Dīghanikāya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
Pranala luar: +{{Sedang ditulis}}
Faredoka (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(9 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Sedang ditulis}}{{Infobox sastra Pali|type=Kitab kanonis|parent=[[Suttapiṭaka]]|comment_by=Dīghanikāya-aṭṭhakathā (Sumaṅgalavilāsinī)|children=|abbrev=DN; D|subcomment_by=Līnatthappakāsana; Sādhuvilāsinī|comment_author=[[Buddhaghosa]]|attribution=[[Ānanda]]; [[Bhāṇaka]]|title=Dīghanikāya|sc=dn}}
{{Tripitaka Pali|sutta}}
{{Buddhisme Theravada}}
Kitab '''Dīghanikāya''' ([[Bahasa Pali|Pali]] untuk "'''Kumpulan Panjang'''"; disingkat '''DN'''), juga ditulis sebagai '''Dīgha Nikāya''', merupakanadalah bagian darisebuah kitab suci [[Buddhisme]] sebagai kumpulanbagian pertama dari lima [[nikaya|''[[nikāya'']]'' ("kumpulan") dalam [[Suttapiṭaka]], yang merupakan keranjangsalah pertamasatu dari "tiga keranjang" dalamyang menyusun [[Tripitaka Pali]] milik aliran [[Theravada|Theravāda]]. Beberapa diskursus (''[[sutta]]'') yang sering dirujuk adalah [[Mahāparinibbāna Sutta]] (DN 16) yang menjelaskan saat-saat terakhir dan kematian Buddha; [[Sigālovāda Sutta]] (DN 31) yang berisi penjelasan Buddha tentang hal-hal yang perlu dilakukan oleh [[Upasaka-upasika|umat awam]]; [[Samaññaphala Sutta]] (DN 2) dan [[Brahmajāla Sutta]] (DN 1) yang menjelaskan dan membandingkan [[Pandangan (Buddhisme)|pandangan]] Sang Buddha dengan petapa agama lain di India tentang alam dan waktu (masa lalu, masa kini, dan masa mendatang); dan [[PotthapadaPoṭṭhapāda Sutta]] (DN 9) yang menjelaskan manfaat dan pelaksanaan meditasi ''[[samatha]]''.
 
== Gambaran umum ==
Dīghanikāya terdiri dari 34<ref name="dn">{{Cite web|title=Digha Nikaya: The Long Discourses|url=http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/dn/|website=www.accesstoinsight.org|access-date=2015-12-12}}</ref> kumpulan diskusi-diskusi yang dibagi menjadi tiga kelompok:
* Sīlakkhandha-vagga — Bab mengenai Moralitas (DN 1-13);<ref name="dn" /><ref name=":0" /> dinamai berdasarkan gambaran terkait moralitas para biksu yang tertulis dalam setiap setiap ''sutta''-''sutta''-nya (secara teori; dalam kenyataannya, tidak tertulis lengkap); sebagian besar, moralitas tersebut menuntun kepada [[jhana|''jhāna'']] (pencapaian utama dalam meditasi [[samatha|''samatha'']]), pengembangan kemampuan batiniah dan menjadi seorang [[Arahat]].
* Mahā-vagga — Bab Besar (DN 14-23)<ref name="dn" /><ref name=":1" />
* Pāthika-vagga — Bab Pāthika (DN 24-34)<ref name="dn" /><ref name=":2" />
 
=== Paralel ===
Baris 17:
! rowspan="2" |{{abbr|No.|Number}} ''sutta''
!Judul [[bahasa Pali]]
!Judul [[bahasa InggrisIndonesia]]
|-
! colspan="2" |Deskripsi<ref name=":0">{{Cite web|title=Sīlakkhandhavagga - Dīghanikāya|url=https://suttacentral.net/dn-silakkhandhavagga|website=SuttaCentral|language=|access-date=2025-01-06}}</ref><ref name=":1">{{Cite web|title=Mahāvagga - Dīghanikāya|url=https://suttacentral.net/dn-mahavagga|website=SuttaCentral|language=|access-date=2025-01-06}}</ref><ref name=":2">{{Cite web|title=Pāthikavagga - Dīghanikāya|url=https://suttacentral.net/dn-pathikavagga|website=SuttaCentral|language=|access-date=2025-01-06}}</ref>
! colspan="2" |Description
|-
| colspan="3" |'''Sīlakkhandha-vagga'''
|-
| rowspan="2" |DN 1
|[[Brahmajāla Sutta]]<ref name="brahmajala">{{Cite web|title=Brahmajāla Sutta: The All-embracing Net of Views|url=http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/dn/dn.01.0.bodh.html|website=www.accesstoinsight.org|access-date=2015-12-12}}</ref>
|The All - embracing Net of viewsJaring Tertinggi<ref name="brahmajala" />
|-
| colspan="2" |Ketika orang-orang mungkin memuji atau mengkritik [[Sang Buddha]], mereka cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal sepele. Sang Buddha menyajikan analisis [[Pandangan (Buddhisme)#Pandangan salah|62 jenis pandangan-salah]], cara agar seseorang terlepas dari spekulasi yang tidak berarti.
| colspan="2" |Mainly concerned with 62 types of wrong view.
|-
| rowspan="2" |DN 2
|[[Sāmaññaphala Sutta]]<ref>{{Cite web|title=English translation of DN 2, "The Fruits of Recluseship"|url=https://suttacentral.net/en/dn2|website=Sutta Central|access-date=2015-12-15}}</ref>
|Buah Kehidupan Tanpa Rumah
|The Fruits of the Contemplative Life
|-
| colspan="2" |KingRaja [[Ajatashatru|Ajātasattu]] ofyang Magadhabaru asksdinobatkan themerasa terganggu oleh cara-cara kekerasan yang dia gunakan untuk meraih takhta. Dia mengunjungi Sang Buddha aboutuntuk themenemukan benefitsketenangan inbatin, thisdan lifebertanya oftentang beingmanfaat adari samanalatihan ("recluse"spiritual. orKhotbah "renunciant");ini themerupakan Buddha'ssalah replysatu iskarya insastra termsdan ofspiritual becomingteragung andari [[Arhat|ArhatBuddhisme awal]].
|-
| rowspan="2" |DN 3
|[[Ambaṭṭha Sutta]]<ref>{{Cite web|title=English translation of DN 3, "To Ambaṭṭha"|url=https://suttacentral.net/dn3/en/sujato?layout=plain&reference=none&notes=asterisk&highlight=false&script=latin|website=Sutta Central|access-date=2015-12-15}}</ref>
|Tentang Ambaṭṭha
|&nbsp;
|-
| colspan="2" |Seorang siswa [[brahmana]] muda menyerang [[Keluarga Siddhattha Gotama|keluarga Buddha]], tetapi kelancangannya terbalas.
| colspan="2" |Ambattha the Brahmin is sent by his teacher to find whether the Buddha possesses the 32 bodily marks, but on arrival he is rude to the Buddha on grounds of descent ([[Caste|caste]]); the Buddha responds that he is actually higher born than Ambattha by social convention, but that he himself considers those fulfilled in conduct and wisdom as higher.
|-
| rowspan="2" |DN 4
|[[Soṇadaṇḍanta Sutta]]<ref>{{Cite web|title=English translation of DN 4, "To Soṇadaṇḍa"|url=https://suttacentral.net/en/dn4|website=Sutta Central|access-date=2015-12-27}}</ref>
|Tentang Soṇadaṇḍa
|&nbsp;
|-
| colspan="2" |Seorang brahmana terkenal mengunjungi Sang Buddha, meskipun para brahmana lainnya merasa keberatan. Mereka membahas arti sebenarnya dari menjadi seorang brahmana, dan Sang Buddha dengan terampil menariknya ke sudut pandang-Nya sendiri.
| colspan="2" |The Buddha asks Sonadanda the Brahmin what are the qualities that make a Brahmin; Sonadanda gives five, but the Buddha asks if any can be omitted and argues him down to two: morality and wisdom.
|-
| rowspan="2" |DN 5
|[[Kūṭadanta Sutta]]<ref>[https://suttacentral.net/dn5/en/tw_rhysdavids?lang=en&reference=none&highlight=false Kutadanta Sutta (tr.T.W. Rhys Davids).]</ref>
|Tentang Kūṭadanta
|&nbsp;
|-
| colspan="2" |Seorang brahmana ingin melakukan [[Pengurbanan hewan|pengurbanan]] besar, dan meminta nasihat Buddha. Sang Buddha menceritakan legenda masa lalu ketika seorang raja dibujuk untuk menghentikan pengorbanan yang kejam. Raja itu akhirnya menggunakan sumber dayanya untuk mendukung warga yang membutuhkan di kerajaannya. Namun, bahkan pengorbanan yang bermanfaat dan tanpa-kekerasan tidak ada artinya jika dibandingkan dengan pengorbanan spiritual untuk melepaskan [[Kemelekatan (Buddhisme)|kemelekatan]].
| colspan="2" |Kutadanta the Brahmin asks the Buddha how to perform a sacrifice; the Buddha replies by telling of one of his past lives, as chaplain to a king, where they performed a sacrifice which consisted of making offerings, with no animals killed.
|-
| rowspan="2" |DN 6
|[[Mahāli Sutta]]<ref>[https://suttacentral.net/dn6/en/sujato?lang=en&layout=plain&reference=none&notes=asterisk&highlight=false&script=latin Mahali Sutta (tr. Bhikkhu Sujato).]</ref>
|Tentang Mahāli
|&nbsp;
|-
| colspan="2" |Sang Buddha menjelaskan kepada berbagai kelompok [[umat awam]] tentang hasil [[Meditasi (Buddhisme)|meditasi]] yang bergantung pada cara pengembangan. Sang Buddha menjelaskan kepada berbagai kelompok umat awam tentang hasil meditasi yang bergantung pada cara pengembangan.
| colspan="2" |In reply to a question as to why a certain monk sees divine sights but does not hear divine sounds, the Buddha explains that it is because of the way he has directed his meditation.
|-
| rowspan="2" |DN 7
|[[Jāliya Sutta]]
|Tentang Jāliya
|&nbsp;
|-
| colspan="2" |Ketika ditanya oleh dua orang Brahmana apakah jiwa dan tubuh itu sama atau berbeda, Sang Buddha menjelaskan jalan menuju [[Kebijaksanaan (Buddhisme)|kebijaksanaan]], dan bertanya apakah orang yang telah memenuhinya akan peduli dengan pertanyaan-pertanyaan semacam itu.
| colspan="2" |Asked by two Brahmins whether the soul and the body are the same or different, the Buddha describes the path to wisdom, and asks whether one who has fulfilled it would bother with such questions.
|-
| rowspan="2" |DN 8
|[[Mahāsīhanāda Sutta]]
(alt: Kassapa Sīhananāda Sutta atau Sīhanāda Sutta)
|Khotbah Panjang Auman Singa
|&nbsp;
|-
| colspan="2" |Sang Buddha ditantang oleh seorang [[Jainisme|petapa telanjang]] mengenai topik pertapaan spiritual. Beliau menunjukkan bahwa sangat mungkin untuk melakukan semua jenis latihan keras tanpa memiliki kemurnian batin.
| colspan="2" |The word sihanada literally means 'lion's roar': this discourse is concerned with asceticism.
|-
| rowspan="2" |DN 9
|[[Poṭṭhapāda Sutta]]<ref>{{Cite web|title=English translation of DN 9, "To Poṭṭhapada"|url=https://suttacentral.net/en/dn9|website=Sutta Central|access-date=2015-12-15}}</ref>
|Tentang Poṭṭhapāda
|About Potthapada
|-
| colspan="2" |Sang Buddha berdiskusi dengan seorang pengembara mengenai sifat dan cara [[Persepsi (Buddhisme)|persepsi]] berkembang melalui kondisi meditatif yang lebih dalam. Namun, [[Tanpa atma|tidak satu pun persepsi patut diidentifikasi sebagai diri atau roh]].
| colspan="2" |Asked about the cause of the arising of [[Samjna_(concept)|saññā]], usually translated as perception, the Buddha says it is through training; he explains the path as above up to the jhanas and the arising of their perceptions, and then continues with the first three formless attainments; the sutta then moves on to other topics, the self and the unanswered questions.
|-
| rowspan="2" |DN 10
|[[Subha Sutta]]<ref>[https://suttacentral.net/dn10/en/sujato?lang=en&layout=plain&reference=none&notes=asterisk&highlight=false&script=latin Subha Sutta (tr.Bhikkhu Sujato).]</ref>
|Tentang Subha
|&nbsp;
|-
| colspan="2" |Tak lama setelah wafatnya Sang Buddha, Yang Mulia [[Ānanda]] diundang untuk menjelaskan ajaran-ajaran inti.
| colspan="2" |[[Ananda|Ananda]] describes the path taught by the Buddha.
|-
| rowspan="2" |DN 11
|[[Kevatta_Sutta|Kevaṭṭa Sutta]]<ref>[https://www.dhammatalks.org/suttas/DN/DN11.html Kevatta Sutta (tr. Ṭhānissaro Bhikkhu).]</ref>
alt: Kevaḍḍha Sutta
|Tentang Kevaddha
|To Kevatta
|-
| colspan="2" |Sang Buddha menolak untuk menampilkan [[Mukjizat Buddha Gotama|mukjizat]], menjelaskan bahwa cara teresebut bukanlah cara yang tepat untuk membangkitkan [[Keyakinan dalam Buddhisme|keyakinan]]. Beliau melanjutkan dengan menceritakan kisah tentang seorang ''[[Biksu|bhikkhu]]'' yang salah arah sampai ke alam [[Brahma (Buddhisme)|brahma]].
| colspan="2" |Kevaddha asks the Buddha why he does not gain disciples by working miracles; the Buddha explains that people would simply dismiss this as magic and that the real miracle is the training of his followers.
|-
| rowspan="2" |DN 12
|[[Lohicca_Sutta|Lohicca Sutta]]<ref>{{Cite web|title=English translation of DN 12, "Lohicca"|url=https://suttacentral.net/en/dn12|website=Sutta Central|access-date=2015-12-15}}</ref>
|ToTentang Lohicca
|-
| colspan="2" |Seorang brahmana telah jatuh ke dalam pemikiran bahwa tidak ada gunanya mencoba menawarkan bantuan spiritual kepada orang lain. Sang Buddha pergi menemuinya, dan meyakinkannya tentang manfaat sejati dari ajaran spiritual.
| colspan="2" |On good and bad teachers.
|-
| rowspan="2" |DN 13
|[[Tevijja_Sutta|Tevijja Sutta]]
|Tiga Pengetahuan
|&nbsp;
|-
| colspan="2" |AskedSejumlah aboutbrahmana thesedang pathmendiskusikan tojalan unionyang withbenar [[Brahma|Brahma]],untuk thebergabung Buddhabersama explainsBrahmā. itMenentang inklaim termsotoritas ofyang theberdasar Buddhistpada path[[Weda]], butSang endingBuddha withmenegaskan thebahwa fourhanya brahmaviharas;pengalaman thepribadi abbreviatedyang waydapat themenuntun textpada is[[Kebenaran written(Buddhisme)|kebenaran]], outdiakhiri makesdengan itpenyampaian unclear how much of the path comes before this[[Brahmawihara]]; [[Richard_Gombrich|Richard Gombrich]] hasberpendapat arguedbahwa that"penyatuan thedengan Buddhabrahma" wasmerujuk meaningpada union with Brahma as synonymous with nirvana[[Nirwana]].<ref>{{Citation|last=Gombrich|first=Richard|title=How Buddhism Began: The Conditioned Genesis of the Early Teachings|place=New Delhi|publisher=Munshiram Manoharlal Publishers Pvt. Ltd.|year=1997|author-link=Richard Gombrich|isbn=81-215-0812-6}}</ref>
|-
| colspan="3" |'''Mahā-vagga'''
|-
| rowspan="2" |DN 14
|[[Mahapadana_Sutta|Mahāpadāna Sutta]]
|Khotbah Panjang tentang Silsilah
|&nbsp;
|-
| colspan="2" |TellsSang theBuddha storymenjelaskan oftentang a[[Kebuddhaan#Daftar pastBuddha|enam Buddha updi tomasa shortlylampau]], afterdan hismenceritakan enlightenment;kisah thepanjang storysalah issatu similardari toMereka, thatyaitu ofBuddha Gautamabernama Buddha[[Vipassī]].
|-
| rowspan="2" |DN 15
|[[Mahanidana_Sutta|MahanidānaMahānidāna Sutta]]<ref>[https://www.dhammatalks.org/suttas/DN/DN15.html Mahanidana Sutta (tr. Ṭhānissaro Bhikkhu).]</ref>
|Khotbah Panjang tentang Asal-Mula
|The Great Causes Discourse
|-
| colspan="2" |Menolak klaim Yang Mulia [[Ānanda]] yang berkata sudah dapat memahami [[Kemunculan Bersebab]] (''paṭiccasamuppāda'') secara mudah, Sang Buddha menyajikan analisis yang kompleks dan sulit, mengungkap nuansa dan implikasi tersembunyi dari ajaran utama ini.
| colspan="2" |On [[Pratitya-samutpada|dependent origination]].
|-
| rowspan="2" |DN 16
|[[Mahaparinibbana_Sutta|MahaparinibbānaMahāparinibbāna Sutta]]<ref>[https://www.dhammatalks.org/suttas/DN/DN16.html Mahaparinibbana Sutta (tr. Ṭhānissaro Bhikkhu).]</ref>
|Wafat Agung
|The Last Days of the Buddha
|-
| colspan="2" |Diskursus terpanjang dari semua diskursus, narasi yang diperluas ini menceritakan tentang peristiwa seputar wafatnya Buddha. Penuh dengan perincian yang hidup dan mengharukan, teks ini adalah titik masuk yang ideal untuk mengenal pribadi Buddha, dan memahami bagaimana umat Buddha menghadapi kepergian-Nya.
| colspan="2" |Story of the last few months of the Buddha's life, his death and funeral, and the distribution of his relics.
|-
| rowspan="2" |DN 17
|[[Mahasudassana_Sutta|MahasudassanaMahāsudassana Sutta]]
|Kemegahan Agung
|&nbsp;
|-
| colspan="2" |StorySebuah ofkisah oneterperinci oftentang thekehidupan lampau Sang Buddha's sebagai pastraja liveslegendaris asyang ameninggalkan king.segalanya Theuntuk descriptionberlatih ofmeditasi. hisDeskripsi palaceistananya hasmemiliki closekemiripan verbal similaritiesyang todekat thatdengan ofdeskripsi thekonsep [[Pure_LandTanah murni|PureTanah LandMurni]] yang digunakan oleh aliran-aliran [[Mahāyāna]], anddan menurut [[Rupert_Gethin|Rupert Gethin]], teks ini merupakan teks pendahulunya, tetapi sama sekali hastidak suggestedmerujuk thispada askonsep aTanah precursorMurni.<ref>''Journal of the Pali Text Society'', volume XXVIII</ref>
|-
| rowspan="2" |DN 18
|[[Janavasabha_Sutta|Janavasabha Sutta]]
|Tentang Janavasabha
|&nbsp;
|-
| colspan="2" |Raja [[Bimbisara]] dari [[Kerajaan Magadha|Magadha]], yang terlahir kembali sebagai dewa Janavasabha, memberi tahu Sang Buddha bahwa ajarannya telah menghasilkan peningkatan jumlah orang yang terlahir kembali sebagai [[Dewa (Buddhisme)|dewa]]. Dimulai dengan cerita tentang nasib para murid yang baru saja meninggal dunia, pembahasan beralih ke diskusi tentang Dhamma yang dipegang oleh para dewa.
| colspan="2" |King [[Bimbisara|Bimbisara]] of Magadha, reborn as the god Janavasabha, tells the Buddha that his teaching has resulted in increased numbers of people being reborn as gods.
|-
| rowspan="2" |DN 19
|[[Maha-Govinda_Sutta|Maha-GovindaMahāgovinda Sutta]]
|Pelayan Mulia
|&nbsp;
|-
| colspan="2" |StorySeorang ofdewa aminor pastmemberi lifetahu of theSang Buddha tentang percakapan dan urusan para dewa.
|-
| rowspan="2" |DN 20
|[[Mahasamaya_Sutta|MahasamayaMahāsamaya Sutta]]<ref>[https://www.dhammatalks.org/suttas/DN/DN20.html Mahasamaya Sutta (tr. Ṭhānissaro Bhikkhu).]</ref>
|Pertemuan Agung
|The Great Meeting
|-
| colspan="2" |Ketika para dewa dari semua alam berkumpul untuk memberi hormat kepada Sang Buddha, Beliau memberikan serangkaian syair yang menggambarkan para dewa. Syair-syair ini, yang biasanya dilantunkan di negara-negara [[Theravāda|Theravādin]], memberikan salah satu penjelasan paling rinci mengenai dewa-dewi yang disembah pada zaman Sang Buddha.
| colspan="2" |Long versified list of gods coming to honour the Buddha.
|-
| rowspan="2" |DN 21
|[[Sakkapanha_Sutta|Sakkapañha Sutta]]<ref>[https://www.dhammatalks.org/suttas/DN/DN21.html Sakkapanha Sutta (tr. Ṭhānissaro Bhikkhu).]</ref>
|Pertanyaan Sakka
|Sakka's Questions
|-
| colspan="2" |Setelah mendengar lagu cinta dari dewa musik, Sang Buddha terlibat dalam diskusi mendalam dengan [[Sakka (Buddhisme)|Sakka]] (raja para dewa, versi Buddhis dari dewa [[Indra]]) tentang asal muasal yang terkondisi dari [[Kemelekatan (Buddhisme)|kemelekatan]] dan [[Penderitaan (Buddhisme)|penderitaan]].
| colspan="2" |The Buddha answers questions from Sakka, ruler of the gods (a Buddhist version of [[Indra|Indra]]).
|-
| rowspan="2" |DN 22
|[[Mahasatipatthana_Sutta|Mahasatipaṭṭhāna Sutta]]<ref>[https://www.dhammatalks.org/suttas/DN/DN22.html Mahasatipatthana Sutta (tr. Ṭhānissaro Bhikkhu).]</ref>
|Khotbah Panjang tentang Landasan-landasan Perhatian
|The Great Discourse on the Foundations of Mindfulness
|-
| colspan="2" |Sang Buddha merinci faktor ketujuh dari [[Jalan Mulia Berunsur Delapan]], [[Satipaṭṭhāna|meditasi perhatian-penuh]]. Diskursus ini pada dasarnya identik dengan [[Majjhimanikāya|MN]] 10, dengan penambahan bagian yang diperluas tentang [[Empat Kebenaran Mulia]] yang diturunkan dari [[Majjhimanikāya|MN]] 141.
| colspan="2" |The basis for one of the Burmese [[Vipassana|vipassana]] meditation traditions; many people have it read or recited to them on their deathbeds.<ref>Malalasekera, ''Dictionary of Pali Proper Names'', volume II, page 564</ref>
Teks yang menjadi dasar dari salah satu tradisi meditasi ''[[vipassanā]]'' [[Myanmar|Burma]]; banyak orang membacakannya kepada mereka yang telah meninggal dunia.<ref>Malalasekera, ''Dictionary of Pali Proper Names'', volume II, page 564</ref>
|-
| rowspan="2" |DN 23
|[[Payasi|Pāyāsi Sutta]]
alt: PayasiPāyāsi Rājañña Sutta
|Tentang Pāyāsi
|&nbsp;
|-
| colspan="2" |Diskursus ini berisi debat yang panjang dan menghibur antara seorang ''bhikkhu'' dan seorang [[Skeptisisme|skeptis]], yang berusaha dengan keras dan aneh untuk membuktikan bahwa tidak ada yang namanya kehidupan setelah kematian. Diskursus ini berisi rangkaian perumpamaan dan permisalan yang penuh warna.
| colspan="2" |Dialogue between the skeptical Prince Payasi and a monk.
|-
| colspan="3" |'''Pāthika-vagga'''
|-
| rowspan="2" |DN 24
|[[Patika_Sutta|PāṭikaPāthika Sutta]]
alt:Pāthika Pāṭika Sutta
|Tentang Pāṭikaputta
|&nbsp;
|-
| colspan="2" |Ketika Sunakkhatta mengancam untuk melepas jubahnya, Sang Buddha tidak terkesan. Menolak untuk menampilkan asketisme atau kekuatan menakjubkan yang mencolok, Beliau menunjukkan keunggulan-Nya.
| colspan="2" |A monk has left the order because he says the Buddha does not work miracles; most of the sutta is taken up with accounts of miracles the Buddha has worked.
|-
| rowspan="2" |DN 25
|[[Udumbarika_Sihanada_Sutta|Udumbarika Sihanada Sutta]]
alt: Udumbarika Sīhanāda Sutta
|Auman Singa kepada Penduduk Udumbarika
|&nbsp;
|-
| colspan="2" |Diskursus ini memberikan contoh dialog antaragama yang sangat baik. Sang Buddha menegaskan bahwa Beliau tidak tertarik untuk membuat siapa pun melepaskan guru atau latihan mereka. Beliau hanya tertarik untuk membantu orang-orang melepaskan [[Penderitaan (Buddhisme)|penderitaan]] mereka.
| colspan="2" |Another discourse on asceticism.
|-
| rowspan="2" |DN 26
|[[Cakkavatti_Sihanada_Sutta|Cakkavatti Sihanada Sutta]]<ref>[https://www.dhammatalks.org/suttas/DN/DN26.html Cakkavatti Sihanada Sutta (tr. Ṭhānissaro Bhikkhu).]</ref>
|Pemutaran Roda
|The Wheel-turning Emperor
|-
| colspan="2" |Dalam penyampaian ilustrasi seseorang yang bergantung pada diri sendiri, Sang Buddha memberikan penjelasan rinci tentang jatuhnya garis keturunan raja di masa lalu, dan kemerosotan masyarakat selanjutnya. Proses ini, bagaimanapun, belum berakhir, seperti yang diprediksi Buddha bahwa pada akhirnya masyarakat akan jatuh ke dalam kekacauan total. Namun, jauh di masa depan, Buddha lain, [[Metteyya]], akan muncul di masa yang damai dan berlimpah.
| colspan="2" |Story of humanity's decline from a golden age in the past, with a prophecy of its eventual return.
|-
| rowspan="2" |DN 27
|[[Aggañña_Sutta|Aggañña Sutta]]
|Pengetahuan tentang Asal-usul
|&nbsp;
|-
| colspan="2" |Berbeda dengan mitologi egois brahmana di masa lalu, Sang Buddha menyajikan kisah evolusi yang menunjukkan bagaimana pilihan-pilihan manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseimbangan ekologis, dan bagaimana [[Nafsu (Buddhisme)|keserakahan]] yang berlebihan menghancurkan [[Niyāma|tatanan alam]].
| colspan="2" |Another story of humanity's decline.
|-
| rowspan="2" |DN 28
|[[Sampasadaniya_Sutta|Sampasādaniya Sutta]]
|Keyakinan Tenang
|&nbsp;
|-
| colspan="2" |Sesaat sebelum meninggal dunia, Yang Mulia [[Sāriputta]] mengunjungi Sang Buddha dan mengucapkan sanjungan yang mengharukan dari guru agung-Nya.
| colspan="2" |[[Sariputta|Sariputta]] praises the Buddha.
|-
| rowspan="2" |DN 29
|[[Pasadika_Sutta|Pāsādika Sutta]]<ref>[https://www.dhammatalks.org/suttas/DN/DN29.html Pasadika Sutta (tr. Ṭhānissaro Bhikkhu).]</ref>
|Khotbah yang Menggembirakan
|The Inspiring Discourse
|-
| colspan="2" |Menyusul wafatnya [[Mahawira|Nigaṇṭha Nātaputta]], pemimpin [[Jainisme]], Sang Buddha menekankan stabilitas dan kedewasaan umat-Nya sendiri. Beliau mendorong para umat untuk bersatu setelah wafatnya Beliau dan melafalkan Dhamma secara harmonis.
| colspan="2" |The Buddha's response to the news of the death of his rival, the founder of [[Jainism|Jainism]].
|-
| rowspan="2" |DN 30
|[[Lakkhana_Sutta|Lakkhaṇa Sutta]]
|Tanda-tanda Manusia Luar Biasa
|&nbsp;
|-
| colspan="2" |Menyajikan ramalan brahmanis tentang Manusia Agung, dan menjelaskan 32 tanda secara rinci. Diskursus ini berisi beberapa bentuk ayat terbaru dan terkompleks dalam [[Tripitaka Pali]].
| colspan="2" |Explains the actions of the Buddha in his previous lives leading to his 32 bodily marks; thus it describes practices of a [[Bodhisattva|bodhisattva]] (perhaps the earliest such description).
|-
| rowspan="2" |DN 31
|[[SigalovadaSiṅgāla Sutta]]
alt:Singala Sigālovāda Sutta, SingalakaSiṅgālaka Sutta, oratau SigalaSigāla Sutta
|Kepada Sigālaka
|To Sigala/The Layperson's Code of Discipline
|-
| colspan="2" |Sang Buddha bertemu dengan seorang pemuda yang sedang memberi [[Pelimpahan jasa|penghormatan kepada orang tuanya]] yang telah meninggal dunia dengan melakukan serangkaian ritual. Sang Buddha merombak ritual yang tidak bermakna sesuai [[Kebajikan (Buddhisme)|kerangka perbuatan-baik]]. Diskursus ini merupakan diskursus tentang [[Sila (Buddhisme)|moralitas]] yang paling rinci untuk [[Upasaka-upasika|umat awam]].
| colspan="2" |Traditionally regarded as the lay [[Vinaya|vinaya]].
|-
| rowspan="2" |DN 32
|[[Āṭānāṭiya Sutta]]
|Syair-syair Perlindungan Āṭānāṭiyā
|The Discourse on Atanatiya
|-
| colspan="2" |Makhluk ''[[Yaksa|yakkha]]'' mengadakan pertemuan, dan memperingatkan Sang Buddha bahwa, karena tidak semua makhluk-bukan-manusia ramah, para ''bhikkhu'' harus mempelajari [[Paritta|syair-syair perlindungan]];
| colspan="2" |Gods give the Buddha a poem for his followers, male and female, monastic and lay, to recite for protection from evil spirits; it sets up a [[Mandala|mandala]] or circle of protection and a version of this sutta is classified as a [[Tantra|tantra]] in Tibet and Japan.<ref>Skilling, ''Mahasutras'', volume II, bagian I & II, 1997, Pali Text Society, Bristol, hlm. 84n, 553ff, 617ff</ref>
Teks ini menjadi dasar pembentukan tradisi [[mandala]] atau lingkaran perlindungan dalam aliran Buddhis lain, dan versi ''sutta'' ini ditafsirkan menjadi suatu praktik [[Vajrayana|tantra]] di [[Buddhisme Tibet]] dan [[Buddhisme di Jepang|Buddhisme Jepang]].<ref>Skilling, ''Mahasutras'', volume II, bagian I & II, 1997, Pali Text Society, Bristol, hlm. 84n, 553ff, 617ff</ref>
|-
| rowspan="2" |DN 33
|[[SaṅgātiSaṅgīti Sutta]]<ref>[https://www.dhammatalks.org/suttas/DN/DN33.html Sangiti Sutta (tr. Ṭhānissaro Bhikkhu).]</ref>
|Mengulang Bersama
|The Discourse for Reciting Together
|-
| colspan="2" |Sang Buddha mendorong Yang Mulia [[Sāriputta]] untuk mengajar para ''bhikkhu'', dan Beliau menawarkan daftar panjang ajaran Buddhis yang disusun dalam urutan berangka.
| colspan="2" |L. S. Cousins has tentatively suggested<ref>Pali oral literature, dalam ''Buddhist Studies'', ed Denwood & Piatigorski, Curzon, London, 1982/3</ref> that this was the first sutta created as a literary text, at the Second Council, his theory being that sutta was originally a pattern of teaching rather than a body of literature; it is taught by Sariputta at the Buddha's request, and gives lists arranged numerically from ones to tens (cf. [[Anguttara_Nikaya|Anguttara Nikaya]]); a version of this belonging to another school was used as the basis for one of the books of their [[Abhidharma_Pitaka|Abhidharma Pitaka]].
[[L. S. Cousins]] ​​secara tentatif mengusulkan<ref>Pali oral literature, dalam ''Buddhist Studies'', ed Denwood & Piatigorski, Curzon, London, 1982/3</ref> bahwa ini adalah ''sutta'' pertama yang disusun sebagai suatu teks sastra, pada Sidang Kedua, teorinya adalah bahwa ''sutta'' pada awalnya lebih merujuk pada sebuah pola ajaran daripada sebuah kumpulan sastra; ''sutta'' diajarkan oleh Sāriputta atas permintaan Buddha, dan memberikan daftar yang disusun secara ber-angka dari satu hingga sepuluh (lihat [[Aṅguttaranikāya]]); pada aliran Buddhis lain, teks paralelnya digunakan sebagai dasar untuk penyusunan salah satu kitab [[Abhidharma]]<nowiki/>piṭaka mereka.
|-
| rowspan="2" |DN 34
|[[Dasuttara Sutta]]<ref>{{Cite web|title=DN34 Dasuttara Sutta: Expanding Decades|url=http://www.palicanon.org/en/sutta-pitaka/transcribed-suttas/digha-nikaya/149-dn-16-mahparinibbna-sutta-the-great-passing-the-buddhas-last-days.html|website=www.palicanon.org|access-date=2015-12-12}}</ref>
|Memperluas Kelompok Sepuluh
|Progressing by Tens
|-
| colspan="2" |Diskursus ini mirip dengan yang sebelumnya, tetapi dengan cara menjelaskan yang berbeda. Ada sepuluh kategori, dan setiap penomoran memiliki satu daftar di masing-masing; materi dari ''sutta'' ini juga dikutip dalam kitab [[Paṭisambhidāmagga]]. Kedua diskursus ini (DN 33 dan 34) merupakan pelopor beberapa metode [[Abhidhamma Theravāda]].
| colspan="2" |Similar to the preceding sutta but with a fixed format; there are ten categories, and each number has one list in each; this material is also used in the [[Patisambhidamagga|Patisambhidamagga]].
|}
 
== Terjemahan ==
 
Baris 261 ⟶ 271:
== Pranala luar ==
{{wikiquote}}
 
* [https://tipitaka.lk/dn Dīgha Nikāya lengkap dalam bahasa Pali dan terjemahan bahasa Sinhala di tipitaka.lk]
* [https://web.archive.org/web/20100222091654/http://www.metta.lk/tipitaka/2Sutta-Pitaka/1Digha-Nikaya/index.html Dīgha Nikāya dalam bahasa Pali dan Inggris di metta.lk]
Baris 274 ⟶ 283:
[[Kategori:Kitab Buddhisme Theravada]]
[[Kategori:Buddhisme]]
__INDEKS__