merapi|Merapi]] dan [[Gunung Merbabu|Merbabu]], [[Jawa Tengah]]. Naskah-naskah ini umumnya ditulis dalam [[aksara Buda]] dan sebagian kecil dalam [[aksara Jawa]]. Sebagian besar naskah menggunakan sarana daun [[lontar]] dan sedikit di antaranya menggunakan [[Nipah (naskah)|nipah]].<ref name=":0">{{Cite journal|last=Kartika|first=Setyawati|date=1995|title=Naskah-naskah Merapi-Merbabu Koleksi Museum Nasional Indonesia: Tinjauan Awal|url=https://media.neliti.com/media/publications/12150-ID-naskah-naskah-merapi-merbabu-koleksi-perpustakaan-nasional-indonesia-tinjauan-aw.pdf|journal=Humaniora|volume=I|issue=|pages=|doi=}}</ref><ref name=":1">W. van der Molen, I. Wiryamartana. ''The Merapi-Merbabu manuscripts. A neglected collection.'' Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, Old Javanese texts and culture 157 (2001), no:1, Leiden, 51-64.</ref> Naskah-naskah ini disalin atau ditulis pada rentang abad ke-16 dan 18 Masehi.<ref>{{Cite book|last=Hidayat|first=Rahayu Surtiati|last2=Munandar|first2=Agus Aris|last3=Wibawarta|first3=Bambang|last4=Marihandono|first4=Djoko|last5=Sutami|first5=Hermina|last6=Surajaya|first6=I. Ketut|last7=Budianta|first7=Melani|last8=Muhadjir|last9=Lauder|first9=Multamia RMT|date=2018-09-12|url=https://books.google.co.id/books?id=V15uDwAAQBAJ&pg=PA182&dq=naskah+Merapi-Merbabu&hl=jv&sa=X&ved=2ahUKEwiHnMXq0artAhXSIbcAHf46AL4Q6AEwAnoECAUQAg#v=onepage&q=naskah%20Merapi-Merbabu&f=false|title=Hakikat Ilmu Pengetahuan Budaya|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=978-602-433-635-6|language=id}}</ref>
 
Isi dari naskah-naskah Merapi- Merbabu terbentang dalam berbagai bahasan, mulai dari [[Astrologi|ilmu perbintangan]], [[kakawin]], [[kidung]], [[mantra]], kebahasaan, hingga obat-obatan tradisional. [[Bahasa Jawa Kuno]] digunakan dalam karya-karya kakawin, sedangkan pada karya-karya lainnya, tercampurditulis dengandalam bahasabentuk ''Al Jawi'' (Bahasa Jawa yang lebihditulis barudengan huruf Arab).<ref name=":0" />{{Cite Koleksi besar naskahjournal|last=Kartika|first=Setyawati|date=1995|title=Naskah-naskah Merapi-Merbabu tersimpanKoleksi di [[PerpustakaanMuseum Nasional Republik Indonesia|Perpustakaan: Nasional]],Tinjauan kurang lebih sebanyak 400Awal|url=https://media.neliti.com/media/publications/12150-ID-an naskah-naskah-merapi-merbabu-koleksi-perpustakaan-nasional-indonesia-tinjauan-aw.<ref namepdf|journal=":2" Humaniora|volume=I|issue=|pages=|doi=}}</ref>
 
Naskah Merapi - Merbabu menjadi bukti penting bahwa [[Nusantara|Nusantara Jawa]] pada abad 16 M sangat menjunjung tinggi keilmuan dan kerukunan. Dalam naskah bernomor PN 9 L 110, yang ditulis pada 1592 M, terdapat pembukaan pupuh berbunyi: “Bismillahirrahmanirahim“. Selain itu, pada naskah bernomor PN 7 L 29,  terdapat tulisan tentang dialog Rasulullah SAW. Koleksi besar naskah-naskah Merapi-Merbabu tersimpan di Perpustakaan Nasional, kurang lebih sebanyak 400 -an naskah.
 
== Penemuan ==
Baris 19 ⟶ 21:
 
== Naskah-naskah ==
Naskah-naskah Merapi-Merbabu memiliki banyak bentuk, di antaranya kakawin, parwa dan kidung. Sementara, bahasan yang dibawa juga beraneka ragam, seperti perbintangan, yoga, mantra dan obat-obatan. Naskah yang mengangkat tema ajaran [[Agama Buddha|Buddha]] ditemukan salah satunya tentang [[Kuñjarakarna|Kunjarakarna]]. Naskah yang bertema Islam juga ditemukan dalam naskah-naskah Merapi-Merbabu, di antaranya ''Tapel Adam'', ''Anbiya'', dan ''Caritaning Para Nabi'' yang menceritakan kisah [[Adam]] hingga [[Muhammad]].<ref name=":1">W. van der Molen, I. Wiryamartana. ''The Merapi-Merbabu manuscripts. A neglected collection.'' Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, Old Javanese texts and culture 157 (2001), no:1, Leiden, 51-64.</ref><ref name=":2">{{Cite web|last=Administrator|date=2005-05-23|title=SEJARAH KOLEKSI NASKAH MERAPINaskah-MERBABUNaskah DIyang PERPUSTAKAAN NASIONAL RI - PDF Download GratisTerlupakan|url=https://docplayermajalah.infotempo.co/47175219-Sejarah-koleksiread/iqra/115242/naskah-naskah-merapiyang-merbabu-di-perpustakaan-nasional-ri.htmlterlupakan|website=docplayer.infoTempo|language=en|access-date=2020-11-30}}</ref><ref name=":2" />
 
Keberadaan naskah pembukaan pupuh berbunyi: “Bismillahirrahmanirahim“ yang ditulis pada 1592 M (nomor ''PN 9 L 110''), menjadi bukti penting bahwa sejak era Kesultanan Pajang, keilmuan, kerukunan, dan keberagaman sudah terbangun secara kolektif bagi masyarakat Jawa.
 
=== Kakawin ===
Baris 31 ⟶ 35:
 
== Pengaruh ==
Naskah-naskah Merapi-Merbabu membuktikan bahwa komunitas sastra yang makmur pernah hidup di kawasan tersebut. Tak hanya makmur, tapi juga penuh dengan kerukunan. Merapi-Merbabu berada di kawasan pegunungan (selatan Jawa), yang pada abad 16 M, merupakan pusat Kesultanan Pajang.
Naskah-naskah Merapi-Merbabu membuktikan bahwa komunitas sastra yang makmur pernah hidup di kawasan tersebut. Karya-karya Merapi-Merbabu juga mengilhami budaya sastra yang unggul di Kraton Kartasura, [[Kasunanan Surakarta|Surakarta]] dan [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Yogyakarta]].<ref name=":1" /> Sebagai contoh, naskah Arjunawiwaha dari Merapi-Merbabu banyak digubah oleh pujangga-pujangga kraton Surakarta pada abad ke-18 dan 19 Masehi. Hal ini dapat menggambarkan hubungan antara para [[Biksu|wiku]] di pegunungan dengan orang-orang kraton di Surakarta.<ref name=":2">{{Cite web|last=Administrator|date=2005-05-23|title=Naskah-Naskah yang Terlupakan|url=https://majalah.tempo.co/read/iqra/115242/naskah-naskah-yang-terlupakan|website=Tempo|language=en|access-date=2020-11-30}}</ref>
 
Pada 1592 M, saat ditulisnya naskah bernomor ''PN7L29'' yang menceritakan dialog Nabi Muhammad SAW, adalah masa hegemoni Kesultanan Pajang dalam membawa Islam ke wilayah selatan. Ini menjadi bukti kedekatan [[Kesultanan Pajang]] dengan Para Wiku yang ada di pegunungan. Selain itu, ini juga jadi bukti empiris bahwa Kesultanan Pajang menjunjung tinggi penghormatan atas perbedaan.
 
Karya-karya Merapi-Merbabu juga mengilhami budaya sastra yang unggul di [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Kesultanan Yogyakarta]] dan [[Keraton Surakarta Hadiningrat|Keraton Surakarta]]. Sebagai contoh, banyak naskah-naskah Merapi Merbabu yang kelak, pada abad 18 M dan 19 M digubah dan dimodifikasi oleh para Pujangga Keraton Surakarta.
 
== Lihat juga ==
 
* [[Aksara Buda]], aksara yang digunakan untuk menulis naskah-naskahnaskapada periode yang lebih baru, di abad 18 M dan 19 M. h Merapi-Merbabu
 
== Referensi ==