Anussati: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k clean up |
||
(21 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 12:
Tiga jenis perenungan:
:* Perenungan terhadap [[Siddhattha Gotama|Buddha]] (Pali: ''buddhānussati'')
:* Perenungan terhadap [[Dhamma]] (''{{lang|pi|dhammānussati}}'')
:* Perenungan terhadap [[Sangha]] (''{{lang|pi|saṅghānussati}}''){{efn|For an example, see reference to this type of recollection in ''[[Dhammapada]]'', Ch. 21, vv. 296-8{{sfnp|Buddharakkhita|1996}}}}
Kitab [[Dhammapada]] (syair 296, 297 dan 298) menyatakan bahwa [[Sāvaka|para siswa Buddha]] yang terus-menerus berlatih mengingat [[Triratna]] “akan selalu [[Bodhi|terbangun]] dengan bahagia”.{{Sfnp|Buddharakkhita|1996}} Menurut kitab [[Theragāthā]], praktik seperti itu akan membawa pada "puncak [[Kegembiraan (Buddhisme)|kegembiraan]] yang berkelanjutan".{{Sfnp|Thanissaro|2002}}
Baris 27:
:* Perenungan terhadap Sangha
:* Perenungan terhadap [[Sila (Buddhisme)|sila]] (Pali: ''{{Lang|pi|sīlānussati}}'')
:* Perenungan terhadap [[Dewa (Buddhisme)|para dewa]] (''{{Lang|pi|devatānussati}}
Menurut Sang Buddha, bagi seseorang yang mempraktikkan perenungan seperti ini: "batinnya menjadi tenang, dan kegembiraan muncul; [[Pengotor batin|kekotoran]] dalam pikirannya ditinggalkan".{{Sfnp|Thanissaro|1997b}}
Baris 60:
== Perenungan terhadap Buddha (''Buddhānussati'') ==
{{Anchor|Buddhānussati|Buddhanussati|Perenungan terhadap Buddha}}Kitab [[Aṅguttaranikāya|Aṅguttara Nikāya]] menyampaikan syair (''{{Lang|pi|[[Gatha (India)|
{{blockquote|
Telah dikemukakan bahwa perenungan terhadap Sang Buddha yang diidentifikasi dalam [[Tripitaka Pali]] milik [[Theravāda]] mungkin menjadi dasar bagi perenungan visual yang lebih rumit, yang merupakan ciri khas dalam [[Buddhisme Tibet]].{{Sfnp|Kamalashila|1996|p=227}}{{Efn|For an example of the subject of a typically Tibetan Buddhist visualisation, see [[Tara (Buddhism)]].}}
{{Anchor|Dhammānussati|Dhammanussati|Perenungan terhadap Dhamma}}Kitab [[Aṅguttaranikāya|Aṅguttara Nikāya]] menjelaskan syair berikut untuk merenungi {{Lang|pi|Dhamma}} (ajaran Buddha):
{{blockquote|
Ajaran Sang Buddha (Dhamma) memiliki enam kualitas utama:
* '''{{Lang|pi|Svākkhāto}}''' ("telah sempurna dibabarkan"). Ajaran Buddha tidak dipandang sebagai filsafat spekulatif, melainkan pemaparan [[Niyāma|Hukum Alam]] yang berdasarkan analisis sebab-akibat fenomena alam. Oleh karena itu, ajaran Buddha dipandang oleh umat Buddha sebagai suatu ilmu pengetahuan, bukan sebatas sistem kepercayaan sektarian. [[Pariyatti, paṭipatti, paṭivedha|Pemahaman penuh]] ([[Bodhi|kecerahan]]) terhadap ajaran tersebut mungkin memerlukan waktu yang bervariasi, tetapi umat Buddha secara tradisional mengatakan bahwa jalan pembelajarannya "indah di awal (''[[Sila (Buddhisme)|sīla]]''; 'prinsip moral'), indah di pertengahan (''[[Samādhi (Buddhisme)|samādhi]]''; 'konsentrasi'), dan indah di akhir (''[[Kebijaksanaan (Buddhisme)|paññā]]''; 'kebijaksanaan')".{{Sfnp|Goenka|2003}}
* '''{{Lang|pi|Sandiṭṭhiko}}''' (
:"{{lang|pi|Thathagathappavedito bhikkave dhamma vinayo vivato virochathi, no patichchanto.}}"
:"The Dhamma [[vinaya]] of the [[Tathagata]] shines when opened for scrutiny, not when kept closed."
:[[Aṅguttara Nikāya|Anguttara Nikayo]], Thika Nipatho, Harandu vaggo, Sutta 9}}
* '''{{Lang|pi|Akāliko}}''' (
* '''{{Lang|pi|Ehipassiko}}''' ("
* '''{{Lang|pi|Opanayiko}}''' ("menuntun ke dalam batin"). Jika dipraktikkan sebagai bagian dari kehidupan seseorang, Dhamma akan menuntun seseorang menuju [[Nirwana|pembebasan]]. Dalam kitab [[Visuddhimagga]] pascakanonis, hal ini juga disebut sebagai "[[Upawita|''Upanayanaṁ'']]." ''Opanayiko'' berarti "dibawa ke dalam batin sendiri". Hal ini dapat dipahami dengan analogi sebagai berikut. Jika seseorang mengatakan bahwa mangga yang sudah matang rasanya lezat, dan jika beberapa orang mendengar dan mempercayainya, mereka akan membayangkan rasa mangga tersebut berdasarkan pengalaman mereka sebelumnya dengan mengacu pada mangga lezat lainnya. Namun, mereka tetap tidak akan benar-benar tahu persis seperti apa rasa mangga tersebut. Selain itu, jika ada orang yang belum pernah mencicipi mangga matang sebelumnya, orang tersebut tidak akan dapat mengetahui sendiri secara pasti seperti apa rasanya. Jadi, satu-satunya cara untuk mengetahui rasa yang tepat adalah dengan mengalaminya sendiri. Dengan cara yang sama, Dhamma dikatakan sebagai ''opanayiko,'' yang berarti bahwa seseorang perlu mengalaminya sendiri untuk dapat memahaminya dengan tepat.
* '''{{Lang|pi|Paccattaṃ veditabbo viññūhi}}''' ("
Mengetahui kualitas-kualitas ini, umat Buddha yakin bahwa mereka akan mencapai kedamaian dan kebahagiaan tertinggi ([[Nirwana]]) melalui praktik {{Lang|pi|Dhamma}}. Oleh karena itu, setiap orang bertanggung jawab penuh atas dirinya sendiri untuk [[Pariyatti, paṭipatti, paṭivedha|mengamalkannya secara nyata]]. Di sini, Sang Buddha diumpamakan sebagai seorang dokter yang berpengalaman dan terampil, dan {{Lang|pi|Dhamma}} diumpamakan sebagai pengobatan yang tepat. Betapapun efisiennya dokter atau betapapun hebatnya obat, pasien tidak dapat disembuhkan kecuali mereka minum obat dengan benar. Jadi, praktik {{Lang|pi|Dhamma}} adalah satu-satunya jalan untuk mencapai pembebasan akhir, yaitu Nirwana.▼
{{Anchor|Saṅghānussati|Sanghanussati|Perenungan terhadap Sangha}}Kitab [[Aṅguttara Nikāya]] menyajikan syair-syair berikut untuk merenungi
{{blockquote|''‘suppaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho, ujuppaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho, ñāyappaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho, sāmīcippaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho, yadidaṁ cattāri purisayugāni aṭṭha purisapuggalā, esa bhagavato sāvakasaṅgho āhuneyyo pāhuneyyo dakkhiṇeyyo añjalikaraṇīyo anuttaraṁ puññakkhettaṁ lokassā’ti.''{{br}}{{br}}"Saṅgha para siswa Sang Bhagavā mempraktikkan jalan yang baik, mempraktikkan jalan yang lurus, mempraktikkan jalan yang benar, mempraktikkan jalan yang selayaknya; yaitu empat pasang makhluk, delapan jenis individu - Saṅgha para siswa Sang Bhagavā ini layak menerima [[Dāna|pemberian]], layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima penghormatan, lahan [[Kebajikan (Buddhisme)|jasa]] yang tiada taranya di [[Loka (Buddhisme)|dunia]]."|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.11-12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
{{blockquote|''‘lābhā vata me, suladdhaṁ vata me, yassa me kalyāṇamittā anukampakā atthakāmā ovādakā anusāsakā’ti.''{{br}}{{br}}Sungguh suatu keberuntungan dan nasib baik bagiku bahwa aku memiliki teman-teman baik yang [[Karuna (Buddhisme)|berbelas kasihan]] padaku, yang menginginkan kebaikanku, yang menasihati dan mengajariku.|Nandiya Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.13){{sfnp|Sujato|2015}}}}
▲Di sini, Sang Buddha diumpamakan sebagai seorang dokter yang berpengalaman dan terampil, dan {{Lang|pi|Dhamma}} diumpamakan sebagai pengobatan yang tepat. Betapapun efisiennya dokter atau betapapun hebatnya obat, pasien tidak dapat disembuhkan kecuali mereka minum obat dengan benar. Jadi, praktik {{Lang|pi|Dhamma}} adalah satu-satunya jalan untuk mencapai pembebasan akhir, yaitu Nirwana.
Berlatih dengan baik, atau berlatih dengan integritas, berarti berbagi apa yang telah dipelajari dengan orang lain.▼
▲Ajaran-ajaran ini berkisar dari pemahaman tentang ''{{Lang|pi|kamma}}'' ({{Terjemahan harfiah|perbuatan}}) dan mengembangkan kesan baik dalam batin seseorang, untuk mencapai kecerahan penuh dengan mengenali kualitas-kualitas batiniah.
Kitab [[Aṅguttara Nikāya]] menyajikan
{{blockquote|''... attano sīlāni anussareyyāsi akhaṇḍāni acchiddāni asabalāni akammāsāni bhujissāni viññuppasatthāni aparāmaṭṭhāni samādhisaṁvattanikāni.''{{br}}{{br}}"... engkau harus mengingat [[Sila (Buddhisme)|perilaku bermoralmu]] sendiri sebagai tidak rusak, tanpa cacat, tanpa noda, tanpa bercak, membebaskan, dipuji oleh para bijaksana, tidak digenggam, mengarah pada [[Samādhi (Buddhisme)|konsentrasi]]. Ketika seorang siswa mulia mengingat perilaku bermoralnya, pada saat itu batinnya tidak dikuasai oleh [[Nafsu (Buddhisme)|nafsu]], [[Kebencian (Buddhisme)|kebencian]], atau [[Moha (Buddhisme)|delusi]]; pada saat itu batinnya lurus, berdasarkan pada perilaku bermoral."|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.11-12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
== Perenungan terhadap kedermawanan (''Cāgānussati'') ==
Kitab [[Aṅguttara Nikāya]] menyajikan
{{blockquote|''‘lābhā vata me, suladdhaṁ vata me, yohaṁ maccheramalapariyuṭṭhitāya pajāya vigatamalamaccherena cetasā agāraṁ ajjhāvasāmi muttacāgo payatapāṇi vossaggarato yācayogo dānasaṁvibhāgarato’ti.''{{br}}{{br}}"Sungguh suatu keberuntungan dan nasib baik bagiku bahwa dalam populasi yang dikuasai oleh [[Noda batin|noda]] [[Kekikiran (Buddhisme)|kekikiran]], aku berdiam di rumah dengan batin yang hampa dari noda kekikiran, dermawan dengan bebas, bertangan terbuka, bersenang dalam pelepasan, menekuni derma, bersenang dalam memberi dan berbagi."|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.11-12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
▲Berlatih dengan baik, atau berlatih dengan integritas, berarti berbagi apa yang telah dipelajari dengan orang lain.
{{blockquote|''‘santi devā cātumahārājikā, santi devā tāvatiṁsā, santi devā yāmā, santi devā tusitā, santi devā nimmānaratino, santi devā paranimmitavasavattino, santi devā brahmakāyikā, santi devā tatuttari. Yathārūpāya saddhāya samannāgatā tā devatā ito cutā tatthūpapannā, mayhampi tathārūpā saddhā saṁvijjati. Yathārūpena sīlena samannāgatā tā devatā ito cutā tatthūpapannā, mayhampi tathārūpaṁ sīlaṁ saṁvijjati. Yathārūpena sutena samannāgatā tā devatā ito cutā tatthūpapannā, mayhampi tathārūpaṁ sutaṁ saṁvijjati. Yathārūpena cāgena samannāgatā tā devatā ito cutā tatthūpapannā, mayhampi tathārūpo cāgo saṁvijjati. Yathārūpāya paññāya samannāgatā tā devatā ito cutā tatthūpapannā, mayhampi tathārūpā paññā saṁvijjatī’ti.''{{br}}{{br}}Ada para [[Dewa (Buddhisme)|dewa]] [yang dipimpin oleh] [[Catur Maharaja Kayika|empat raja dewa]], para dewa [[Tāvatiṁsa]], para dewa [[Yāma]], para dewa [[Tusita]], para dewa yang bersenang dalam penciptaan, para dewa yang mengendalikan ciptaan para dewa lain, para dewa kumpulan [[Brahma (Buddhisme)|Brahmā]], dan para deva yang lebih tinggi daripada para deva ini. Dalam diriku juga terdapat keyakinan seperti yang dimiliki oleh para dewata itu yang karenanya, ketika mereka meninggal dunia dari sini, mereka [[Punarbawa|terlahir kembali]] di sana; dalam diriku juga terdapat [[Sila (Buddhisme)|perilaku bermoral]] … pembelajaran … kedermawanan … [[Kebijaksanaan (Buddhisme)|kebijaksanaan]] seperti yang dimiliki oleh para dewata itu yang karenanya, ketika mereka meninggal dunia dari sini, mereka terlahir kembali di sana.|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.11-12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
▲=== Perenungan terhadap kedermawanan (''Cāgānussati'') ===
▲Kitab [[Aṅguttara Nikāya]] menyajikan syair berikut untuk merenungi kemurahan hati:
{{blockquote|''‘yā devatā atikkammeva kabaḷīkārāhārabhakkhānaṁ devatānaṁ sahabyataṁ aññataraṁ manomayaṁ kāyaṁ upapannā, tā karaṇīyaṁ attano na samanupassanti katassa vā paticayaṁ’.''{{br}}{{br}}"Para [[Dewa (Buddhisme)|dewata]] itu yang telah [[Punarbawa|terlahir kembali]] dalam tubuh ciptaan-batin dalam kumpulan para dewa yang melampaui mereka yang bertahan hidup dari makanan yang dapat dimakan tidak melihat apa pun dalam diri mereka yang masih harus dilakukan atau [apa pun yang perlu] ditingkatkan atas apa yang telah dilakukan, demikianlah para dewata itu yang telah terlahir kembali dalam tubuh ciptaan-batin dalam kumpulan para dewa yang melampaui mereka yang bertahan hidup dari makanan yang dapat dimakan."|Nandiya Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.13){{sfnp|Sujato|2015}}}}
== Perenungan terhadap kematian (''{{Lang|pi|Maraṇānussati}}'') ==
{{Utama|Maraṇasati}}
{{Anchor|Maraṇānussati|Marananussati|Perenungan terhadap kematian}}Perenungan terhadap kematian (''{{Lang|pi|maraṇānussati}}'') atau perhatian-penuh terhadap kematian (''{{Lang|pi|maraṇasati}}'') dilakukan dengan merenungi kenyataan bahwa: "Kematianku pasti terjadi. Aku bisa mati kapan saja. Ketika mati, aku harus meninggalkan segalanya."<ref>{{Cite book|last=Vijjānanda|first=Handaka|date=2023|title=Mā Bhāyi: Jangan Takut|publisher=Ehipassiko Foundation|isbn=978-623-7449-10-2|editor-last=Dīpaloka|editor-first=Andreas|edition=2|pages=39|language=id|url-status=live}}</ref>
{{blockquote|<i>“Katamāni pañca?{{br}}
[1] ‘Jarādhammomhi, jaraṁ anatīto’ti ...{{br}}[2] ‘Byādhidhammomhi, byādhiṁ anatīto’ti ...{{br}}[3] ‘Maraṇadhammomhi, maraṇaṁ anatīto’ti ...{{br}}[4] ‘Sabbehi me piyehi manāpehi nānābhāvo vinābhāvo’ti ...{{br}}[5] ‘Kammassakomhi, kammadāyādo kammayoni kammabandhu kammapaṭisaraṇo.{{br}}Yaṁ kammaṁ karissāmi—kalyāṇaṁ vā pāpakaṁ vā—tassa dāyādo bhavissāmī’ti ..."</i>{{br}}{{br}}"Ada lima hal yang hendaknya sering direnungi:{{br}}1. Aku wajar lapuk, tak mengatasi pelapukan.{{br}}2. Aku wajar sakit, tak mengatasi penyakit.{{br}}3. Aku wajar mati, tak mengatasi kematian.{{br}}4. Semua yang aku sayangi dan senangi akan terpisah dan berpisah{{br}}5. Pemilik perbuatan, waris perbuatan, berasal dari perbuatan, terhubung dengan perbuatan, terlindung oleh perbuatan. Perbuatan yang kulakukan, kebajikan atau kejahatan, aku akan menjadi waris itu."|Abhiṇhapaccavekkhitabbaṭhāna Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 5.57)}}
{{Utama|Nirwana}}
▲Kitab [[Aṅguttara Nikāya]] menyajikan syair-syair berikut untuk merenungi [[Dewa (Buddhisme)|para dewa]] :
Perenungan terhadap kedamaian (''{{Lang|pi|upasamānussati}}'') merujuk pada perenungan terhadap sifat-sifat [[Nirwana]], seperti berakhirnya [[Penderitaan (Buddhisme)|penderitaan]] dan seterusnya.<ref>{{Cite book|last=Maha Thera|first=Narada|date=1987|url=https://archive.org/details/abhidhamma_201807|title=A Manual of Abhidhanmna: Orginal Pali Text with English Translation|location=Kuala Lumpur|publisher=Buddhist Missionary Society|isbn=967-9920-42-9|url-status=live}}</ref>
== Perenungan terhadap napas dan tubuh ==
{{Utama|Ānāpānasati|Ānāpānasati Sutta|Kāyagatāsati Sutta}}
Dua perenungan terakhir, yaitu [[Perhatian penuh (Buddhisme)|perhatian-penuh]] terhadap napas (''{{Lang|pi|[[ānāpānasati]]}}'') dan perhatian-penuh terhadap tubuh (''{{Lang|pi|[[kāyagatāsati]]}}'') dijelaskan dalam diskursus-diskursus (''sutta'') terkait di [[Tripitaka Pali]]:
* [[Ānāpānasati Sutta]] untuk penjelasan ''{{Lang|pi|[[ānāpānasati]]}}''
* [[Kāyagatāsati Sutta]] untuk penjelasan ''{{Lang|pi|kāyagatāsati}}''
== Lihat juga ==
* [[Kammaṭṭhāna]] (Objek Meditasi Theravāda)
* [[Dhammapada]] (syair 296 sampai 301)
* [[
* [[Patikulamanasikara]]
* [[Pelatihan bertahap]] (''Paṭipatti'')
Baris 159 ⟶ 172:
* [http://www.accesstoinsight.org/lib/study/recollections.html The Ten Recollections: A Study Guide], oleh Thanissaro Bhikkhu (1999).
{{Topik Buddhisme}}{{Meditasi}}
[[Kategori:Webarchive template wayback links]]
[[Kategori:Artikel mengandung aksara Han]]
|