Lesbumi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariyanto (bicara | kontrib)
k Perbaikan minor (via JWB)
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Pranala sama dengan teksnya)
 
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Lesbumi''' (Lembaga [[Seniman NU|Seniman]] Budayawan Muslimin Indonesia)<ref>{{Cite web|title=Artikel "Lesbumi" - Ensiklopedia Sastra Indonesia|url=http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Lesbumi|website=ensiklopedia.kemdikbud.go.id|access-date=2023-01-31}}</ref> adalah organisasi kebudayaan [[Nahdlatul 'Ulama|Nahdlatul Ulama]]. Lesbumi menghimpun berbagai macam artis: pelukis, bintang film, pemain pentas, dan sastrawan. Lembaga ini juga beranggotakan ulama yang memiliki latar belakang seni cukup baik.{{one source}}
 
== Sejarah ==
Baris 6:
Faktor ekstenal yang melingkupi proses kelahiran Lesbumi adalah Pertama, dikeluarkanya manifesto politik pada tahun 1959 oleh presiden Soekarno. Kedua, pengarus-utamaan Nasakom dalam tata kehidupan sosio- budaya dan politik Indonesia pada awal tahun 1960-an, dan Ketiga perkembangan Lekra 1950, organisasi kebudayaan yang sejak akhir tahun 1950-an dan seterusnya semakin menampakkan kedekatan hubungan dengan PKI baik secara kelembagaan maupun idiologis.<ref name="bulan">Nazwar Sjamsu, ''Heboh Sastra 1968 Menuju Titik Kebenaran'', (Sumatera: Pustaka Sa’adijah, 1971), hlm 90-91</ref> Pada sisi ini, kelahiran Lesbumi memperlihatkan ‘momen politik’ karena faktor-faktor ekstern yang melingkupi proses kelahiranya.<ref name="PCNU Surabaya">Kebangkitan Umat Islam dan Peranan Nu di Indonesia, Pengurus Nahdlatul Ulama Cabang Kotamadya Surabaya, (Surabaya: PT Bina Ilmu Surabaya, 1980). Hlm 134- 135</ref>
 
Sementara faktor internal lahirnya Lesbumi dikalangan NU berkaitan dengan momen budaya, yang bertujuan sebuah lembaga kebudayaan yang dapat melestarikan dan memoles seni budaya yang dihidupi warga NU. Ada dua hal penting berupa faktor intern. Pertama, kebutuhan akan pedampingan terhadap kelompok-kelompok seni budaya dilingkungan NU.  Kedua, kebutuhan akan modernisasi seni budaya.
 
== Implikasi Adanya Kekuatan Lekra ==
Baris 30:
[[Usmar Ismail]] lahir di [[Bukittinggi]] pada 20 Maret 1921 dari pasangan Datuk Tumenggung Ismail, guru Sekolah Kedokteran di Padang, dan Siti Fatimah. Karena dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang taat beribadah, Usmar sudah pandai mengaji pada usia tujuh tahun.
 
Tokoh angkatan 45 [[Asrul Sani]] memberikan penilaian kepada Umar bahwa dia adalah seorang “nasionalis religius”. Pandangan yang sama juga diungkapkan Michael Kaden dengan mengatakan bahwa karya- karya Usmar tidak lepas dari tiga pesan penting : nasionalisme, humanisme, dan keyakinan kepada tuhan.<ref name="Usmar">Bapak Perfilman Indonesia. https://tokoh.id/biografi/1-ensiklopedi/bapak-perfilman-indonesia/. Diakses 1 April 2021.</ref>  
 
Sehubungan dengan pandangan Usmar yang jiwa “nasionalis-religius” ditunjukan pada saat peristiwa AMPAI pada agustus 1946. Lesbumi menunjukan sikap berbeda dari Lekra yang- tanpa bermusyawarah lebih dahulu memilih aksi boikot terhadap AMPAI.<ref name="amapai">Amapai adalah singkatan dari American Motion Picture Association of Indonesia. Amapai adalah asosiasi importir film yang anggotanya terdiri dari mula-mula 11 perusahaan film Amerika yang mengedarkan filmnya di Indonesia melalui kartornya masing-masing</ref> Kehadiran Lesbumi, dengan demikian melanjutkan usaha Usmar untuk membatasi kuota-kuota film dari Amerika. Sikap Usmar memilih “nasionalis-religius” dalam mempresentasikan sikap moderat Lesbumi, tidak ke kanan, tidak ke kiri.
Baris 39:
 
=== 3. Asrul Sani ===
[[Asrul Sani]] lahir di Rao, [[Sumatra Barat|Sumatera Barat]], 10 Juni 1926 adalah seorang [[sastrawan]] dan sutradara film ternama asal Indonesia. Asrul Sani merupakan anak bungsu dari tiga orang bersaudara. Ayahnya, Sultan Marah Sani Syair Alamsyah Yang Dipertuan Padang Nunang Rao Mapat Tunggul Mapat Cacang, merupakan kepala adat [[Minangkabau]] di daerahnya. Ibunya Nuraini binti Itam Nasution, adalah seorang keturunan [[Mandailing]]. Abangnya Chairil Basri menjadi Perwira tinggi TNI, dan kakak perempuan Nurhasanah.<ref name="Ajib">Ajib Rosidi, ''Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia'', Bandung : Binacipta IKAPI, 1986, hlm. 91- 92</ref>
 
Meski sejak awal Djamaludin Malik memimpin dan menjabat Ketua Umum Lesbumi, tidak diragukan lagi bahwa pemberi bentuk dan konseptor Lesbumi adalah Asrul Sani (1927-2004) berusia paling muda diantara kedua rekanya, disamping [[Usmar Ismail]] (1921-1971), Djamaludin Malik (1917-1970). Dalam kepengurusan pucuk pimpinan Lesbumi, Asrul menjabat Wakil Ketua II. Keaktifanya di Lesbumi mengantarken Asrul menjadi anggota DPR-GR/MPRS tahun 1966 sebagai wakil seniman Lesbumi. Asrul adalah konseptor utama Lesbumi. Ia sering memberi masukan-masukan dan semangat-semangat mengenai kebudayaan dalam Islam.<ref name="">File PDF Latar Belakang Lesbumi, Library Digital UIN Surabaya. http://digilib.uinsby.ac.id/10373/5/bab2.pdf Hal. 39. Akses 1 April 2021</ref>
Baris 88:
 
== Saptawikrama Lesbumi ==
Dalam menghadapi tantangan global, Lesbumi memiliki 7 Strategi Kebudayaan yang disebut Saptawikrama Lesbumi NU:<ref name="NU Online">NU Online, ''Lesbumi NU Punya 7 Strategi Kebudayaan untuk Hadapi Tantangan Global''. https://www.nu.or.id/post/read/116835/lesbumi-nu-punya-7-strategi-kebudayaan-untuk-hadapi-tantangan-global. Akses 1 April 2021.</ref>  
 
# Menghimpun dan mengosolidasi gerakan yang berbasis adat istiadat, tradisi dan budaya Nusantara.
# Mengembangkan model pendidikan sufistik (tarbiyah wa ta’lim) yang berkaitan erat dengan realitas di tiap satuan pendidikan, terutama yang dikelola [[Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama|lembaga pendidikan formal (Ma’arif)]] dan Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI).
# Membangun wacana independen dalam memaknai kearifan lokal dan budaya Islam Nusantara secara ontologis dan epistemologis keilmuan. 
# Menggalang kekuatan bersama sebagai anak bangsa yang bercirikan Bhinneka Tunggal Ika untuk merajut kembali peradaban Maritim Nusantara. 
# Menghidupkan kembali seni budaya yang beragam dalam ranah Bhnineka Tunggal Ika berdasarkan nilai kerukunan, kedamaian, toleransi, empati, gotong royong, dan keunggulan dalam seni, budaya dan ilmu pengetahuan.
# Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan gerakan Islam Nusantara. 
# Mengutamakan prinsip juang berdikari sebagai identitas bangsa untuk menghadapi tantangan global.