Sedekah serabi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib) k Swarabakti memindahkan halaman Sedekah Serabi ke Sedekah serabi: Judul salah eja: kapitalisasi |
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Referensi sebelum tanda baca) |
||
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 3:
{{Referensi}}
{{Copy edit}}}}
[[Tradisi]] '''Sedekah Serabi''' adalah warisan budaya nenek moyang [[Suku Lintang]] yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Meskipun agama islam mendominasi di Kabupaten Empat Lawang, tradisi tersebut bertahan sejak zaman nenek moyang Suku Lintang, Jauh sebelum Islam berkembang di wilayah tersebut. dalam pelaksanaan Tradisi ini prosesnya sama seperti [[kenduri]] yang bersisi doa-doa masyarakat menyebutnya sedekah serabi karena pelaksanan kenduri atau sedekahan mengutamakan serabi sebagai makanan utamanya dengan makanan pendampingnya pisang goreng, krupuk ubi merah,kue bolu,agar-agar dan kecepol (sejenis roti goreng).
Sejak tahun 1980-an tradisi ini mulai jarang dilakukan masyarakat. Hanya terdapat beberapa desa yang masih mengadakan Tradisi Sedekah Serabi. Masyarakat Empat Lawang meyakini bahwa Tradisi Sedekah Serabi tersebut untuk membayar nazar atau sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena terkabulnya doa atau cita-cita. Selain itu, masyarakat di kabupaten Empat Lawang percaya bahwa membayar nazar adalah kewajiban kerena membayar nazar sama halnya dengan membayar hutang. == Penyebaran Tradisi Sedekah Serabi ==
Baris 21 ⟶ 23:
== Tokoh/ Pembina Adat Empat Lawang ==
Istimewanya kegiatan ini dihadiri para sesepuh yang juga pembina adat [[Kabupaten Empat Lawang|Empat Lawang]], diantaranya, Prof Aflatun Muchtar, H. Abdul Shobur yang merupakan Ketua Ikatan Keluarga Empat lawang, Amirul Husni , dan Rusdi. Setelah masuk Islam Pada era pra Islam, Sedekah Serabi menggunakan kemeyan, setelelah masuk Islam disesuaikan dengan syariat Islam. Dengan berdoa, membaca yasin ditutup dengan berdoa. Setelah berdoa minta keselamatan, niatnya membayar nazar. Pada tahun 90-an kebawah sering dilakukan untuk kebutuhan ritus dengan mewujudkan rasa syukurnya pada Sedekah Serabi. Misalnya seseorang sakit,belum sembuh juga maka mereka dibawa ketua adat dan atau jurai tuo, nanti jurai tuo tersebut akan meminta petunjuk dengan ritus spiritual yaitu berkomunikasi dengan phu-yang maka jurai tuo akan dapat petunjuk dan mengatakan bahwa ini harus dilakukan sedekah serabi petunggu sebanyak 44 buah serabi. Maka diadakan sedekah serabi tersebut. 59 Masyarakat percaya bebayar nazar itu sudah menjadi kewajiban, jika tidak maka akan mendapat kafarat atau kualat. Saat ini masyarakat Empat Lawang secara penuh menjalankan agama Islam Sedekah Serabi masih dilakukan, namun permohonan dengan pu hyang digantikan dengan doa-doa kepada Allah SWT.<ref>{{Cite journal|last=Yosepin|first=Pipin|date=25/6/2021|title=Komunikasi Spritual Dalam Tradisi Sedekah Serabi di Empat Lawang Sumatra Selatan|url=https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/komunike/article/view/3098/1596|journal=Jurnal komunikasi penyiaran islam|volume=XIII|issue=1|pages=27-52}}</ref>
== Kondisi Masa Kini ==
|