Titthiya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Latar belakang: link Buddha Gotama |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(11 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Tentang|suatu istilah Pali dan Sanskerta untuk nonbuddhis|pandangan salah|Diṭṭhi|guru dalam kepercayaan Jainisme|Tirthankara}}[[Berkas:Jain meditation.jpg|jmpl|''Titthiya'' penganut agama [[Jainisme]] sedang bermeditasi.]]
{{Buddhisme|dhamma}}
{{Judul miring}}'''''Titthiya''''' ([[Pali]]; [[Sanskerta]]: '''''tīrthika''''') adalah istilah yang mengacu kepada orang-orang yang tidak berlindung kepada [[Tiga Permata|Triratna]] ([[Buddha]], [[Dhamma]], dan [[Saṅgha]]), yaitu para pengikut/penganut ajaran selain [[Buddhisme]] atau '''nonbuddhis'''.<ref>{{Cite journal|last=Brancaccio|first=Pia|date=1991|title=The Buddha and the Naked Ascetics in Gandharan Art A New Interpretation|url=https://www.jstor.org/stable/29756972|journal=East and West|volume=41|issue=1/4|pages=123|issn=0012-8376|jstor=29756972}}</ref><ref>{{Cite book|last=Jaini|first=Padmanabh S.|date=2000|url=https://books.google.com/books?id=HPggiM7y1aYC&pg=PA111|title=Collected Papers on Jaina Studies|publisher=Motilal Banarsidass Publ.|isbn=978-81-208-1691-6|language=en}}</ref><ref>{{cite book|last=Dhammajoti|first=KL|date=2007|title=Sarvāstivāda Abhidharma|location=Hong Kong|publisher=Centre of Buddhist Studies at the University of Hong Kong|isbn=978-988-99296-1-9|page=259}}</ref> Secara harfiah, kata ''titthiya'' berarti "penyeberang sungai" atau "yang berusaha menyeberangi arus ''[[Samsara|saṁsāra]]''".<ref>Keown, Damien. Oxford ''Dictionary of Buddhism'' (2004), hlm. 307.</ref> Dalam kamus-kamus Pali, ''titthiya'' juga didefinisikan sebagai "seorang guru sesat, penganut agama lain";<ref name=":1">{{Cite web|last=|date=2014-08-03|title=Titthiya: 3 definitions|url=https://www.wisdomlib.org/definition/titthiya#pali|website=Wisdom Library|language=en|access-date=2024-09-09}}</ref> "pengikut aliran lain, pengikut ajaran sesat";<ref>{{Cite web|title=Definitions for: titthiya|url=https://suttacentral.net/define/titthiya?lang=id|website=SuttaCentral|language=id|access-date=2024-09-09}}</ref> dan "penganut sekte lain, seorang yang sesat".<ref name=":1" />
Selain dalam [[Sastra Pali|kepustakaan Pāli]] aliran [[Theravāda]], istilah sepadannya dalam [[bahasa Sanskerta]], yaitu '''''tīrthika''''', juga digunakan dalam teks-teks [[Mahāyāna]] untuk merujuk kepada para penganut ajaran lain
Dalam teks biografis ''Aśokāvadāna'', para ''titthiya'' yang iri dengan ajaran Buddha yang dipromosikan oleh [[Asoka]] berkumpul dan berkata satu sama lain, "Jika raja Asoka ini terus menjadi pemuja Buddha, semua orang yang didorong olehnya juga akan menjadi pengikut Buddha." Mereka kemudian mendatangi rumah-rumah penduduk dan menyatakan bahwa agama mereka adalah agama yang benar dan agama Buddha tidak mengarah pada [[Kecerahan (Buddhisme)|kecerahan]].<ref>''Buddha'' pleh Manmatha Nath Dutt, hlm. 245.</ref>
Baris 24:
* ''Aññatitthiyā'' ("para ''titthiya'' lain"),
* ''Titthiyehi'' ''titthiyasāvakehi'' ("para petapa agama lain dan pengikutnya"),
* ''Nānātitthiyā'' ("yang mengikuti berbagai agama lain").{{br}}
* [[Dīgha Nikāya]] (DN):
Baris 93 ⟶ 94:
** [[Milindapañha]] (Mil):
*** Bāhirakathā (Mil 2)
Sebagai tambahan, penggunaan istilah tersebut juga dapat ditemukan dalam kitab [[Vibhaṅga]] (Vb 17)
=== Enam guru sesat ===
{{Infobox enam guru sesat}}
Istilah "enam guru sesat, enam kesesatan, enam ''tīrthika'', enam ''samaṇa'', atau enam ''śramaṇa''" merujuk pada enam pendiri ajaran sektarian ([[Bahasa Pali|Pāli]]: ''titthakara''; [[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: ''tīrthaṅkara'') sezaman [[Buddha Gautama|Buddha Gotama]] yang masing-masing mempunyai [[Pandangan (Buddhisme)|pandangan]] yang bertentangan dengan ajaran Buddha.<ref>{{Cite journal|last1=Green|first1=Arnold L.|last2=Coomaraswamy|first2=Ananda|date=1965|title=Buddha and the Gospel of Buddhism.|journal=The Journal of Asian Studies|volume=24|issue=3|pages=547|doi=10.2307/2050403|issn=0021-9118|jstor=2050403|hdl=2027/hvd.32044010328052|s2cid=171346113}}</ref><ref>{{Cite web|title=Six heretical teachers {{!}} Encyclopedia.com|url=https://www.encyclopedia.com/religion/dictionaries-thesauruses-pictures-and-press-releases/six-heretical-teachers|website=www.encyclopedia.com|access-date=2019-01-02}}</ref> Selain [[Nigaṇṭha Nāṭaputta]] (Mahāvīra), [[Tirthankara|''tīrthaṅkara'']] ajaran [[Jainisme]] ke-24, lima guru sesat lainnya dianggap sebagai penganut beberapa atau bentuk pandangan yang menyatakan bahwa perbuatan baik atau buruk tidak signifikan (''akiriyavāda'').<ref name=":2">{{Cite
Enam guru sesat dan pandangan mereka terhadap [[filsafat India]] dijelaskan secara rinci dalam [[Samaññaphala Sutta]] dari [[Dīghanikāya|Dīgha Nikāya]] dalam [[Tipiṭaka Pāli|Tipitaka Pali]].<ref>{{Cite book|last=Alex.|first=Wayman|date=1997|title=Untying the knots in Buddhism : selected essays|publisher=Motilal Banarsidass Publishers|isbn=978-8120813212|oclc=925708140}}</ref> Dari sudut pandang tradisi [[Buddhisme]], enam guru sesat dikalahkan oleh Buddha dalam kontes perdebatan penuh mukjizat yang dikenal dengan "[[Mukjizat di Savatthi]]", sebagaimana tertera dalam kitab [[Dhammapada]]-[[Komentar (Theravāda)|aṭṭhakathā]].
Baris 109 ⟶ 110:
==== Pūraṇa Kassapa (Pūrṇa Kāśyapa) ====
Guru spiritual pertama yang ditanyai [[Ajatashatru|Ajātasattu]] adalah [[Pūraṇa Kassapa]]. Kassapa mengajukan teori ''akiriyāvāda'' (ajaran nonfungsional; tanpa-melakukan): perbuatan yang dianggap baik dan buruk tidak memiliki moralitas yang melekat dan dengan demikian tidak ada [[Karma dalam Buddhisme|konsekuensi masa depan]] dari melakukan perbuatan "baik" atau "buruk".<ref name=":
==== Makkhali Gosāla (Maskarī Gośālīputra) ====
[[Makkhali Gosāla]], guru kedua yang dikunjungi oleh [[Ajatashatru|Ajātasattu]], menganut ajaran non-kausalitas;<ref name=":12">{{Cite book|last=Velez de Cea|first=J. Abraham|date=2013-01-03|title=The Buddha and Religious Diversity|isbn=9780203072639|doi=10.4324/9780203072639}}</ref> pencapaian kondisi apa pun bergantung pada keadaan, takdir, atau alam, bukan pada kemauan manusia, dan peristiwa-peristiwa tidak memiliki akar penyebab.<ref>{{Cite book|last=Malalasekera|first=G. P.|year=2003|url=https://books.google.com/books?id=x8ObMQ1GGsUC&dq=Makkhali+Gos%C4%81la+six&pg=PA398|title=Dictionary of Pali Proper Names, Volume 1|location=|publisher=Asian Educational Services|isbn=9788120618237|pages=}}</ref><ref>{{Cite book|last=Sayadaw|first=Pa-Auk Tawya|year=2012|title=The Workings of Kamma|location=|publisher=Pa-Auk Meditation Centre (Singapore)|isbn=|pages=}}</ref> Seperti Pūrana Kassapa, Gosāla juga menyangkal keberadaan [[Karma dalam Buddhisme|karma]] dan buah karma (''vipāka''). Ajaran ini disamakan dengan [[fatalisme]] dan [[determinisme]].<ref name=":2" /> Ajarannya juga disebut ajaran ketiadaan sebab (''ahetukavāda''), ajaran pemurnian melalui [[samsara]] (''saṃsārasuddhivāda'').<ref>{{Cite web|title=Makkhali Gosāla|url=https://www.palikanon.com/english/pali_names/ma/makkhali_gosala.htm|website=
==== Ajita Kesakambalī (Ajita Keśakambala) ====
[[Ajita Kesakambalī]] disebutkan setelah Makkhali Gosāla sebagai guru ketiga yang disebutkan oleh [[Ajatashatru|Ajātasattu]]. Ia dianggap sebagai seorang [[Materialisme|materialis]] (''bhautikavādi''), [[Nihilisme|nihilis]] (''ucchedavādi''), dan penganut ajaran yang menolak bekerjanya karma (''akiriyavādi''). Kesakambalī berpendapat bahwa semua yang ada hanyalah proses fenomena alam dan dengan keras menolak keberadaan kehidupan apa pun setelah kematian;<ref name=":2" /> "Seorang manusia terbentuk dari [[Unsur (Buddhisme)|empat unsur]]', ketika ia meninggal, tanah kembali menjadi [[Gugusan (Buddhisme)|gugusan]] tanah, air menjadi air, api menjadi api, udara menjadi udara, dan [[Landasan indra|indra]] lenyap ke dalam ruang."
==== Pakudha Kaccāyana (Kakuda Kātyāyana) ====
[[Pakudha Kaccāyana]], guru keempat yang dirujuk oleh [[Ajatashatru|Ajātasattu]], adalah seorang kategorialis ([[Atomisme|atomis]]) yang berpendapat bahwa semua hal-ihwal terbuat dari tujuh [[Unsur (Buddhisme)|unsur]] yang kekal, yaitu unsur tanah, api, udara, air,
==== Nigaṇṭha Nāṭaputta (Nirgraṇṭha Jñātiputra) ====
[[Nigaṇṭha Nāṭaputta]]
Dalam Nigaṇṭha Sutta ([[Aṅguttara Nikāya|AN]] 10.78), Sang Buddha menguraikan sepuluh kualitas buruk penganut agama [[Jainisme]]:<ref>{{Cite web|title=AN 10.78: Nigaṇṭha Sutta|url=https://suttacentral.net/an10.78/|website=SuttaCentral|language=|access-date=2024-05-29}}</ref>
# Tidak memiliki [[Keyakinan dalam Buddhisme|keyakinan]] [terhadap [[Triratna]]] (''assaddhā'')
# [[Sīla|Dursila]] atau tidak bermoral (''dussīlā'')
Baris 140 ⟶ 141:
{{Blockquote|"Jika Anda bertanya kepada saya apakah ada dunia lain, dan jika saya pikir ada, saya akan menjawab demikian. Namun, saya tidak mengatakan demikian. Saya tidak mengatakan bahwa itu begini atau begitu; saya tidak mengatakan bahwa itu sebaliknya; saya tidak mengatakan bahwa saya mengingkarinya; saya tidak mengatakan bahwa saya tidak mengingkarinya; saya tidak mengatakan bahwa ada, tidak ada, ada-dan-tidak-ada, tidak-ada-dan-bukan-tidak-ada, dunia lain. Jika Anda bertanya kepada saya apakah ada makhluk yang lahir secara spontan ... ''(pengulangan jawaban)'' ..., apakah ada buah, hasil, dari perbuatan baik atau buruk ... ''(pengulangan jawaban)'' ..., apakah seseorang yang telah memenangkan kebenaran akan terus ada setelah kematian ... ''(pengulangan jawaban)''"}}
Belaṭṭhiputta tidak memberikan jawaban yang jelas kepada Ajātasattu atas pertanyaannya sehingga beberapa cendekiawan mengaitkannya dengan [[Ajñana]], sebuah aliran [[Agnostisisme|agnostik]] dalam [[filsafat India]] yang menyatakan bahwa segala pengetahuan [[metafisika]] mustahil diperoleh.<ref>{{Cite book|year=1959|title=Lokayata A Study In Ancient Indian Materialism|publisher=People's Publishing House|isbn=978-8170070061|pages=504–518}}</ref> Sañjaya Belaṭṭhaputta juga disebut sebagai seorang [[Skeptisisme|skeptis]]. Ia menolak dan juga membenarkan suatu ajaran sebagai hal yang positif atau negatif. Jawaban yang diberikan rancu, kacau, berbelit-belit, dan tidak relevan dengan pertanyaannya. Jawaban semacam itu disebut dengan istilah "geliat belut".<ref name=":2" />
== Mahāyāna ==
Baris 148 ⟶ 149:
{{Verse translation|昔色究竟天魔醯首羅知勝城,無動明王與外道論
...
時有九十五'''種外道'''|“Pada zaman dahulu, terdapatlah dewa penganut '''ajaran sesat (''tīrthika'')''' bernama [[Iswara|Mahesvara]]. Acalanatha Vidyaraja berdebat melawan para
Ketika itu, di antara mereka terdapat 95 aliran '''ajaran sesat (''tīrthika'')'''.|attr1=[[Tripitaka Taishō]] 1206|italicsoff=y}}
=== Sutra Mahāyāna Mahāparinirvāṇa ===
Dalam [[Mahāyāna Mahāparinirvāṇa Sūtra]], dijelaskan:<ref>{{Cite web|last=|date=2013-05-27|title=Mahayana Mahaparinirvana Sutra: On Holy Actions (b) [Chapter XX]|url=https://www.wisdomlib.org/buddhism/book/the-mahayana-mahaparinirvana-sutra/d/doc59422.html|website=Wisdom Library|language=en|access-date=2024-12-30}}</ref>
{{Blockquote|[[Mañjuśrī]] berkata: "Sang Buddha berkata bahwa jalan tunggal adalah jalan yang murni dan tidak mungkin ada dua jalan. Semua '''''tīrthika''''' juga mengatakan bahwa mereka memiliki satu jalan dan tidak ada dua jalan. Jika jalan tunggal adalah kebenaran sejati, apa bedanya dengan apa yang dikatakan para '''''tīrthika'''''? Jika tidak ada perbedaan, tidak mungkin ada satu jalan tunggal yang murni." Sang Buddha berkata: "Wahai orang baik! Semua '''''tīrthika''''' memiliki dua kebenaran tentang penderitaan dan penyebab penderitaan. Mereka tidak memiliki kebenaran tentang kepunahan dan Jalan. Mereka memikirkan kepunahan di mana tidak ada kepunahan; mereka memikirkan Jalan di mana tidak ada Jalan; mereka memikirkan hasil di mana tidak ada hasil; mereka memikirkan penyebab di mana tidak ada penyebab. Jadi, mereka tidak memiliki satu jalan tunggal yang murni."|Mahāyāna Mahāparinirvāṇa Sūtra}}
=== Sutra Maha Kesadaran Sempurna ===
Selain itu, istilah ''tīrthika'' juga digunakan dalam
{{Blockquote|Ada sebagian umat yang bernasib kurang mujur. Meskipun selama ini mereka telah bertekad menuntut Dharma, namun malang sekali, semua guru yang ditemuinya adalah '''guru yang berpandangan sesat (Guru ''Tīrthika'')'''. Mereka dengan susah-payah berjuang seumur hidup, tapi tetap saja sulit mencapai kesadaran yang sempurna, juga sulit memperoleh jati-diri Paripurnabuddhi yang dimilikinya sejak awal itu. Inilah yang dinamakan Tirthikagotra. Kendati pun mereka adalah sekelompok murid sesat yang berpikiran sesat dan enggan mengubah jalan sesat menuju ke jalan yang benar, namun kesalahan itu bukan dari si murid, melainkan dari Sang Guru, dan Sang Guru-lah yang harus mempertanggung jawabkannya. Inilah Gotra yang Berakar Tidak Baik atau dengan kata lain Icchantikagotra."{{br}}
...{{br}}Kemudian, kalian boleh dengan khidmat menyatakan diri akan mengikuti jejak para Arya menjadi seorang Bodhisattva, lalu mengucapkan kata-kata dari Pranidhana (Janji Setia) sebagai berikut: O, Hyang Tathāgata! Namo Ratna Trayaya! Lindungilah aku! Bantulah aku agar mulai sekarang dapat ditempatkan di Alam Bodhisattvayāna, di Alam Bodhi yang dimiliki para Tathāgata! Dan kuharap dapat memperoleh kesempatan yang baik agar selama aku menuntut Dharma bisa menemukan Sang Tokoh Dharma yang bijak, bukan para '''Guru ''Tīrthika'' atau ''yāna-yāna'' yang lain'''. Aku bertekad dengan cita-cita yang suci, setahap demi setahap melepaskan berbagai Halangan hingga bersih tuntas. O, Hyang Tathāgata! Namo Ratna Trayaya! Apabila cita-citaku tercapai, aku akan dengan lahir-batin yang telah bebas, pergi menghadap Istana Dharma yang paling suci dan agung. Aku akan dengan Maha Kesadaran Diri menyaksikan Alam Bodhi yang demikian luas nan megah yang berasal dari jati-diri Paripurnabuddhi! Aku juga tidak akan melupakan tugasku dan bertekad kembali ke alam sengsara untuk menyelamatkan para umat di alamnya. Sekian!"|
=== Sutra Mulia Mahāyāna “Pertanyaan tentang Ketidakegoisan” ===
Baris 166 ⟶ 173:
{{Sindiran agama}}
{{Topik Buddhisme}}
__INDEKS__
|