Teuku Ben Mahmud: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Al Asyi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(10 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Officeholder
| name = {{PAGENAME}} Setia Raja
| image = Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM 'Een Teuku met bemanningsleden aan boord van de 'Van Doorn' TMnr 10018813.jpg
| image =
| imagesize =
| caption = T.B.Teuku Ben Mahmud bersama awak kapal van Doorn dalam perjalanan menuju tempat pengasingan di Maluku
| office = [[Ulèë Balang|Ulèëbalang]] [[Negeri|Nanggroë]] [[Blangpidie, Aceh Barat Daya|Blangpidië]]
| order =
| president = [[Muhammad Daud Syah dari Aceh|Sultan Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat]]
| term_start = 18851882
| term_end = 19111909
| predecessor = Teuku Ben Abbas<br>Teuku Nyak Sawang (de jure)
| successor = Teuku Banta Sulaiman
| birth_date = [[1860]] (perkiraan)
| birth_place = {{negara|Kesultanan Aceh}} [[Blangpidie, Aceh Barat Daya|Blangpidie]], [[Kesultanan Aceh Darussalam]]
| death_date = [[1916]]{{death (perkiraan)date and age|1974|3|28|1860|1|28}}
| death_place = {{flagicon|BelandaIndonesia}} [[Halmahera]]Saramaake, [[HindiaWasile Selatan, Halmahera BelandaTimur]]
| nationality = [[Indonesia]]
| party =
| spouse =
Baris 31:
| parents = Teuku Ben Abbas (ayah)<br>Cut Meuh (ibu)
| opponent =
| battles = [[Perang Aceh]] dengan [[Belanda]]
[[Perang Dunia II]]
Perang [[Revolusi Nasional Indonesia]]
| serviceyears = 1875-1908
| allegiance = {{negara|Kesultanan Aceh}} [[Kesultanan Aceh Darussalam]]
Baris 38 ⟶ 40:
| rank = Bentara
}}
'''Teuku Bentara Blang Mahmud Setia Raja''' atau '''Teuku Ben Mahmud''' (lahir sekitar tahun 1860) adalah [[uleebalang]] [[Blangpidie]] yang memimpin [[perang gerilya]] melawan [[Belanda]] di pesisir barat selatan [[Aceh]], [[Gayo]], [[Suku Alas|Alas]] hingga tanah [[Batak]] pada awal [[Abad ke 20|abad ke-20]].<ref name=":01">{{Cite book|last=Djamin|first=Aris Faisal|last2=Nawafil|first2=Rozal|date=2024|title=Teuku Bentara Mahmud Setia Radja : pahlawan besar perang Aceh|location=Banda Aceh|publisher=Aceh Culture And Education|isbn=978-623-88864-3-2|pages=vi|url-status=live}}</ref> Teuku Ben Mahmud beserta 160 pasukannya [[Menyerah (militer)|turun gunung]] pada Juli 1908 setelah sebulan sebelumnya Belanda berhasil menyandera keluarga dan beberapa pasukan Teuku Ben.<ref>{{Cite web|title=Teuku Ben Mahmud dan Perjuangan Melawan Belanda Salah satu tokoh perlawanan terhadap kolonial Belanda,|url=https://123dok.com/article/mahmud-perjuangan-melawan-belanda-perlawanan-terhadap-kolonial-belanda.yr6pjx7y|website=123dok.com|language=id|access-date=2022-10-12}}</ref> Pada tahun 1911, Teuku Ben Mahmud diinternirdiasingkan menggunakan kapal van doorn ke [[Maluku Utara]].<ref>{{Cite web|title=ACTION Ajukan Teuku Ben Mahmud Sebagai Pahlawan Nasional Asal Abdya|url=https://www.nasional.top/2024/05/action-ajukan-teuku-ben-mahmud-sebagai.html|language=id|access-date=2024-06-02}}</ref>
 
==Kehidupan Awal==
 
[[Teuku]] Bentara Mahmud lahir di Gampong Cot, [[Kuta Tinggi, Blangpidie, Aceh Barat Daya]] sekitar tahun 1860. Ayahnya bernama Teuku Bentara Nyak Abbas bin Teuku Bentara Agam Nyak Sari yang berasal dari [[Pidie, Pidie#Mukim Gampong Lhang|Mukim Gampong Lhang]], [[Pidie]]. Saat masih muda, Teuku Ben Mahmud dikenaldigelari oleh [[Datuk]] [[Susoh, Aceh Barat Daya|Susoh]] dengan sebutan Mahmud''Anak PanglimaBergumbak.'' GumbakGelar atauini kerap digunakan oleh para pangeran [[Minangkabau]]''.'' Datuk Susoh yang berjumlah lima orang yaitu Datuk Tuha, Datuk Baginda, Datuk Kabong (Datuk Baru), Datuk Rawa dan Datuk Pawoh<ref>{{Cite book|last=Djamin|first=Aris Faisal|date=2021|title=Susoh; Cahaya Kemilau Peradaban|location=Banda Aceh|publisher=Aceh Culture and Education|isbn=9786239809805|pages=154|url-status=live}}</ref> seterusnya menyampaikan ''Datuk Balimo Taraso Baranam dengan Anak Bergumbak''<ref name=":1" />. Pada tahun 18851882, Teuku Ben Mahmud diangkat oleh [[Sultan Aceh]] menjadi uleebalang Blangpidie dengan gelar ''Teuku Bentara Blang Mahmud Setia Raja''.
 
Pada awal abad ke-19 terjadi perebutan kekuasaan di Kuta Batee antara beberapa pemimpin koloni dari Pidie dandengan Aceh Besar. Hingga kemudian Tuanku Pangeran Husein bin [[Sultan Mansur Syah|Sultan Alaiddin Ibrahim Mansur Syah]] (1836-1869) dapat mendamaikan keduabelah pihak yang bertikai sekaligus memberikan ''cap seuteungoh'' kepada Teuku Ben Abbas dari trah Pidie sebagai uleebalang BlangpidieKuta Batee yang pertamaselanjutnya disebut Blangpidie yang terlepasmerdeka dari Kenegerian [[Susoh, Aceh Barat Daya|Susoh]].
 
Setelah Teuku Ben Abbas meninggal dunia, kepemimpinan kenegerian Blangpidie dilanjutkan oleh Teuku Ben Mahmud. SaatNamun masa kecildikarenakan Teuku Ben Mahmud bertindakmasih sebagaikecil. pemangkuPemerintahan raja,dkendalikan sedangkanoleh pemerintahanpamannya dikendalikan olehbernama Teuku Nyak Sawang gelar ''Raja Muda Blang Pedir'' yang bertindak sebagai pemangku raja Blangpidie, sekaligus uleebalang [[Pulau Kayu, Susoh, Aceh Barat Daya|Pulau Kayu]].
 
Teuku Nyak Sawang selakumendapuk dirinya sebagai ''Zelfbestuur Landschappen'' Pulau Kayu-Blangpidie setelah menandatangani ''korte verklaring'' pada tanggal 9 Maret 1874 (sejak saat itu nama Kuta Batee resmi menjadi Blangpidie) dan dikukuhkan pada tanggal 27 Juli 1874. Setelah kematian Teuku Nyak Sawang, uleebalang Pulo Kayee (Pulau Kayu) dijabat oleh anaknya; Teuku Raja Cut.
 
Hubungan antara uleebalang Blangpidie dengan uleebalang Pulau Kayu bermula dari tokoh pendiri kenegerian Pulau Kayu yang bernama Teuku Nyak SyehSeh yang menikahi Nyak Buleun, cucu tertua dari TeukuTok Ben AgamGam. Pulau Kayu kala itu menjadi pelabuhan satu-satunya Blangpidie yang bersebelahan langsung dengan Bandar Susoh.
 
Saat Teuku Ben Mahmud menunjukkan sikap perlawanan terhadap Belanda pada saat mereka memasuki Aceh pada tahun 1873, Teuku Nyak Sawang bertindak atas nama uleebalang Blangpidie menandatangani ''Korte Verklaring'' dengan Belanda pada tahun 1874 di saat kunjungan Divisi Laut Belanda ke Pantai Barat Aceh yang dipimpin oleh Jenderal van Swieten. Setelah kematian Teuku Nyak Sawang gelar ''Raja Muda Blang Pedir'', Teuku Ben Mahmud menikah dengan janda Teuku Nyak Sawang bernama Cut Meurah binti Teuku Pang Chik. Cut Meurah yang merupakan uleebalang cut [[Kuta Tuha, Blangpidie, Aceh Barat Daya|Kuta Tuha]] adalah sosok yang mengubah nama Kuta Batee menjadi Blangpidie.
 
Teuku Ben Mahmud memiliki empat orang istri di Aceh yaitu Cut Meurah, Cut Halimah Mata Ie, Cut Gadih dan Cut Linggam. Putra pertamanya bersama Cut Meurah, istri pertama lahir pada tahun 1884 dan diberi nama Teuku Banta Sulaiman, putra mahkota Blangpidie.
 
Pada tahun 18851882, Teuku Ben Mahmud ditunjuk oleh [[Sultan Muhammad Daud Syah]] sebagai uleebalang Blangpidie dengan gelar Teuku Bentara Blang Mahmud Setia Raja. Namun, dianggapBelanda tidakbaru sahmengakuinya olehsetelah Belanda.ia Sedangkanturun berdasarkangunung besluitpada Belandatahun 1908. Meskipun demikian, uleebalangTeuku Ben Mahmud menolak menjadi Zelfbestuurder van Blangpidie. dijabatJabatan itu ia serahkan kepada putranya; Teuku NyakBanta SawangSulaiman. gelarAdapun Teuku Umar bin Teuku Raja MudaCut menjadi uleebalang cut Pulau Kayu dan Teuku Muhammad Daud bin Teuku Raja Cut menjadi uleebalang cut [[Guhang, Blangpidie, Aceh Barat Daya|Guhang]] dengan gaji 25 Gulden. Gaji ini lebih tinggi daripada gaji uleebalang cut lainnya di Pantai Barat Selatan Aceh
 
Baru pada tahun 1908, Belanda mengembalikan hak Teuku Ben Mahmud sebagai uleebalang Blangpidie setelah ia turun gunung. Keluarga mendiang Teuku Nyak Sawang kemudian mengajukan kepada Pemerintah Hindia Belanda agar negeri Blangpidie dan Pulau Kayu menjadi negeri otonom yang terpisah.
 
Pengukuhan perjanjian itu dituangkan dalam Akta No.10 tanggal 15 Juni 1901, ketika Teuku Raja Cut menjabat sebagai uleebalang Pulau Kayu. Akan tetapi, akta tersebut tidak sempat dilaksanakan dikarenakan Teuku Raja Cut meninggal, sehingga seterusnya keturunan Teuku Ben Mahmud dianggap sebagai penguasa wilayah tersebut dengan nama ''Zelfbestuurder Blangpidie.''
 
Seterusnya, Teuku Banta Sulaiman bin Teuki Bentara Mahmud menjadi uleebalang Blangpidie dan Teuku Umar bin Teuku Raja Cut menjadi uleebalang cut Pulau Kayu. Adapun Teuku Muhammad Daud bin Teuku Raja Cut menjadi uleebalang cut [[Guhang, Blangpidie, Aceh Barat Daya|Guhang]] dengan gaji 25 Gulden. Gaji ini lebih tinggi daripada gaji uleebalang cut lainnya di Pantai Barat Selatan Aceh.<ref>{{Cite web|title=PENDUDUK DAN PERMUKIMAN DI BLANGPIDIE PADA MASA LALU (1663-1942)|url=https://123dok.com/article/penduduk-permukiman-blangpidie-masa.yjj5812y|website=123dok.com|language=id|access-date=2022-10-12}}</ref>
 
Keluarga mendiang Teuku Nyak Sawang pernah mengajukan kepada Pemerintah Hindia Belanda agar negeri Pulau Kayu menjadi negeri otonom yang terpisah dari Blangpidie. Pada tanggal 12 Oktober 1880 dibuatlah sebuah pernyataan bahwa negeri Pulau Kayu akan dipisahkan dari Blangpidie, pernyataan tersebut disetujui oleh Belanda dan diratifikasi ke dalam Akta Nomor 24 Tanggal 26 Maret 1881. Kemudian berlanjut pada masa Teuku Raja Cut yang dideklarasi pada tanggal 8 November 1900 dan Akta pengukuhan tanggal 22 April 1901 yang disetujui dan diratifikasi dalam Akta Nomor 10 Tanggal 15 Juni 1901. Namun akta persetujuan dan pengesahan tersebut tidak jadi diterbitkan karena Teuku Nyak Cut (pemangku dari Teuku Umar bin Teuku Raja Cut) meninggal dunia, sehingga wilayah Pulau Kayu secara bertahap kembali menjadi bagian dari Blangpidie dan seterusnya keturunan Teuku Ben Mahmud dianggap sebagai penguasa wilayah tersebut atau ''Zelfbestuurder'' Blangpidie''.''
==Perjuangan==
 
Sejak Belanda menyatakan [[perang]] kepada Aceh pada 26 Maret 1873, Teuku Ben Mahmud terus menunjukkan sikap perlawanan menentang keberadaan Belanda di Aceh. Teuku Ben sejak muda selalu mendukung dan membantu upaya perlawanan terhadap Belanda. Bahkan saat remaja, ia secara tegas juga tidak mengakui kekuasaan Belanda di Aceh serta menolak bekerjasama dengan Belanda.<ref>{{Cite web|last=Juli|first=Muhajir|date=2024-08-09|title=Teuku Bentara Mahmud Layak Jadi Pahlawan Nasional - Komparatif.ID|url=https://komparatif.id/teuku-bentara-mahmud-layak-jadi-pahlawan-nasional/|language=en-US|access-date=2024-11-09}}</ref>
 
Pada tahun 1895, Teuku Ben Mahmud menyerang Teuku Larat uleebalang [[Tapaktuan]] karena dianggap telah bekerjasama dengan Belanda. Dalam penyerangan itu ditawan juga puteri Teuku Larat yang bernama Cut Intan Suadat, yang kemudian dinikahkan dengan Teuku Banta Sulaiman putra Teuku Ben Mahmud. Penyerangan itu dikenal dengan nama Perang Jambo Awe, dikarenakan penyerangan itu dipimpin panglima Teuku Ben Mahmud bernama Teungku Jambo Awe yang berasal dari [[Seunagan, Nagan Raya|Seunagan]].
Baris 74 ⟶ 71:
Pada 7 April 1901, pasukan Teuku Ben Mahmud dengan kekuatan sekitar 500 orang menyerang markas Belanda di Blangpidie, sehingga membuat pasukan marsose Belanda yang dipimpin Letnan Helb kocar kacir. Pasukan yang membantu Teuku Ben Mahmud terdiri atas beberapa orang Gayo yang terkenal dan gagah berani antara lain Ang Bali dari Cane Toa, Raja Chik Padang, dan Raja Chik Pasir.
 
Pada tahun 1905, pasukan Teuku Ben Mahmud dengan kekuatan sekitar 500 pejuang menyerbu markas Belanda di Tapaktuan. Dalam pertempuran tersebut, Teuku Ben Mahmud dibantu oleh panglima-panglima yang gigih dan tangguh antara lain Haji Yahya dari [[Sawang, Aceh Selatan|Aluepaku, Sawang]], Said Abbdurrahman dari [[Pasie Raja, Aceh Selatan|Pasie Raja]] dan [[Teuku Cut Ali]] dari [[Trumon, Aceh Selatan|Trumon]].<ref>{{Cite web|title=TP2GK Luncur Buku Teuku Ben Mahmud, Saat Pameran Sejarah di Museum Susoh Bertepatan Hari Pahlawan|url=https://aceh.tribunnews.com/2024/11/10/tp2gk-luncur-buku-teuku-ben-mahmud-saat-pameran-sejarah-di-museum-susoh-bertepatan-hari-pahlawan|website=Serambinews.com|language=id-ID|access-date=2024-11-10}}</ref>
 
Di tahun yang sama, pasukan Teuku Ben yang dipimpin Tengku Idris dari [[Nagan Raya]] juga menyerang rombongan [[Kontrolir|kontrolil]] Belanda yang sedang mengutip ''blestenk'' (pajak rakyat) di [[Kuta Buloh I, Meukek, Aceh Selatan|Kuta Buloh]], [[Meukek, Aceh Selatan|Meukek]]. Penyerangan ini menewaskan beberapa serdadu Belanda. Aksi tersebut membuat Belanda melakukan sweeping secara ketat, sehingga membuat Tengku Idris dan beberapa pasukan Teuku Ben lainnya tertangkap dan dibuang ke [[Ternate]], [[Maluku Utara]]. [[Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia]] 1978-1988 dr. H. [[Abdul Gafur (politikus)|Abdul Gafur]] bin H. Abdul Hamid Tengku Idris, adalah cucu Tengku Idris, panglima Teuku Ben Mahmud.
Baris 88 ⟶ 85:
Putra sulung Teuku Ben Mahmud, Teuku Banta Sulaiman juga diasingkan oleh Belanda dan dibuang ke [[Peureulak, Aceh Timur|Peureulak]], [[Aceh Timur]] antara tahun 1916-1919 lalu dipindahkan ke [[Kutaraja]] hingga masuknya [[Jepang]] ke Aceh baru ia bisa kembali pulang ke Blangpidie. Saudaranya, Teuku Karim bin Teuku Ben Mahmud turut melakukan perlawanan melawan Belanda hingga masuknya Jepang pada tahun 1942
 
Sepeninggal Teuku Banta Sulaiman, pada 30 Oktober 1917 kepemimpinan kenegerian Blangpidie selanjutnya diambilalih oleh adiknya, Teuku Rayeuk bin Teuku Ben Mahmud, karena Teuku Sabi bin Teuku Banta Sulaiman masih kecil. Baru pada 11 Oktober 1929, ''Zelfbestuurder van'' Blangpidie dijabat oleh Teuku Sabi hingga terjadinya [[revolusi sosial]] pasca [[kemerdekaan Indonesia]]. Teuku Sabi menikah dengan putri Datuk Nyak Raja (''Zelfbestuurder van'' Susoh). Teuku Sabi tidak memiliki anak laki-laki yang dapat meneruskan kepemimpinannya sebab anak laki-laki mereka satu-satunya bernama Teuku Raja Usman bin Teuku Sabi meninggal saat masih kecil akibat tenggelam di kolam rumah Haji Chek Ahmad yang berdekatan dengan kediaman Teuku Sabi di [[Kedai Siblah, Blangpidie, Aceh Barat Daya|Keude Siblah]].<ref>{{Cite web|date=2015-02-06|title=Peristiwa 11 September 1926; Perlawanan Teungku Peukan terhadap Belanda di Aceh (Bagian I)|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbaceh/peristiwa-11-september-1926-perlawanan-teungku-peukan-terhadap-belanda-di-aceh-bagian-i/|website=Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh|language=en-US|access-date=2022-10-12}}</ref> Saat kematian Teuku Raja Usman bin Teuku Sabi terjadi perdebatan terkait hukum samadiah atau tahlilan. Peristiwa ini berujung pada perdebatan antara murid-murid [[Abu Syekh Mud]] termasuk [[Abuya Muda Waly]] dengan Teungku Sufi Gle Karong.<ref name=":0">{{Cite book|last=Rozal Nawafil|first=Aris Faisal Djamin dan|date=2024|title=Teuku Bentara Mahmud Setia Radja : pahlawan besar perang Aceh|location=Banda Aceh|publisher=Aceh Culture and Education|isbn=978-623-88864-3-2|pages=405|url-status=live}}</ref>
 
Saat kematian Teuku Raja Usman bin Teuku Sabi terjadi perdebatan terkait hukum samadiah atau tahlilan. Peristiwa ini berujung pada perdebatan antara murid-murid [[Abu Syekh Mud]] termasuk [[Abuya Muda Waly]] dengan Teungku Sufi Gle Karong.<ref name=":0">{{Cite book|last=Rozal Nawafil|first=Aris Faisal Djamin dan|date=2024|title=Teuku Bentara Mahmud Setia Radja : pahlawan besar perang Aceh|location=Banda Aceh|publisher=Aceh Culture and Education|isbn=978-623-88864-3-2|url-status=live}}</ref>
 
== Penghargaan ==
Atas pengabdian dan perjuangannya untuk [[Kesultanan Aceh]] semasa [[perang Aceh]] melawan [[Belanda]], [[Sultan Muhammad Daud Syah]] menganugerahi Teuku Ben Mahmud gelar Teuku Bentara Blang Mahmud Setia Raja. Nama Teuku Ben juga diabadikan sebagai nama [[jalan]] di [[Blangpidie]] dan [[Tapaktuan]]. Selain itu, nama Teuku Ben Mahmud juga dijadikan sebagai nama [[yayasan]] yang mengelola [[asrama]] [[mahasiswa]] Blangpidie di [[Banda Aceh]].
 
Penjabat [[Bupati Aceh Barat Daya]], [[Darmansah]] memberikan penghargaan kepada Teuku Ben Mahmud sebagai Tokoh dan Pahlawan Perang Aceh asal Aceh Barat Daya.<ref>{{Cite web|last=koalisi.co|date=2024-06-04|title=Teuku Ben Mahmud Dianugerahi Penghargaan “Tokoh Gerilya dan Pahlawan Perang Aceh”|url=https://koalisi.co/teuku-ben-mahmud-dianugerahi-penghargaan-tokoh-gerilya-dan-pahlawan-perang-aceh/|website=Koalisi.co|language=id|access-date=2024-06-19}}</ref> Selain itu, Kepala Kantor [[Kementerian Agama Republik Indonesia]] Kabupaten Aceh Barat Daya juga memberikan penghargaan kepada Teuku Ben Mahmud sebagai Tokoh Gerilya dan Pahlawan Perang Aceh.<ref>{{Cite web|title=Action Terima Penghargaan Teuku Ben Mahmud dari Kemenag Abdya|url=https://www.nasional.top/2024/05/action-terima-penghargaan-teuku-ben.html|language=id|access-date=2024-06-02}}</ref> Pemberian penghargaan ini merupakan bentuk dukungan atas usaha pengusulan gelar [[Pahlawan nasional Indonesia|Pahlawan Nasional]] bagi Teuku Ben Mahmud yang dilakukan oleh [https://penerbitaction.com Aceh Culture and Education] dan [https://www.penerbitaction.com/p/museum-susoh.html?m=1 Museum Sejarah Susoh].<ref>{{Cite web|title=ACTION Ajukan Teuku Ben Mahmud Sebagai Pahlawan Nasional Asal Abdya|url=https://aceh.tribunnews.com/2024/05/14/action-ajukan-teuku-ben-mahmud-sebagai-pahlawan-nasional-asal-abdya|website=Serambinews.com|language=id-ID|access-date=2024-06-22}}</ref>
 
== Rujukan ==