Kesultanan Lingga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dikembalikan ke revisi 16092768 oleh Mhd iqbalalfahri (bicara): Sekop (🎹)
Tag: Pembatalan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Pranala sama dengan teksnya)
 
(44 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{short description|Melayu Sultanate existing from 1824-1911}}
{{refimprove}}
{{EngvarB|date=March 2015}}
{{Infobox Former Country
{{Use dmy dates|date=March 2015}}
|conventional_long_name = Kesultanan Lingga
{{Infobox country
|common_name = Kesultanan Lingga
| conventional_long_name = Kesultanan Riau-Lingga<br />{{nobold|{{font|size=85%|'' {{font|size=70%|([[Bahasa Melayu|Melayu]])}}<br />{{script/Arabic|کسلطانن رياوليڠݢ}} {{font|size=70%|([[Aksara Jawi|Jawi]])}}<br />''Sultanaat van Riau en Lingga'' {{font|size=70%|([[Bahasa Belanda|Belanda]])}}}}}}
|continent = Asia
|region common_name = AsiaKesultanan TenggaraRiau Lingga
|country empire = [[Malaysia]]Hindia Belanda, kesultanan Utsmaniyah
|religion status = IslamProtectorate
|p1 status_text = [[Protektorat]] [[Hindia Belanda]], = Kesultanan Siak[[protektorat]] Sri[[kesultanan InderapuraUtsmaniyah]]
|p2 era = KesultananHindia JohorBelanda
|s1 religion = Hindia[[Islam BelandaSunni]]
|flag_p1 p1 = id-siak1.GIFKesultanan Johor
|flag_p2 s1 = Flag= ofHindia Johor.svgBelanda
|flag_s1 flag_p1 = Flag of NetherlandsJohor (1855–1865).svg
|year_start flag_s1 = 1824Flag of Netherlands.svg
|year_end year_start = 19991824
|date_start year_end = 1911
|date_end date_start =
|event_start date_end = [[Traktat London]] =
|event_end event_start = Pembubaran oleh = [[Perjanjian Inggris-Belanda 1824]]
|image_flag event_end = Flag of Riau-Lingga Sultanate.svg= Dihapuskan oleh [[Belanda]]
|image_coat image_flag = Coat of arms = Flag of Riau-Lingga Sultanate.svg
|symbol_type image_coat = Coat of arms of Riau-Lingga Sultanate.svg
|image_map symbol_type =
| image_map = Riau sultanate area.png
|image_map_caption =
| image_map_caption = Kekuasaan Kesultanan Riau-Lingga berwarna merah, terdiri dari banyak pulau di perairan [[Laut Tiongkok Selatan]] dan kantong di [[Sungai Guntung|Kateman]], [[Sumatra]].
|capital = [[Daik, Lingga, Lingga|Daik]] dan [[Pulau Penyengat]]
| capital = [[Pulau Penyengat|Penyengat Inderasakti]]<br /><small>(Administratif 1824–1900)</small><br /><small>(Kerajaan dan administratif 1900–1911)</small><br />[[Daik]]<br /><small>(Kerajaan 1824–1900)</small>
|common_languages = [[Melayu]]
| common_languages = [[Bahasa Melayu|Melayu]]
|government_type = Monarki
|title_leader government_type = Sultan[[Monarki]]
|leader1 title_leader = Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah
|year_leader1 leader1 = [[1819]]-[[1832]]<nowiki>Abdul Rahman</nowiki>
|leader2 year_leader1 = Sultan Muhammad II Muazzam Syah1819–1832
|year_leader2 leader2 = [[1832]]–[[1835]]<nowiki>Muhammad II</nowiki>
|leader3 year_leader2 = Sultan Mahmud IV Muzzafar Syah1832–1835
|year_leader3 leader3 = [[1835]]–[[1857]]<nowiki>Mahmud IV</nowiki>
|leader4 year_leader3 = Sultan Sulaiman II Badarul Alam Syah1835–1857
|year_leader4 leader4 = [[1857]]–[[1883]]Sulaiman II
|leader5 year_leader4 = Sultan Abdul Rahman II Muazzam Syah1857–1883
|year_leader5 leader5 = [[1885]]–[[1911]]Abdul Rahman II
|footnotes year_leader5 = 1885–1911
| title_representative = Yang Dipertuan Muda
| representative1 = <nowiki>Jaafar</nowiki>
| year_representative1 = 1805–1831
| representative2 = <nowiki>Abdul</nowiki>
| year_representative2 = 1831–1844
| representative3 = <nowiki>Ali II</nowiki>
| year_representative3 = 1844–1857
| representative4 = <nowiki>Abdullah</nowiki>
| year_representative4 = 1857–1858
| representative5 = <nowiki>Muhammad Yusuf</nowiki>
| year_representative5 = 1858–1899
| today = {{flag|Indonesia}}
| footnotes =
| demonym =
| area_km2 =
| area_rank =
| GDP_PPP =
| GDP_PPP_year =
| HDI =
| HDI_year =
}}
{{Sejarah Indonesia}}
'''Kesultanan Lingga''' merupakan [[Kerajaan Melayu]] yang pernah berdiri di [[Pulau Lingga|Lingga]], [[Kepulauan Riau]], [[Indonesia]]. Berdasarkan [[Tuhfat al-Nafis]], [[Sultan Lingga]] merupakan pewaris dari [[Sultan Johor]], dengan wilayah mencakup [[Kepulauan Riau]] dan [[Johor]]. Kerajaan ini diakui keberadaannya oleh [[Inggris]] dan [[Belanda]] setelah mereka menyepakati [[Perjanjian London tahun 1824]].
 
'''Kesultanan Riau-Lingga''' adalah salah satu kerajaan Melayu yang didirikan di [[Pulau Lingga]]. Kesultanan ini dibentuk pada tahun 1824 dari pecahan wilayah [[Sejarah Johor|Kesultanan Johor Riau]] atas perjanjian yang disetujui oleh [[Britania Raya]] dan [[Belanda]]. Pendirinya adalah [[Abdul Rahman Muazzam Syah I dari Lingga|Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah]]. Wilayah Kesultanan Riau Lingga terletak di provinsi [[Kepulauan Riau]] dan sebagian kecil Indragiri Hilir. Pusat pemerintahan Kesultanan Riau Lingga awalnya berada di [[Kota Tanjungpinang|Tanjung Pinang]], tetapi kemudian dipindahkan ke Pulau Lingga. Kesultanan Riau berakhir pada tanggal 3 Februari 1911 dan dikuasai Hindia Belanda. Kesultanan ini berperan dalam pengembangan [[Melayu Riau|Bahasa Melayu Riau]] sebagai bahasa standar yang kemudian ditetapkan sebagai [[Bahasa Indonesia]].{{Sfn|Sunandar|2015|p=188}}
Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah merupakan [[sultan]] pertama kerajaan ini. Kemudian pada tahun [[3 Februari]] [[1911]], kesultanan ini dihapus oleh pemerintah [[Hindia Belanda]].
 
== Pendirian ==
Kesultanan ini memiliki peran penting dalam perkembangan [[bahasa Melayu]] hingga menjadi bentuknya sekarang sebagai [[bahasa Indonesia]]. Pada masa kesultanan ini bahasa Melayu menjadi bahasa standar yang sejajar dengan bahasa-bahasa besar lain di dunia, yang kaya dengan susastra dan memiliki kamus ekabahasa. Tokoh besar di belakang perkembangan pesat bahasa Melayu ini adalah [[Raja Ali Haji]], seorang pujangga dan sejarawan keturunan [[Bugis]].
Pada awalnya, Kesultanan Riau adalah bagian dari [[Kerajaan Bintan]] dan [[Kesultanan Melaka]] yang kemudian diteruskan oleh Kesultanan Johor Riau. Pada tahun 1811, [[Mahmud Syah III dari Johor|Sultan Mahmud Syah III]] yang berkuasa di Kesultanan Johor Riau wafat sehingga terjadi perselisihan dalam penentuan pewaris. Akhirnya pihak Britania Raya dan Belanda ikut campur dalam menentukan pewaris Kesultanan Johor Riau. Pihak Britania Raya mendukung putra tertua dari Sultan Mahmud Syah III yaitu Tengku Hussain. Sebaliknya, Belanda mendukung adik tiri dari Tengku Hussain, yaitu Abdul Rahman. Penyelesaian pewaris Kesultanan ditentukan dalam [[Perjanjian Inggris-Belanda 1824|Traktat London]] yang diadakan pada tahun 1824. Keputusannya adalah membagi Kesultanan Johor Riau menjadi dua Kesultanan, yaitu Kesultanan Johor dan Kesultanan Riau Lingga. Kesultanan Johor berada dalam pengaruh Britania Raya, sedangkan Kesultanan Riau berada dalam pengaruh Belanda. Abdul Rahman kemudian ditetapkan sebagai sultan pertama dari Kesultanan Lingga dengan gelar Muazzam Syah.{{Sfn|Sunandar|2015|p=190}}
 
== SejarahPemerintahan ==
Pemerintahan di Kesultanan Lingga dibagi antara sultan, yang dipertuan muda, dan ulama. Sultan memerintah dalam bidang militer, politik, ekonomi, dan perdagangan. Pusat pemerintahannya berada di Pulau Lingga. Sultan yang dipilih berasal dari para bangsawan [[Suku Melayu|Melayu]]. Yang dipertuan muda bertugas sebagai penasehat sultan. Pusat pemerintahannya berada di [[Pulau Penyengat]]. Jabatan yang dipertuan muda diberikan kepada bangsawan Bugis. Peran ulama di Kesultanan Lingga adalah sebagai penasehat Yang Dipertuan Muda dalam bidang [[rihlah]] ilmiah.{{Sfn|Syahid|2005|p=301}}
Lingga pada awalnya merupakan bagian dari [[Kesultanan Malaka]], dan kemudian [[Kesultanan Johor]]. Pada [[1811]] Sultan Mahmud Syah III mangkat.{{fact}} Ketika itu, putra tertua, Tengku Hussain sedang melangsungkan pernikahan di [[Pahang]].{{fact}} Menurut adat Istana, seseorang pangeran raja hanya bisa menjadi Sultan sekiranya dia berada di samping Sultan ketika mangkat. Dalam sengketa yang timbul [[Britania]] mendukung putra tertua, Husain, sedangkan [[Belanda]] mendukung adik tirinya, Abdul Rahman. Traktat London pada [[1824]] membagi Kesultanan Johor menjadi dua: Johor berada di bawah pengaruh Britania sedangkan Riau-Lingga berada di dalam pengaruh Belanda. Abdul Rahman ditabalkan menjadi raja Lingga dengan gelar Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah, dan berkedudukan di [[Daik, Lingga, Lingga|Daik]], [[Kepulauan Lingga]].
 
Pemilihan Pulau Lingga sebagai pusat pemerintahan karena lokasinya yang strategis dalam bidang pertahanan. Pulau ini memiliki dataran yang luas di sekeliling Sungai Daik. Selain itu, sungainya dapat dilayari hingga ke bagian [[Hulu dan hilir|hulu]], sehingga pasukan Hindia Belanda sulit menjangkaunya. Perairan sungai ini juga berubah-ubah sesuai dengan pasang surut air, sehingga sangat sulit dijangkau oleh kapal pada waktu tertentu.{{Sfn|Rehayati dan Farihah|2017|p=173}}
Sultan Hussain yang didukung Britania pada awalnya beribu kota di [[Singapura]], namun kemudian anaknya Sultan Ali menyerahkan kekuasaan kepada Tumenggung Johor, yang kemudian mendirikan kesultanan Johor modern.{{fact}}
 
== Politik ==
Pada tanggal [[7 Oktober]] [[1857]] pemerintah [[Hindia Belanda]] memakzulkan Sultan Mahmud IV dari tahtanya. Pada saat itu Sultan sedang berada di Singapura. Sebagai penggantinya diangkat pamannya, yang menjadi raja dengan gelar Sultan Sulaiman II Badarul Alam Syah.
Politik dalam negeri Kesultanan Riau cukup stabil. Pembagian kekuasaan antara [[Suku Bugis]] dan Suku Melayu dapat terkendali.{{Sfn|Syahid|2005|p=303}} Sebaliknya, Kesultanan Riau Lingga berada di wilayah dengan perpolitikan luar negeri yang rumit dan tidak stabil. Kerajaan-kerajaan yang ada di sekitarnya sering melakukan persaingan antarkekuasaan. Selain itu, pejabat pemerintahan dari Kesultanan Riau Lingga juga sering berselisih. Kondisi politik semakin rumit setelah kedatangan [[Portugal]], Hindia Belanda, Britania Raya dan [[Jepang]]. Wilayah-wilayah di Kepulauan Riau, Semenanjung Melaka, dan pesisir timur [[Sumatra|Pulau Sumatra]] tidak dapat sepenuhnya dikendalikan.{{Sfn|Syahid|2005|p=302}}
Jabatan raja muda ([[Yang Dipertuan Muda]]) yang biasanya dipegang oleh bangsawan keturunan [[Bugis]] disatukan dengan jabatan raja oleh Sultan Abdul Rahman II Muadzam Syah pada [[1899]]. Karena tidak ingin menandatangani kontrak yang membatasi kekuasaannya Sultan Abdul Rahman II meninggalkan [[Pulau Penyengat]] dan hijrah ke [[Singapura]]. Pemerintah Hindia Belanda memakzulkan Sultan Abdul Rahman II ''in absentia'' [[3 Februari]] [[1911]], dan resmi memerintah langsung pada tahun [[1913]].
 
=== LihatKeagamaan pula ===
Kesultanan Riau Lingga menjadi salah satu pusat kegiatan pembelajaran Islam di kawasan Melayu. Para ulama berdatangan ke Pulau Penyengat untuk mengajarkan ilmu keislaman. Bersamaan dengan ini, di Kesultanan Riau Lingga juga mulai banyak penganut paham [[Sufisme|tasawuf]].{{Sfn|Syahid|2005|p=306}} Tarekat yang berkembang pesat adalah [[tarekat Naqsyabandiyah]].{{Sfn|Syahid|2005|p=308}} Pada masa Kesultanan Lingga, paham fikih dan tasawuf yang paling berpengaruh adalah pemikiran [[Al-Ghazali|Abu Hamid Al-Ghazali]]. Pemikirannya diajarkan oleh [[Ali Haji bin Raja Haji Ahmad|Raja Ali Haji]] yang telah berguru kepada para ulama di [[Madinah]] dan [[Mekkah]].{{Sfn|Rehayati dan Farihah|2017|p=173–174}}
* [[Sultan Lingga]]
 
* [[Kesultanan Johor]]
== Kebudayaan ==
Kesultanan Riau Lingga telah mengembangkan tradisi tulis menulis untuk kepentingan ilmu pengetahuan dalam bidang [[sastra]] dan [[keagamaan]]. Naskah-naskah ditulis menggunakan [[Abjad Jawi]] / [[huruf pégon]].{{Sfn|Jamal dan Harun|2014|p=55}} Kesultanan Riau Lingga membuat [[kamus]] Bahasa Melayu dan menjadikannya sebagai sebuah bahasa standar.{{Sfn|Jamal dan Harun|2014|p=59}}
 
Pada tahun 1850, Kesultanan Riau membangun sebuah percetakan surat kabar dengan tulisan dalam Abjad Jawi dan [[Alfabet Latin|Abjad Latin]]. Jenis cetakannya adalah cetakan [[Litografi|litograf]]. Selain itu, di Kesultanan Riau Lingga juga dibentuk perkumpulan para cendekiawan yang menulis karya-karya ilmiah dan menerjemahkan buku-buku berbahasa asing, terutama buku keagamaan yang menggunakan [[bahasa Arab]].{{Sfn|Jamal dan Harun|2014|p=60}}
 
Kesultanan Riau Lingga juga mengembangkan Bahasa Melayu, terutama bahasa lisan di kalangan istana. Bahasa Melayu ini kemudian disebarkan untuk digunakan oleh masyarakat umum.{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=15–16}} Bahasa Melayu kemudian disempurnakan menjadi bahasa baku di Pulau Penyengat.{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=20}} Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Muzafar Syah, Kerajaan Riau Lingga menetapkan Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi. Bahasa ini kemudian ditetapkan sebagai [[bahasa persatuan]] pada [[Kongres Pemuda|Kongres Pemuda Indonesia]] yang diadakan pada tahun 1928 dengan sebutan baru yaitu Bahasa Indonesia.{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=24}}
 
== Sultan-Sultan ==
 
=== Sultan Abdurrahman (1819-1832) ===
Sultan Abdurrahman adalah sultan pertama dari Kesultanan Riau Lingga. Ia adalah putra dari Sultan Mahmud Syah III yang berkuasa di Kesultanan Johor Riau. Setelah ayahnya wafat, kesultanannya dibagi menjadi dua, yaitu [[Sejarah Johor|Kesultanan Johor Singapura]] dan Kesultanan Riau Lingga. Pembagian wilayahnya ditentukan oleh [[Britania Raya]] dan [[Hindia Belanda]] dalam [[Traktat London]] yang ditetapkan pada tahun 1824. Wilayah Kesultanan Johor Singapura mencakup [[Johor]], [[Singapura]], [[Pahang]], dan [[Terengganu]]. Sedangkan wilayah Kesultanan Riau Lingga mencakup [[Pulau Lingga]], [[Pulau Singkep]], [[Batam dan Natuna]].{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=156}}
 
=== Sultan Muhammad Syah (1832-1841) ===
[[Sultan Muhammad Syah]] menggantikan ayahnya yaitu Sultan Abdurrahman yang wafat pada 12 Rabiul Awal 1284 H (1832 M). Ayahnya dimakamkan di [[Bukit Cengkil Daik]]. Nama asli dari Sultan Muhammad Syah adalah Tengku Besar. Sultan Muhammad Syah wafat pada tahun 1841 dan dimakamkan di [[Bukit Cengkeh]]. Sebelum wafat, ia telah menunjuk putranya yang bernama Tengku Mahmud sebagai [[pewaris]].{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=156–157}}
 
=== Sultan Mahmud Muzafar Syah (1841-1857) ===
Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Muzafar Syah, Kesultanan Riau Lingga menjadi salah satu kerajaan yang memiliki pengaruh besar bagi [[Hindia Belanda]]. Kekuasaannya diberhentikan oleh [[Gubernur Jenderal Belanda]] pada tanggal 23 September 1857.{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=157}}
 
=== Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah (1857-1883) ===
Pengganti Sultan Mahmud Muzafar Syah adalah pamannya yang bernama Tengku Sulaiman. Gelarnya adalah [[Sultan Lingga|Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah]]. Pelantikannya sebagai sultan diadakan pada tanggal 10 Oktober 1857. Ia memerintah hingga wafat pada tanggal 17 September 1883. Pemakamannya berada di [[Bukit Cengkeh]].{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=157}}
 
=== Sultan Abdurrahman Muazam Syah (1883-1913) ===
Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah tidak mempunyai keturunan, sehingga penggantinya adalah putri Sultan Mahmud Muzafar Syah yang bernama Fatimah. Suami dari Fatimah adalah [[Yang Dipertuan Muda]] ke-10 bernama Raja Muhammad Yusuf, sehingga kekuasaannya diberikan kepada anaknya yang bernama Raja Abdurrahman. Setelah dilantik pada tahun 1883, Raja Abdurrahman diberi gelar Sultan Abdurrahman Muazam Syah. Pada 1903, ia memindahkan pusat pemerintahan ke [[Pulau Penyengat]]. Kesultanan Lingga mengalami perkembangan pesat selama masa pemerintahannya. Sultan Abdurrahman Muazam Syah mendirikan perkumpulan Rusydiah di Pulau Penyengat yang kemudian menjadi pusat perkembangan [[politik]], [[budaya]], dan [[kemasyarakatan]]. Ia menjadi sultan terakhir dari Kesultanan Lingga setelah [[Hindia Belanda]] memutuskan untuk membubarkan kerajaan ini pada tanggal 10 Februari 1911. Keputusan ini ditetapkan karena Sultan Abdurrahman Muazam Syah tidak patuh terhadap pemerintahan Hindia Belanda. Setelah diberhentikan sebagai sultan, ia bersama para [[bangsawan]] akhirnya pindah ke [[Singapura]].{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=158–159}}
 
== Peninggalan ==
 
=== Masjid Raya Pulau Penyengat ===
[[Masjid Raya Sultan Riau]] didirikan di Pulau Penyengat. Pada masa Kesultanan Riau Lingga, masjid ini digunakan sebagai pusat administrasi kesultanan Riau. Di dalam masjid terdapat banyak naskah kuno berupa Al-Qur'an hasil tulisan tangan.{{Sfn|Jamal dan Harun|2014|p=60–61}}
 
=== Mushaf Al-Qur'an ===
[[Mushaf]] [[Al-Qur'an]] Kesultanan Lingga ditemukan di Masjid Raya Pulau Penyengat dan di [[Museum Linggam Cahaya]]. Sebagian besar mushaf telah lapuk, tidak utuh dan penulisnya [[Anonimitas|anonim]]. Mushaf-mushaf yang utuh dan tidak anonim yaitu mushaf Ali bin Abdullah al-Bugisi al-Syafi’i (1752 M) dan mushaf Abdul Rahman Stanbul (1867 M).{{Sfn|Jamal dan Harun|2014|p=63–64}}
 
=== Naskah keagamaan ===
Naskah-naskah keagamaan dari Kesultanan Lingga ditemukan di Pulau Lingga. Bentuknya terbagi menjadi dua jenis, yaitu cetakan dan tulis tangan. Pembahasan dari naskah-naskah tersebut adalah tentang ilmu [[fikih]], [[tauhid]], [[hadis]], dan [[Sufisme|tasawuf]]. Sebagian besar naskah tidak mencatumkan nama penulis dan tahun penulisannya. Naskah-nasah ini disimpan di Museum Daik Lingga dan di kediaman Tengku Husin yang merupakan salah satu keturunan dari penguasa Kesultanan Lingga.{{Sfn|Jamal dan Harun|2014|p=64–65}}
 
=== Naskah pengobatan ===
Naskah-naskah pengobatan yang ditemukan menggunakan Abjad Jawi. Pemilik naskah bernama Raja Malik. Salah satu naskah berjudul Kitab Obat Sopak. Isinya membahas tentang penggunaan metode [[zikir]] [[Asmaulhusna|asmaul husna]] dalam mengobati belang-belang berwarna putih yang muncul di tangan atau kaki. Selain itu, ditemukan sebuah naskah yang membahas tentang pengobatan yang dapat meningkatkan kualitas hubungan suami-istri dalam berumah tangga. Naskah ini ditulis dalam Bahasa Melayu.{{Sfn|Jamal dan Harun|2014|p=66}}
 
=== Naskah administrasi kesultanan ===
Isi dari naskah-naskah administrasi yang ditemukan adalah mengenai keadaan pemerintahan pada masa keemasan dari Kesultanan. Naskah ditulis dengan Abjad Jawi dan disimpan di Museum Lingga Cahaya. Naskah penting yang penting di antaranya yaitu tentang pembukaan lahan perkebunan di [[Pulau Selayar]] (1327 H), keterangan kelahiran dan kematian penduduk (1307 H), keterangan penunjukan dan hasil kerja kapten kapal (1311 H), dan pengangkatan raja Riau yang bernama Raja Muhammad (1855 M).{{Sfn|Jamal dan Harun|2014|p=67}}
 
== Referensi ==
{{col|3}}
<references/>
<references />
{{end-col}}
== Daftar Pustaka ==
{{cite book|last=Firdaus, Elmustian, dan Melay, R., (Ed.)|year=2018|url=http://www.magisterseniusu.com/uploads/1/8/0/0/1800340/buku-tamadun-lingga-_final_isbn.pdf|title=Tamadun Melayu Lingga|location=Lingga|publisher=Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga|isbn=978-602-53286-0-2|ref={{sfnref|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018}}|url-status=live}}
 
{{cite journal|last=Jamal, K., dan Harun, I.|first=|date=2014|title=Inventarisasi naskah Klasik Kerajaan Lingga|url=http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/SosialBudaya/article/download/826/786|journal=Sosial Budaya|volume=11|issue=1|pages=55–69|doi=|issn=2407-1684|ref={{sfnref|Jamal dan Harun|2014}}|url-status=live}}
 
{{cite journal|last=Rehayati, R., dan Farihah, I.|date=2017|title=Transmisi Islam Moderat oleh Raja Ali Haji di Kesultanan Riau-Lingga pada Abad Ke-19|url=http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/download/3890/2644|journal=Ushuluddin|volume=25|issue=2|pages=172–187|doi=10.24014/jush.v25i2.3890|issn=2407-8247|ref={{sfnref|Rehayati dan Farihah|2017}}|url-status=live}}
 
{{cite journal|last=Sunandar|first=Heri|date=2015|title=Aspek Sosio Politis Naskah dan Arkeologi|url=http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/al-fikra/article/download/4003/2488|journal=Al-Fikra|volume=14|issue=2|pages=186–212|doi=|ref={{sfnref|Sunandar|2015}}|url-status=live}}
=== Pranala luar ===
* {{id}} [http://melayuonline.com/ind/history/dig/355/kesultanan-riau-lingga Kesultanan Riau-Lingga] di MelayuOnline.com
* {{en}} [http://cip.cornell.edu/Dienst/UI/1.0/Summarize/seap.indo/1107127220 Mahmud, Sultan of Riau and Lingga (1823-1864)]
* {{en}} [http://www.worldstatesmen.org/Indonesia_princely_states1.html Indonesian Traditional States I]
* {{en}} [http://www.4dw.net/royalark/Indonesia/lingga.htm Silsilah Wangsa Bendahara di situs Royal Ark]
* {{en}} [http://www.4dw.net/royalark/Indonesia/riau.htm Silsilah Wangsa Bugis di situs Royal Ark]
* {{en}} [http://web.archive.org/web/20030120161028/http://www.uq.net.au/~zzhsoszy/states/indonesia/lingga.html Kesultanan Lingga di University of Queensland]
* {{en}} [http://web.archive.org/web/20030311034826/http://www.uq.net.au/~zzhsoszy/states/indonesia/riau.html Negeri Riau sebagai bagian dari kesultanan di situs University of Queensland]
 
{{cite journal|last=Syahid|first=Achmad|date=Desember 2005|title=Sufistikasi Kekuasaan pada Kesultanan Riau-Lingga Abad XVIII-XIX M|url=https://ulumuna.or.id/index.php/ujis/article/view/69/57|journal=Ulumuna|volume=IX|issue=2|pages=295–312|doi=|issn=2355-7648|ref={{sfnref|Syahid|2005}}|url-status=live}}{{Kerajaan di Sumatera}}
{{Kerajaan di Sumatera}}
{{Topik Kepulauan Riau}}
 
Baris 79 ⟶ 140:
[[Kategori:Kabupaten Lingga]]
[[Kategori:Kabupaten Bintan]]
[[Kategori:Kota TanjungpinangTanjung Pinang]]
[[Kategori:Kota Batam]]