Keroncong: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
k Membatalkan 1 suntingan by 180.253.187.232 (bicara) (TW)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(13 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 10:
| alt =
| caption =
| stylistic_origins = [[Musik folkFado]] Barat(musik daerah Portugis)
| cultural_origins = Abad ke-16 ([[Sunda Kelapa]] dan [[Maluku]])
| instruments = {{hlist|[[Suling]]|[[gitar akustik]]|[[gitar bass]]|[[ukulele]]|[[biola]]|[[cello]]|[[kontrabas]]}}
Baris 27:
 
== Asal usul ==
Akar keroncong berasal dari sejenis musik [[Portugal|Portugis]] yang dikenal sebagai [[fado]] yang diperkenalkan oleh para pelaut dan [[budak]] kapal niaga bangsa itu sejak abad ke-16 ke [[Nusantara]]. Dari daratan [[India]] ([[Goa]]) masuklah musik ini pertama kali di [[Melaka|Malaka]] dan kemudian dimainkan oleh para budak dari [[Maluku]]. Melemahnya pengaruh Portugis pada abad ke-17 di Nusantara tidak dengan serta-merta berarti hilang pula musik ini. Bentuk awal musik ini disebut ''moresco'' (sebuah tarian asal [[Spanyol]], seperti polka agak lamban ritmenya), di mana salah satu lagu oleh [[Kusbini]] disusun kembali kini dikenal dengan nama Kr. Muritsku, yang diiringi oleh alat musik dawai. Musik keroncong yang berasal dari [[Tugu]] disebut keroncong Tugu. Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan [[seruling]] serta beberapa komponen [[gamelan]]. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke [[Semenanjung Malaka|Semenanjung Malaya]]. Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik populer (musik [[rock]] yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya grup musik [[Beatles]] dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia dan [[Malaysia]] hingga sekarang.
 
== Fado, Gereja Protestan dan Musik Keroncong ==
 
Musik Keroncong <ref>Sunaryo Joyopuspito, ''MUSIK KERONCONG: Suatu Analisis Berdasarkan Teori Musik'', Bina Musik Remaja - Jakarta 2006.</ref> masuk ke Indonesia sekitar tahun 1512, yaitu pada waktu ekspedisi Portugis pimpinan [[Afonso de Albuquerque]] datang ke [[Malaka]] dan [[Maluku]] tahun 1512. Tentu saja para pelaut Portugis membawa lagu jenis ''[[Fado]]'', yaitu lagu rakyat Portugis bernada Arab (tangga nada minor, karena orang ''[[Moor]] Arab'' pernah menjajahmenguasai Portugis/Spanyol tahun 711 - 1492. Lagu jenis Fado masih ada di [[Amerika Latin]] (bekas jajahan Spanyol), seperti yang dinyanyikan Trio [[Los Panchos]] atau [[Los Paraguayos]], atau juga lagu di [[SumatraSumatera Barat]] (budaya Arab) seperti ''Ayam Den Lapeh''.
 
Pada tahun 1661, administrasi [[VOC]] membebaskan tawanan Portugis dan budak asal Goa ([[India]]) di Kampung Tugu dengan syarat mereka harus pindah agama dari [[Gereja Katolik Roma|Katolik]] menjadi [[Protestanisme|Protestan]], sehingga kebiasaan menyanyikan lagu Fado menjadi harus bernyanyi seperti dalam Gereja Protestan, yang pada ''tangga nada mayor''.
 
Selanjutnya pada tahun 1880 Musik Keroncong lahir, dan awal ini Musik Keroncong juga dipengaruhi lagu [[Hawai]] yang dalam tangga nada mayor, yang juga berkembang pesat di Indonesia bersamaan dengan Musik Keroncong (lihat Musik ''Suku Ambon'' atau ''The Hawaian Seniors'' pimpinan ''[[Hoegeng Imam Santoso|Jenderal Polisi HugengHoegeng]]'').
 
== Alat-alat musik ==
Dalam bentuknya yang paling awal, moresco diiringi oleh musik dawai, seperti [[biola]], [[ukulele]], serta [[selo]]. Perkusi juga kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam ini masih dipakai oleh keroncong Tugu, bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh komunitas keturunan budak Portugis dari [[Ambon]] yang tinggal di Kampung Tugu, [[Jakarta Utara]], yang kemudian berkembang ke arah selatan di [[Kemayoran, Jakarta Pusat|Kemayoran]] dan [[Gambir, Jakarta Pusat|Gambir]] oleh orang Betawi berbaur dengan musik [[Tanjidor]] (tahun 1880-1920). Tahun 1920-1960 pusat perkembangan pindah ke [[Solo]], dan beradaptasi dengan irama yang lebih lambat sesuai sifat [[Suku Jawa|orang Jawa]].
 
Pem-"pribumi"-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-alat musik seperti
Baris 47:
* [[gong]].
 
Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup:
* [[ukulele]] ''cuk'', berdawai 3 ([[nilon]]), urutan nadanya adalah G, B, dan E; sebagai alat musik utama yang menyuarakan ''crong'' - ''crong'' sehingga disebut keroncong (ditemukan tahun 1879 di [[Hawai]], dan merupakan awal tonggak mulainya musik keroncong)
* ukulele ''cak'', berdawai 4 ([[baja]]), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan [[tangga nada]] C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan ''in F'');
Baris 53:
* [[biola]] (menggantikan Rebab); sejak dibuat oleh ''Amati'' atau ''Stradivarius'' dari ''Cremona Itali'' sekitar tahun ''1600'' tidak pernah berubah modelnya hingga sekarang;
* [[flute]] (mengantikan Suling Bambu), pada ''Era Tempo Doeloe'' memakai ''Suling Albert'' (suling kayu hitam dengan lubang dan klep, suara agak patah-patah, contoh orkes Lief Java), sedangkan pada ''Era Keroncong Abadi'' telah memakai ''Suling Bohm'' (suling metal semua dengan klep, suara lebih halus dengan ornamen nada yang indah, contoh flutis ''Sunarno dari Solo'' atau ''Beny Waluyo dari Jakarta'');
* [[selo]]; betot menggantikan kendang, juga tidak pernah berubah sejak dibuat oleh ''Amati'' dan ''Stradivarius'' dari ''Cremona ItaliItalia 1600'', hanya saja dalam keroncong dimainkan secara khas ''dipetik/pizzicato'';
* [[kontrabas]] (menggantikan Gong), juga bas yang dipetik, tidak pernah berubah sejak ''Amati'' dan ''Stradivarius'' dari ''Cremona ItaliItalia 1600'' membuatnya;
 
Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang kontrapuntis dan selo yang ritmis mengatur peralihan [[akord]]. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen bawah. Flut mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong.
Baris 64:
 
== Perkembangan musik keroncong masa kini ==
Setelah mengalami evolusi yang panjang sejak kedatangan orang Portugis di Indonesia (1522) dan permukiman para budak di daerah Kampung Tugu tahun 1661 ,<ref>Masyarakat Toegoe, komunitas keturunan Portugis di pinggiran Jakarta http://www.krontjongtoegoe.com/ {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100207151950/http://www.krontjongtoegoe.com/ |date=2010-02-07 }}</ref><ref>Prof. Victor Ganap, "KERONTJONG TOEGOE", ISI Yogyakarta 2011</ref>,
dan ini merupakan '''masa evolusi awal musik keroncong yang panjang (1661-1880)''', hampir dua abad lamanya, namun belum memperlihatkan identitas keroncong yang sebenarnya dengan suara ''crong-crong-crong'', sehingga boleh dikatakan '''musik keroncong belum lahir tahun 1661-1880'''.
 
Dan akhirnya '''musik keroncong mengalami masa evolusi pendek terakhir sejak tahun 1880 hingga kini''', dengan tiga tahap perkembangan terakhir yang sudah berlangsung dan satu perkiraan perkembangan baru (keroncong millenium). Tonggak awal adalah pada tahun 1879 ,<ref>"Ukulele History" http://www.sheetmusicdigital.com/ukulelehistory.asp {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20061025024028/http://www.sheetmusicdigital.com/ukulelehistory.asp |date=2006-10-25 }}</ref>, di saat penemuan [[ukulele]] di Hawai <ref>"A Little history of Ukulele" http://www.geocities.com/~ukulele/history.html</ref> yang segera menjadi alat musik utama dalam keroncong (suara ukulele: ''crong-crong-crong''), sedangkan awal keroncong millenium sudah ada tanda-tandanya, namun belum berkembang (Bondan Prakoso).
Empat tahap masa perkembangan tersebut adalah<ref>Sunaryo Joyopuspito, ''Ibid''</ref>
Baris 80:
Pada waktu itu lagu Stambul berirama cepat (sekitar meter 120 untuk satu ketuk seperempat nada), di mana Warga [[Kampung Tugu]] maupun [[Kusbini]] menyebut sebagai ''Keroncong Portugis'', sedangkan [[Gesang]] menyebut sebagai ''Keroncong Cepat'', dan berbaur dengan Tanjidor yang asli Betawi. Pada masa ini dikenal para musisi Indo, dan pemain biola legendaris adalah M. Sagi (perhatikan rekaman [[Idris Sardi]] main biola lagu Stambul II Jali-jali berdasarkan aransemen dari M. Sagi). Seperti diketahui bahwa panjang lagu stambul adalah 16 birama, yang terdiri atas:
 
==== Stambul I: ====
Lagu ini misalnya Terang Bulan, Potong Padi, Nina Bobo, Sarinande, O Ina Ni Keke, Bolelebo, dll. dengan struktur bentuk A - B - A - B atau A - B - C - D (16 birama):
 
==== Stambul II: ====
Lagu ini misalnya Si Jampang, Jali-Jali, di mana masuk pada Akord IV sebagai ciri Stambul II dengan struktur A - B - A - C (16 birama):
* |I . . . |. . . . |. . . . |IV,,, | (tanda . artinya tacet)
Baris 90:
* |,,,, |,,,, |,,,, |I,,, ||
 
==== Stambul III: ====
Lagu ini misalnya Kemayoran, di mana mirip dengan Keroncong A sli sehingga sering salah diucapkan dengan Kr. Kemayoran, yang seharusnya Stambul III Kemayoran, dengan struktur Prelude - A - Interlude - B - C (16 birama):
* Pr|I,,, |,,,, | '''''Prelude''''' 2 birama
Baris 104:
 
=== Masa keroncong abadi (1920-1960) ===
Pada masa ini panjang lagu telah berubah menjadi 32 birama, akibat pengaruh musik pop Amerika yang melanda lantai dansa Hotel2Hotel-hotel di Indonesia pada waktu itu, dengan musisi didominasi dari Filipina (sptseperti Pablo, Sambayon, dll), dan berakibat juga lagu pada waktu itu telah 32 birama juga, perhatikan lagu Indonesia Raya (diciptakan tahun 1924) pada waktu itu juga sudah 32 birama. Selanjutnya pusat perkembangan beralih ke timur mengikuti jaringan kereta api melalui Solo dan iramanya juga lebih lamban (sekitar 80 untuk seperempat nada) dengan kendangan cello mirip kendangan gamelan, dan permainan gitar melodi mirip alunan siter musik gamelan yang kontrapuntis. Masa ini lahir para musisi Solo, seperti [[Gesang]] dan penyanyi legendaris [[Annie Landouw]]. Lagu Keroncong Abadi terdiri atas: Langgam Keroncong, Stambul Keroncong, dan Keroncong Asli.
 
==== Langgam Keroncong ====
Baris 113:
* Verse A |V7,,, |I,,, | IV, V7, | I,,, | I,,, | V7,,, | V7,,, | I,,, |
 
==== Stambul Keroncong: ====
Stambul Keroncong berbentuk (A-B-A-B') x 2 = 16 birama x 2 = 32 birama, merupakan modifikasi Stambul II yang 16 birama menjadi 32 birama (menyesuaikan standar Keroncong Abadi yang 32 birama). Stambul merupakan jenis keroncong yang namanya diambil dari bentuk sandiwara yang dikenal pada akhir abad ke-19 hingga paruh awal abad ke-20 di Indonesia dengan nama ''Komedi stambul''. Nama "stambul" diambil dari [[Istambul]] di [[Turki]].
 
Baris 154:
 
'''Masa Keemasan''' (The Golden Age).
Pada tahun 1952, [[Radio Republik Indonesia]] (RRI) menyelenggarakan perlombaan ''[[Bintang Radio]]'' dengan 3 jenis, Keroncong, Hiburan dan Seriosa. Di sanmping itu juga dilombakan mencipta lagu keroncong, salah satu pememnag adalah Musisi Kusbini dengan lagu Keroncong Pastoral. Pada masa akhir dari Keroncong Abadi (1920-1960) ini merupakan Masa Keemasan (Golden Age) bagi musik keroncong.
 
=== Masa keroncong modern (1960-2000) ===
Baris 187:
=== Masa keroncong millenium (2000-kini) ===
 
Walaupun musik keroncong dipada era millenium (tahun 2000-an) belum menjadi bagian dari industri musik pop Indonesia, tetapi beberapa pihak masih mengapresiasi musik keroncong. Kelompok musik Keroncong Merah Putih,<ref>{{cite web |title=Dies Emas ITB: Keroncong Merah Putih, Bukan Hanya untuk Orangtua |url=http://www.itb.ac.id/news/2378.xhtml |date= |work= |publisher=Berita Institut Teknologi Bandung |accessdate=2010-12-14}}</ref>, kelompok keroncong berbasis Bandung masih cukup aktif melakukan pertunjukan. Selain itu, [[Bondan Prakoso]] dan grupnya Bondan Prakoso & Fade 2 Black, menciptakan komposisi berjudul "Keroncong Protol" yang berhasil memadukan musik gaya rap dengan musik latar belakang irama keroncong.
Pada tahun 2008 @ Solo International Keroncong Festival, [[Harmony Chinese Music Group]] membuat suasana lain dengan memasukan unsur alat musik tradisional Tionghoa dan menamainya sebagai Keroncong Mandarin.<ref>(Indonesia) Kompas, “Bengawan Solo" dalam Musik Tradisional China” <http://nasional.kompas.com/read/2008/12/13/01194152/quotbengawan.soloquot.da</ref> [[Congrock 17]] menggabungkan dan memadukan musik rok dan musik keroncong.<ref>https://www.kompas.com/hype/read/2019/11/07/185755866/congrock-17-jadi-penampil-pembuka-konser-mltr-di-semarang</ref>
 
Baris 204:
 
=== Riwayat Publikasi ===
Diantara para penulis asing, nama-nama seperti De Haan, Manusama, dan Piegaud dikenal sebagai penulis asing yang pernah membahas musik Keroncong.<ref name="DMIDKR3">{{Cite book|last=Suadi|first=Haryadi|date=November 2017|title=Djiwa Manis Indoeng Disajang|location=Bandung|publisher=Kiblat Buku Utama|isbn=978-979-8004-06-3|pages=15|url-status=live}}</ref> Sebagai pelopor, Manusama menuangkan pandangannya terkait musik ini melalui terbitan buku berjudul "''Kerontjong als muziek instrument als melodie en als gezang'' (Keroncong: sebagai waditra musik, sebagai melodi, dan sebagai nyanyian)" pada tahun 1919.<ref name="DMIDKR3"/> Di buku ini ia membahas tentang asal-usul musik Keroncong dan juga Stambul.<ref name="DMIDKR3"/> Manusama memandang bahhwa musik ini merupakan jenis musik yang populer dan hidup subur di Pulau Jawa.<ref name="DMIDKR3"/> Ia juga menuangkan pandangannya bahwa musik ini memiliki mutu yang tinggi, keindahan, dan serasi dengan suasana belahan dunia Timur.<ref name="DMIDKR3"/> Pigeaud melalui artikelnya, "''Over Den Huidigen Stand van De Toonel en Danskunts an de Muziek Beoveningen op Java''" (Djawa, 1932) pernah secara singkat membahas jeni musik ini.<ref name="DMIDKR3"/> Melalui buku "''Oud Batavia''" (1923), De Haan membahas musik Keroncong dengan lebih luas, misalnya bagaimana perubahannya dari jenis aslinya yang dibawa dari Portugis hingga menjelma sebagai Keroncong, Stambul, dan Irama Melayu.<ref name="DMIDKR3"/> Hal-hal yang kurang dibahas oleh terbitan-terbitan ini ialah para pelaku musik Keroncong dipada masa itu, seperti penyanyi, pencipta lagu, dan perkumpulan-perkumpulan orkesnya.<ref name="DMIDKR3"/>
 
Pada tahun 1940 buku berjudul "Djempolan Radio" terbit.<ref name="DMIDKR4">{{Cite book|last=Suadi|first=Haryadi|date=November 2017|title=Djiwa Manis Indoeng Disajang|location=Bandung|publisher=Kiblat Buku Utama|isbn=978-979-8004-06-3|pages=16|url-status=live}}</ref> Buku yang diterbitkan oleh Penerbit Kabe Yogyakarta ini menuliskan juga riwayat para seniman yang namanya lekat dengan musik Keroncong, misalnya Miss Netty, Miss Sulami, Miss Rukiah, Kartolo, Miss Titing, Miss Annie Landouw, juga grup orkes Keroncong bernama Lief Java.<ref name="DMIDKR4"/> Selain itu, ada pula jenis terbitan yang memuat lirik dan partitur nyanyian lagu-lagu Keroncong dan Stambul.<ref name="DMIDKR5">{{Cite book|last=Suadi|first=Haryadi|date=November 2017|title=Djiwa Manis Indoeng Disajang|location=Bandung|publisher=Kiblat Buku Utama|isbn=978-979-8004-06-3|pages=17|url-status=live}}</ref> Buku berjudul "Buku penoentoen ja'itoe jang terpakai akan njanjian peroenga dan moeriskoe dari anak bestari" karangan H. Krafft yang terbit pada tahun 1893 diperkirakan sebagai terbitan bermuatan lagu paling tua.<ref name="DMIDKR5"/> Kemudian ada pula buku "TTH's Kerontjong dan Stamboel Album" (1927) terbitan Toko "Tio Tek Hong". Buku yang teridri dari 8 jilid ini memuat 35 lagu keroncong dan stambul lama serta baru di jilid 1-4.<ref name="DMIDKR5"/> Lalu, "Lagoe-Lagoe Fur Pianoforte componirt von Paul J. Seelig" (tahun tidak diketahui) memuat 6 buah lagu hiburan, yaitu "Stamboel", "Rangoe-rangoe", "Glatik Nineer", "Lagoe Parsie", "Abdoelmoeloek", dan "Sipat Mo".<ref name="DMIDKR5"/> Terakhir, "''Verzameling van diverse krontjong liederen''" yang diterbitkan oleh Musik Handel Naesens & Co Tujungan Surabaya memuat lagu Keroncong daerah seperti "Kole-kole", "O Ina Ni Keke", "Patokaan", "Hura Cincin", "Sayang Kane", serta 2 lagu Portugis yakni "Terang Bulan" dan "Nina Bobo".<ref name="DMIDKR5"/>
Baris 212:
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Bacaan lanjutan ==
* ''[https://folkways.si.edu/music-of-indonesia-series Music of Indonesia] [Series].'' Ed. by Philip Yampolsky. Washington, DC: Smithsonian/Folkways, 1990–1999. 20 Compact Discs with Liner Notes. Bibliography.
** Vol. 2 (1991): Indonesian Popular Music: Kroncong, Dangdut, & Langgam Jawa.
 
== Pranala luar ==
Baris 224 ⟶ 228:
[[Kategori:Keroncong| ]]
[[Kategori:Genre musik]]
[[Kategori:MusikGaya dimusik Indonesia]]