Anussati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k clean up
 
(21 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 12:
Tiga jenis perenungan:
 
:* Perenungan terhadap [[Siddhattha Gotama|Buddha]] (Pali: ''buddhānussati'')
:* Perenungan terhadap [[Dhamma]] (''{{lang|pi|dhammānussati}}'')
:* Perenungan terhadap [[Sangha]] (''{{lang|pi|saṅghānussati}}''){{efn|For an example, see reference to this type of recollection in ''[[Dhammapada]]'', Ch. 21, vv. 296-8{{sfnp|Buddharakkhita|1996}}}}
 
Kitab [[Dhammapada]] (syair 296, 297 dan 298) menyatakan bahwa [[Sāvaka|para siswa Buddha]] yang terus-menerus berlatih mengingat [[Triratna]] “akan selalu [[Bodhi|terbangun]] dengan bahagia”.{{Sfnp|Buddharakkhita|1996}} Menurut kitab [[Theragāthā]], praktik seperti itu akan membawa pada "puncak [[Kegembiraan (Buddhisme)|kegembiraan]] yang berkelanjutan".{{Sfnp|Thanissaro|2002}}
Baris 27:
:* Perenungan terhadap Sangha
:* Perenungan terhadap [[Sila (Buddhisme)|sila]] (Pali: ''{{Lang|pi|sīlānussati}}'')
:* Perenungan terhadap [[Dewa (Buddhisme)|para dewa]] (''{{Lang|pi|devatānussati}})'')
 
Menurut Sang Buddha, bagi seseorang yang mempraktikkan perenungan seperti ini: "batinnya menjadi tenang, dan kegembiraan muncul; [[Pengotor batin|kekotoran]] dalam pikirannya ditinggalkan".{{Sfnp|Thanissaro|1997b}}
Baris 60:
 
== Perenungan terhadap Buddha (''Buddhānussati'') ==
{{Anchor|Buddhānussati|Buddhanussati|Perenungan terhadap Buddha}}Kitab [[Aṅguttaranikāya|Aṅguttara Nikāya]] menyampaikan syair (''{{Lang|pi|[[Gatha (India)|gathagāthā]]}}'') berikut untuk merenungi Sang Buddha:
 
{{blockquote|"Indeed,''‘itipi theso [[Bhagavan#Buddhism|Blessedbhagavā One]]arahaṁ issammāsambuddho worthyvijjācaraṇasampanno andsugato lokavidū anuttaro purisadammasārathi satthā devamanussānaṁ buddho bhagavā’ti.''{{br}}{{br}}"Sang Bhagavā adalah seorang [[Buddhahood|rightly self-awakenedArahat]], consummatetercerahkan sempurna, sempurna indalam [[VidyaKebijaksanaan (philosophyBuddhisme)#Buddhism|knowledgepengetahuan sejati]] &dan [[CharyaSila (Buddhisme)|conductperilaku]], yang sempurna menempuh [[Sugata|well-gone]],Jalan anMulia expertBerunsur withDelapan|Sang regard toJalan]], thepengenal [[Loka#Buddhism (Buddhisme)|worlddunia]], unexcelledpelatih asterbaik abagi trainerorang-orang foryang thoseharus people fit to be tameddijinakkan, the Teacherguru ofpara ''[[DevaDewa (BuddhismBuddhisme)|divinedeva]]'' &dan human beingsmanusia, awakenedYang Tercerahkan, blessedYang Suci."|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.11-12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
 
Telah dikemukakan bahwa perenungan terhadap Sang Buddha yang diidentifikasi dalam [[Tripitaka Pali]] milik [[Theravāda]] mungkin menjadi dasar bagi perenungan visual yang lebih rumit, yang merupakan ciri khas dalam [[Buddhisme Tibet]].{{Sfnp|Kamalashila|1996|p=227}}{{Efn|For an example of the subject of a typically Tibetan Buddhist visualisation, see [[Tara (Buddhism)]].}}
 
=== Perenungan terhadap Dhamma (''DhammanussatiDhammānussati'') ===
{{Anchor|Dhammānussati|Dhammanussati|Perenungan terhadap Dhamma}}Kitab [[Aṅguttaranikāya|Aṅguttara Nikāya]] menjelaskan syair berikut untuk merenungi {{Lang|pi|Dhamma}} (ajaran Buddha):
 
{{blockquote|"The''‘svākkhāto Dhammabhagavatā isdhammo well-expoundedsandiṭṭhiko byakāliko theehipassiko Blessedopaneyyiko One,paccattaṁ toveditabbo beviññūhī’ti.''{{br}}{{br}}"Dhamma seentelah heredibabarkan &dengan nowbaik oleh Sang Bhagavā, timelessterlihat langsung, invitingsegera, verificationmengundang seseorang untuk datang dan melihat, pertinentdapat diterapkan, tountuk bedialami realizedsecara bypribadi the[dalam wisebatin formasing-masing] oleh para themselvesbijaksana."|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.11-12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
 
Ajaran Sang Buddha (Dhamma) memiliki enam kualitas utama:
 
* '''{{Lang|pi|Svākkhāto}}''' ("telah sempurna dibabarkan"). Ajaran Buddha tidak dipandang sebagai filsafat spekulatif, melainkan pemaparan [[Niyāma|Hukum Alam]] yang berdasarkan analisis sebab-akibat fenomena alam. Oleh karena itu, ajaran Buddha dipandang oleh umat Buddha sebagai suatu ilmu pengetahuan, bukan sebatas sistem kepercayaan sektarian. [[Pariyatti, paṭipatti, paṭivedha|Pemahaman penuh]] ([[Bodhi|kecerahan]]) terhadap ajaran tersebut mungkin memerlukan waktu yang bervariasi, tetapi umat Buddha secara tradisional mengatakan bahwa jalan pembelajarannya "indah di awal (''[[Sila (Buddhisme)|sīla]]''; 'prinsip moral'), indah di pertengahan (''[[Samādhi (Buddhisme)|samādhi]]''; 'konsentrasi'), dan indah di akhir (''[[Kebijaksanaan (Buddhisme)|paññā]]''; 'kebijaksanaan')".{{Sfnp|Goenka|2003}}
* '''{{Lang|pi|Svākkhāto}}''' ("well-expounded, well-proclaimed, or self-announced"). The Buddha's teaching is not a speculative philosophy but an exposition of the Universal Law of Nature based on a causal analysis of natural phenomena. It is taught, therefore, as a science rather than a sectarian belief system.{{Sfnp|Goenka|2003}} Full comprehension ([[Bodhi|enlightenment]]) of the teaching may take varying lengths of time but Buddhists traditionally say that the course of study is 'excellent in the beginning ({{Lang|pi|[[Buddhist ethics|sīla]]}}; ; "moral principles"), excellent in the middle (; "concentration") and excellent in the end' ({{Lang|pi|paññā}}; ; "wisdom").
* '''{{Lang|pi|Sandiṭṭhiko}}''' (; "ableberada tosangat bedekat; examineddapat diperiksa"). The {{Lang|pi|Dhamma}} isterbuka terhadap penyelidikan ilmiah opendan tojenis scientificpenyelidikan andlainnya, otherdan typestidak ofdidasarkan scrutinysemata-mata andpada iskeyakinan, notmeskipun basedkeyakinan onawal faithdiperlukan.{{Efn|The Buddha had in fact required that his teaching be scrutinised to see for oneself.
:"{{lang|pi|Thathagathappavedito bhikkave dhamma vinayo vivato virochathi, no patichchanto.}}"
:"The Dhamma [[vinaya]] of the [[Tathagata]] shines when opened for scrutiny, not when kept closed."
:[[Aṅguttara Nikāya|Anguttara Nikayo]], Thika Nipatho, Harandu vaggo, Sutta 9}} ItHal canini bedapat testeddiuji bymelalui personalpraktik practicepribadi anddan oneorang whoyang followsmempraktikkannya itakan willmelihat seesendiri thehasilnya resultmelalui forpengalamannya oneselfsendiri. by means of one's own experience. '{{Lang|pi|Sandiṭṭhiko}}'' comesberasal fromdari the wordkata ''{{Lang|sa|sandiṭṭhika}}'' whichyang meansberarti "visibleterlihat indi thisdunia worldini" anddan isberasal deriveddari from the wordkata ''{{Lang|sa|sandiṭṭhi}}''. SinceOleh thekarena {{Lang|pi|Dhamma}} isbersifat visiblekasat mata, itmaka canDhamma bedapat "seendilihat": knowndiketahui anddan bedialami experienceddalam within one'skehidupan lifeseseorang.
* '''{{Lang|pi|Akāliko}}''' (; "timeless,tak lapuk oleh immediatewaktu"). The {{Lang|pi|Dhamma}} ismampu ablememberikan tohasil bestowyang timelesslangsung anddi immediatesini resultsdan heresaat and nowini. ThereTidak isselalu noperlu needmenunggu tomasa waitdepan foratau the[[Punarbawa|kehidupan future or a next existenceberikutnya]]. The {{Lang|pi|Dhamma}} does not change overtidak timeberubah andseiring itwaktu isdan nottidak relativerelatif toterhadap timewaktu.
* '''{{Lang|pi|Ehipassiko}}''' ("whichmengundang youuntuk can come and see" — from the phrase {{Lang|sa|ehi, paśya}}, "come, see!dibuktikan"). The ''Dhamma'' invites all beings to put itmengundang tosemua themakhluk testuntuk andmengujinya comedan seedatang formelihatnya themselvessendiri.
* '''{{Lang|pi|Opanayiko}}''' ("menuntun ke dalam batin"). Jika dipraktikkan sebagai bagian dari kehidupan seseorang, Dhamma akan menuntun seseorang menuju [[Nirwana|pembebasan]]. Dalam kitab [[Visuddhimagga]] pascakanonis, hal ini juga disebut sebagai "[[Upawita|''Upanayanaṁ'']]." ''Opanayiko'' berarti "dibawa ke dalam batin sendiri". Hal ini dapat dipahami dengan analogi sebagai berikut. Jika seseorang mengatakan bahwa mangga yang sudah matang rasanya lezat, dan jika beberapa orang mendengar dan mempercayainya, mereka akan membayangkan rasa mangga tersebut berdasarkan pengalaman mereka sebelumnya dengan mengacu pada mangga lezat lainnya. Namun, mereka tetap tidak akan benar-benar tahu persis seperti apa rasa mangga tersebut. Selain itu, jika ada orang yang belum pernah mencicipi mangga matang sebelumnya, orang tersebut tidak akan dapat mengetahui sendiri secara pasti seperti apa rasanya. Jadi, satu-satunya cara untuk mengetahui rasa yang tepat adalah dengan mengalaminya sendiri. Dengan cara yang sama, Dhamma dikatakan sebagai ''opanayiko,'' yang berarti bahwa seseorang perlu mengalaminya sendiri untuk dapat memahaminya dengan tepat.
* '''{{Lang|pi|Opanayiko}}''' ("leading one close to"). Followed as a part of one's life the ''dhamma'' leads one to [[Moksa|liberation]]. In the "Vishuddhimagga" this is also referred to as "[[Upawita|Upanayanam]]." {{Lang|pi|Opanayiko}} means "to be brought inside oneself". This can be understood with an analogy as follows. If one says a ripe mango tastes delicious, and if several people listen and come to believe it, they would imagine the taste of the mango according to their previous experiences of other delicious mangoes. Yet, they will still not really know exactly how this mango tastes. Also, if there is a person who has never tasted a ripe mango before, that person has no way of knowing exactly for himself how it tastes. So, the only way to know the exact taste is to experience it. In the same way, {{Lang|pi|dhamma}} is said to be {{Lang|pi|opanayiko}} which means that a person needs to experience it within to see exactly what it is.
* '''{{Lang|pi|Paccattaṃ veditabbo viññūhi}}''' ("todapat bediselami meantsecara to perceive directlylangsung"). The {{Lang|pi|Dhamma}} isitu "todapat bediselami realisedoleh bypara thebijaksana wisedalam forbatin themselvesmasing-masing". ItHal canini behanya perfectlydapat realiseddiwujudkan onlydengan bysempurna theoleh noblepara disciplesmurid mulia ({{Lang|pi|''ariya-puggala}}'') who[[Empat havetingkat maturedkemuliaan|yang intelah matang]] dalam [[KesadaranKebijaksanaan (Buddhisme)|supreme wisdomkebijaksanaan]] tertinggi. NoTidak oneseorang canpun dapat "enlightenmencerahkan" anotherorang personlain. EachSetiap intelligentorang personyang hasbijaksana toharus attainmencapai anddan experiencemengalaminya for themselvessendiri. As anSebagai analogyanalogi, notidak oneseorang canpun simplydapat makebegitu anothersaja knowmembuat howorang tolain swimtahu cara berenang. EachSetiap personorang, individuallysecara hasindividu, toharus learnbelajar howcara berenang untuk benar-benar todapat swimberenang. InDengan thecara sameyang waysama, dhammaDhamma cannottidak bedapat transferredditransfer oratau bestoweddiberikan uponkepada someoneseseorang. Each one hasSetiap toorang knowharus formengetahuinya themselvessendiri.
Mengetahui kualitas-kualitas ini, umat Buddha yakin bahwa mereka akan mencapai kedamaian dan kebahagiaan tertinggi ([[Nirwana]]) melalui praktik {{Lang|pi|Dhamma}}. Oleh karena itu, setiap orang bertanggung jawab penuh atas dirinya sendiri untuk [[Pariyatti, paṭipatti, paṭivedha|mengamalkannya secara nyata]]. Di sini, Sang Buddha diumpamakan sebagai seorang dokter yang berpengalaman dan terampil, dan {{Lang|pi|Dhamma}} diumpamakan sebagai pengobatan yang tepat. Betapapun efisiennya dokter atau betapapun hebatnya obat, pasien tidak dapat disembuhkan kecuali mereka minum obat dengan benar. Jadi, praktik {{Lang|pi|Dhamma}} adalah satu-satunya jalan untuk mencapai pembebasan akhir, yaitu Nirwana.
 
AjaranKualitas-ajarankualitas ini berkisarjuga dariterkait dengan pemahaman tentang [[Karma dalam Buddhisme|''{{Lang|pi|kamma}}'']] ({{Terjemahan harfiah|perbuatan}}) dan mengembangkanpengembangan kesan baik dalam batin seseorang, untuk mencapai kecerahan penuh dengan mengenali kualitas-kualitas batiniah.
 
=== Perenungan terhadap kedermawananSangha (''CāgānussatiSaṅghānussati'') ===
{{Anchor|Saṅghānussati|Sanghanussati|Perenungan terhadap Sangha}}Kitab [[Aṅguttara Nikāya]] menyajikan syair-syair berikut untuk merenungi kemurahan hatiSangha:
 
{{blockquote|''‘suppaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho, ujuppaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho, ñāyappaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho, sāmīcippaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho, yadidaṁ cattāri purisayugāni aṭṭha purisapuggalā, esa bhagavato sāvakasaṅgho āhuneyyo pāhuneyyo dakkhiṇeyyo añjalikaraṇīyo anuttaraṁ puññakkhettaṁ lokassā’ti.''{{br}}{{br}}"Saṅgha para siswa Sang Bhagavā mempraktikkan jalan yang baik, mempraktikkan jalan yang lurus, mempraktikkan jalan yang benar, mempraktikkan jalan yang selayaknya; yaitu empat pasang makhluk, delapan jenis individu - Saṅgha para siswa Sang Bhagavā ini layak menerima [[Dāna|pemberian]], layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima penghormatan, lahan [[Kebajikan (Buddhisme)|jasa]] yang tiada taranya di [[Loka (Buddhisme)|dunia]]."|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.11-12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
Mengetahui kualitas-kualitas ini, umat Buddha yakin bahwa mereka akan mencapai kedamaian dan kebahagiaan tertinggi (Nirwana) melalui praktik {{Lang|pi|Dhamma}}. Oleh karena itu, setiap orang bertanggung jawab penuh atas dirinya sendiri untuk mengamalkannya secara nyata.
 
{{blockquote|''‘lābhā vata me, suladdhaṁ vata me, yassa me kalyāṇamittā anukampakā atthakāmā ovādakā anusāsakā’ti.''{{br}}{{br}}Sungguh suatu keberuntungan dan nasib baik bagiku bahwa aku memiliki teman-teman baik yang [[Karuna (Buddhisme)|berbelas kasihan]] padaku, yang menginginkan kebaikanku, yang menasihati dan mengajariku.|Nandiya Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.13){{sfnp|Sujato|2015}}}}
Di sini, Sang Buddha diumpamakan sebagai seorang dokter yang berpengalaman dan terampil, dan {{Lang|pi|Dhamma}} diumpamakan sebagai pengobatan yang tepat. Betapapun efisiennya dokter atau betapapun hebatnya obat, pasien tidak dapat disembuhkan kecuali mereka minum obat dengan benar. Jadi, praktik {{Lang|pi|Dhamma}} adalah satu-satunya jalan untuk mencapai pembebasan akhir, yaitu Nirwana.
 
Berlatih dengan baik, atau berlatih dengan integritas, berarti berbagi apa yang telah dipelajari dengan orang lain.
Ajaran-ajaran ini berkisar dari pemahaman tentang ''{{Lang|pi|kamma}}'' ({{Terjemahan harfiah|perbuatan}}) dan mengembangkan kesan baik dalam batin seseorang, untuk mencapai kecerahan penuh dengan mengenali kualitas-kualitas batiniah.
 
=== Perenungan terhadap Sanghasila (''SaṅghānussatiSīlānussati'') ===
Kitab [[Aṅguttara Nikāya]] menyajikan syair-syair berikut untuk merenungimengingat Sanghakebajikan:
 
{{blockquote|''... attano sīlāni anussareyyāsi akhaṇḍāni acchiddāni asabalāni akammāsāni bhujissāni viññuppasatthāni aparāmaṭṭhāni samādhisaṁvattanikāni.''{{br}}{{br}}"... engkau harus mengingat [[Sila (Buddhisme)|perilaku bermoralmu]] sendiri sebagai tidak rusak, tanpa cacat, tanpa noda, tanpa bercak, membebaskan, dipuji oleh para bijaksana, tidak digenggam, mengarah pada [[Samādhi (Buddhisme)|konsentrasi]]. Ketika seorang siswa mulia mengingat perilaku bermoralnya, pada saat itu batinnya tidak dikuasai oleh [[Nafsu (Buddhisme)|nafsu]], [[Kebencian (Buddhisme)|kebencian]], atau [[Moha (Buddhisme)|delusi]]; pada saat itu batinnya lurus, berdasarkan pada perilaku bermoral."|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.11-12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
{{blockquote|"The Sangha of the Blessed One's [[Śrāvaka|disciple]]s who have practiced well... who have practiced straight-forwardly... who have practiced methodically... who have practiced masterfully — in other words, the four types [of noble disciples] when taken as pairs, the eight when taken as individual types — they are the Sangha of the Blessed One's disciples: worthy of gifts, worthy of hospitality, worthy of offerings, worthy of respect, the incomparable field of merit for the world."|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
 
== Perenungan terhadap kedermawanan (''Cāgānussati'') ==
{{blockquote|I'm fortunate, so very fortunate, to have good friends who advise and instruct me out of kindness and compassion.|Nandiya Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.13){{sfnp|Sujato|2015}}}}
Kitab [[Aṅguttara Nikāya]] menyajikan syair-syair berikut untuk merenungi [[Dewa (Buddhisme)|para dewa]]kemurahan hati:
 
{{blockquote|''‘lābhā vata me, suladdhaṁ vata me, yohaṁ maccheramalapariyuṭṭhitāya pajāya vigatamalamaccherena cetasā agāraṁ ajjhāvasāmi muttacāgo payatapāṇi vossaggarato yācayogo dānasaṁvibhāgarato’ti.''{{br}}{{br}}"Sungguh suatu keberuntungan dan nasib baik bagiku bahwa dalam populasi yang dikuasai oleh [[Noda batin|noda]] [[Kekikiran (Buddhisme)|kekikiran]], aku berdiam di rumah dengan batin yang hampa dari noda kekikiran, dermawan dengan bebas, bertangan terbuka, bersenang dalam pelepasan, menekuni derma, bersenang dalam memberi dan berbagi."|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.11-12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
Berlatih dengan baik, atau berlatih dengan integritas, berarti berbagi apa yang telah dipelajari dengan orang lain.
 
=== Perenungan terhadap silapara dewa (''SīlanussatiDevatānussati'') ===
''Kitab [[Aṅguttara Nikāya'']] memberikanmenyajikan syair-syair berikut untuk mengingatmerenungi [[Dewa (Buddhisme)|para kebajikandewa]]:
 {{blockquote|"[They are] untorn, unbroken, unspotted, unsplattered, liberating, praised by the wise, untarnished, conducive to [[Samadhi|concentration]]."|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
 
{{blockquote|''‘santi devā cātumahārājikā, santi devā tāvatiṁsā, santi devā yāmā, santi devā tusitā, santi devā nimmānaratino, santi devā paranimmitavasavattino, santi devā brahmakāyikā, santi devā tatuttari. Yathārūpāya saddhāya samannāgatā tā devatā ito cutā tatthūpapannā, mayhampi tathārūpā saddhā saṁvijjati. Yathārūpena sīlena samannāgatā tā devatā ito cutā tatthūpapannā, mayhampi tathārūpaṁ sīlaṁ saṁvijjati. Yathārūpena sutena samannāgatā tā devatā ito cutā tatthūpapannā, mayhampi tathārūpaṁ sutaṁ saṁvijjati. Yathārūpena cāgena samannāgatā tā devatā ito cutā tatthūpapannā, mayhampi tathārūpo cāgo saṁvijjati. Yathārūpāya paññāya samannāgatā tā devatā ito cutā tatthūpapannā, mayhampi tathārūpā paññā saṁvijjatī’ti.''{{br}}{{br}}Ada para [[Dewa (Buddhisme)|dewa]] [yang dipimpin oleh] [[Catur Maharaja Kayika|empat raja dewa]], para dewa [[Tāvatiṁsa]], para dewa [[Yāma]], para dewa [[Tusita]], para dewa yang bersenang dalam penciptaan, para dewa yang mengendalikan ciptaan para dewa lain, para dewa kumpulan [[Brahma (Buddhisme)|Brahmā]], dan para deva yang lebih tinggi daripada para deva ini. Dalam diriku juga terdapat keyakinan seperti yang dimiliki oleh para dewata itu yang karenanya, ketika mereka meninggal dunia dari sini, mereka [[Punarbawa|terlahir kembali]] di sana; dalam diriku juga terdapat [[Sila (Buddhisme)|perilaku bermoral]] … pembelajaran … kedermawanan … [[Kebijaksanaan (Buddhisme)|kebijaksanaan]] seperti yang dimiliki oleh para dewata itu yang karenanya, ketika mereka meninggal dunia dari sini, mereka terlahir kembali di sana.|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.11-12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
=== Perenungan terhadap kedermawanan (''Cāgānussati'') ===
 
Kitab [[Aṅguttara Nikāya]] menyajikan syair berikut untuk merenungi kemurahan hati:
{{blockquote|''‘yā devatā atikkammeva kabaḷīkārāhārabhakkhānaṁ devatānaṁ sahabyataṁ aññataraṁ manomayaṁ kāyaṁ upapannā, tā karaṇīyaṁ attano na samanupassanti katassa vā paticayaṁ’.''{{br}}{{br}}"Para [[Dewa (Buddhisme)|dewata]] itu yang telah [[Punarbawa|terlahir kembali]] dalam tubuh ciptaan-batin dalam kumpulan para dewa yang melampaui mereka yang bertahan hidup dari makanan yang dapat dimakan tidak melihat apa pun dalam diri mereka yang masih harus dilakukan atau [apa pun yang perlu] ditingkatkan atas apa yang telah dilakukan, demikianlah para dewata itu yang telah terlahir kembali dalam tubuh ciptaan-batin dalam kumpulan para dewa yang melampaui mereka yang bertahan hidup dari makanan yang dapat dimakan."|Nandiya Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.13){{sfnp|Sujato|2015}}}}
 
== Perenungan terhadap kematian (''{{Lang|pi|Maraṇānussati}}'') ==
{{Utama|Maraṇasati}}
{{Anchor|Maraṇānussati|Marananussati|Perenungan terhadap kematian}}Perenungan terhadap kematian (''{{Lang|pi|maraṇānussati}}'') atau perhatian-penuh terhadap kematian (''{{Lang|pi|maraṇasati}}'') dilakukan dengan merenungi kenyataan bahwa: "Kematianku pasti terjadi. Aku bisa mati kapan saja. Ketika mati, aku harus meninggalkan segalanya."<ref>{{Cite book|last=Vijjānanda|first=Handaka|date=2023|title=Mā Bhāyi: Jangan Takut|publisher=Ehipassiko Foundation|isbn=978-623-7449-10-2|editor-last=Dīpaloka|editor-first=Andreas|edition=2|pages=39|language=id|url-status=live}}</ref>
 
{{blockquote|<i>“Katamāni pañca?{{br}}
{{blockquote|"It is a gain, a great gain for me, that — among people overcome with the stain of possessiveness — I live at home, my awareness cleansed of the stain of possessiveness, freely generous, openhanded, delighting in being magnanimous, responsive to requests, delighting in the distribution of [[Dāna|alms]]."|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
[1] ‘Jarādhammomhi, jaraṁ anatīto’ti ...{{br}}[2] ‘Byādhidhammomhi, byādhiṁ anatīto’ti ...{{br}}[3] ‘Maraṇadhammomhi, maraṇaṁ anatīto’ti ...{{br}}[4] ‘Sabbehi me piyehi manāpehi nānābhāvo vinābhāvo’ti ...{{br}}[5] ‘Kammassakomhi, kammadāyādo kammayoni kammabandhu kammapaṭisaraṇo.{{br}}Yaṁ kammaṁ karissāmi—kalyāṇaṁ vā pāpakaṁ vā—tassa dāyādo bhavissāmī’ti ..."</i>{{br}}{{br}}"Ada lima hal yang hendaknya sering direnungi:{{br}}1. Aku wajar lapuk, tak mengatasi pelapukan.{{br}}2. Aku wajar sakit, tak mengatasi penyakit.{{br}}3. Aku wajar mati, tak mengatasi kematian.{{br}}4. Semua yang aku sayangi dan senangi akan terpisah dan berpisah{{br}}5. Pemilik perbuatan, waris perbuatan, berasal dari perbuatan, terhubung dengan perbuatan, terlindung oleh perbuatan. Perbuatan yang kulakukan, kebajikan atau kejahatan, aku akan menjadi waris itu."|Abhiṇhapaccavekkhitabbaṭhāna Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 5.57)}}
 
=== Perenungan terhadap parakedamaian dewa (''Devatānussati'') ===
{{Utama|Nirwana}}
Kitab [[Aṅguttara Nikāya]] menyajikan syair-syair berikut untuk merenungi [[Dewa (Buddhisme)|para dewa]] :
Perenungan terhadap kedamaian (''{{Lang|pi|upasamānussati}}'') merujuk pada perenungan terhadap sifat-sifat [[Nirwana]], seperti berakhirnya [[Penderitaan (Buddhisme)|penderitaan]] dan seterusnya.<ref>{{Cite book|last=Maha Thera|first=Narada|date=1987|url=https://archive.org/details/abhidhamma_201807|title=A Manual of Abhidhanmna: Orginal Pali Text with English Translation|location=Kuala Lumpur|publisher=Buddhist Missionary Society|isbn=967-9920-42-9|url-status=live}}</ref>
 
== Perenungan terhadap napas dan tubuh ==
{{blockquote|"There are the devas of the [[Four Heavenly Kings|Four Great Kings]], the [[Trāyastriṃśa|devas of the Thirty-three]], the devas of the Hours, the [[Tushita|Contented Devas]], the devas who delight in creation, the devas who have power over the creations of others, the devas of [[Brahmā (Buddhism)|Brahma]]'s retinue, the devas beyond them. Whatever conviction they were endowed with that — when falling away from this life — they re-arose there, the same sort of conviction is present in me as well. Whatever virtue they were endowed with that — when falling away from this life — they re-arose there, the same sort of virtue is present in me as well. Whatever learning they were endowed with that — when falling away from this life — they re-arose there, the same sort of learning is present in me as well. Whatever generosity they were endowed with that — when falling away from this life — they re-arose there, the same sort of generosity is present in me as well. Whatever discernment they were endowed with that — when falling away from this life — they re-arose there, the same sort of discernment is present in me as well."|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
{{Utama|Ānāpānasati|Ānāpānasati Sutta|Kāyagatāsati Sutta}}
Dua perenungan terakhir, yaitu [[Perhatian penuh (Buddhisme)|perhatian-penuh]] terhadap napas (''{{Lang|pi|[[ānāpānasati]]}}'') dan perhatian-penuh terhadap tubuh (''{{Lang|pi|[[kāyagatāsati]]}}'') dijelaskan dalam diskursus-diskursus (''sutta'') terkait di [[Tripitaka Pali]]:
 
* [[Ānāpānasati Sutta]] untuk penjelasan ''{{Lang|pi|[[ānāpānasati]]}}''
{{blockquote|"There are deities who, surpassing the company of deities that consume solid food, are reborn in a certain host of mind-made deities. They don't see in themselves anything more to do, or anything that needs improvement."|Nandiya Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.13){{sfnp|Sujato|2015}}}}
* [[Kāyagatāsati Sutta]] untuk penjelasan ''{{Lang|pi|kāyagatāsati}}''
 
== Lihat juga ==
 
* [[Kammaṭṭhāna]] (Objek Meditasi Theravāda)
* [[Dhammapada]] (syair 296 sampai 301)
* [[UpajjhatthanaUpajjhaṭṭhana Sutta]] (Lima Perenungan)
* [[Ānāpānasati Sutta]] (Perhatian-penuh pada napas)
* [[Kāyagatāsati Sutta]] (Perhatian-penuh pada tubuh)
* [[Patikulamanasikara]]
* [[Pelatihan bertahap]] (''Paṭipatti'')
Baris 159 ⟶ 172:
* [http://www.accesstoinsight.org/lib/study/recollections.html The Ten Recollections: A Study Guide], oleh Thanissaro Bhikkhu (1999).
{{Topik Buddhisme}}{{Meditasi}}
 
[[Kategori:Webarchive template wayback links]]
[[Kategori:Artikel mengandung aksara Han]]