Kesultanan Palembang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Iwan Said (bicara | kontrib)
Keterangan palsu atau tidak benar
Tag: Dikembalikan VisualEditor
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Pranala antar wiki ditulis sebagai prana luar atau digunakan sebagai referensi)
 
(32 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{pp-protected|reason=Penambahan isi halaman tanpa sumber|small=yes}}
{{refimprove}}
{{Infobox Former Country
| native_namereligion = [[Islam]]
| conventional_long_nameimage_coat = Palembang Darussalam
| common_name symbol_type =
| continent = Asia
| region = [[Asia Tenggara]]
| country = [[Indonesia]]
| religion = [[Islam]]
| image_coat =
| symbol_type =
| p1 = Kesultanan Demak
| p2 = Kesultanan Banten
| s1 = Hindia Belanda
| s2 = Indonesia
| flag_p1 = PatakaPATAKA KesultananKESULTANAN DemakDEMAK.jpg
| flag_p2 = Flag of the Sultanate of Banten.svg
| flag_s1 = Flag of the Netherlands.svg
Baris 24 ⟶ 19:
| event_end = Dihapus [[Belanda]]
| image_map =
| capital = [[Palembang]]
| common_languages = Bahasa yang umum digunakan didalam Kesultanan Palembang adalah [[Bahasa Melayu Palembang]] yang terbagi menjadi dua dialek, yaitu [[Bahasa Palembang Alus]] yang biasanya digunakan oleh Wong Jero (keluarga Sultan dan Bangsawan) dan [[Bahasa Melayu Palembang|Palembang Sari-Sari]] yaitu bahasa pengantar yang biasa digunakan oleh Wong Jabo (rakyat biasa)
| government_type = [[Monarki]]
| title_leader = Sultan
| currency = [[Pitis Palembang]] <br /> [[Gulden Hindia Belanda]] <br /> [[Rupiah]]
| footnotes = [[Gelar kehormatan dalam Kesultanan Palembang|Azmatkhan]] [[Walisongo]] [[Suku Melayu Indonesia|Melayu]]
| image_flag =
| leader_title1 =
| leader_name1 =
Baris 43 ⟶ 37:
| p3 = Kerajaan Palembang
| flag_s2 = Flag_of_Indonesia.svg
| year_leader7 = 2006-Sekarang
| year_leader6 = 3
| year_leader5 = 1821-1823
Baris 54 ⟶ 48:
| leader2 = [[Mahmud Badaruddin I|Sultan Mahmud Badaruddin bin Sultan Mansyur Jayo ing Lago]]
| leader1 = [[Susuhunan Abdurrahman|Sri Sultan Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidul Imam Bin Pangeran Sedo Ing Pesarean]]
| flag_p3 = Bendera Kesultanan Palembang.png
| house1 =
| religion_ref =
| demonym =
| continentleader7 = Asia
| flag_p4 = Naval flag of Majapahit Kingdom.svg
| flag_p5 = Flag of Aceh SultanateSriwijaya.svg
| map_captionflag_p6 = BagianFlag Dalamof KeratonAceh Kepangeranan Palembang DarussalamSultanate.svg
| regiontoday = [[Asia Tenggara]]{{Flag|Indonesia}}
| countryimage_flag = [[Indonesia]]
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Islam}}
'''Kesultanan Palembang Darussalam''' adalah suatu [[kerajaan Melayu]] [[Islam]] di [[Sumatra]] yang berpusat di [[Kota Palembang]], [[Sumatera Selatan]] sekarang. Kesultanan ini diproklamirkan oleh [[Sri Susuhunan Abdurrahman|Sri Sultan Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam]], seorang bangsawan Palembang pada tahun [[1659]],<ref name="Bruun">{{cite book|last=Bruun|first=M.C.|authorlink=Malthe Conrad Bruun|title=Universal geography, or A description of all the parts of the world|url=https://archive.org/details/universalgeogra00bruugoog|publisher=|year=1822|page=[https://archive.org/details/universalgeogra00bruugoog/page/n467 441]}}</ref> dan dihapuskan keberadaannya oleh pemerintah kolonialpenjajah [[Belanda]] pada [[7 Oktober]] [[1823]].
 
[[Malthe Conrad Bruun]] (1755-1826) seorang petualang dan ahli [[geografi]] dari [[Prancis]] mendeskripsikan keadaan masyarakat dan kota kerajaan waktu itu, yang telah dihuni oleh masyarakat yang heterogen terdiri dari [[Tiongkok]], [[Siam]], [[Suku Melayu|Melayu]] dan [[Jawa]] serta juga disebutkan bangunan yang telah dibuat dengan batu bata hanya sebuah [[Wihara|vihara]] dan istana kerajaan.
 
== Kekuasaan ==
Kesultanan yang pernah berkuasa dari tahun [[1659]] - [[7 Oktober]] [[1823]]<ref>[https://www.indephedia.com/2019/01/sejarah-kesultanan-palembang-darussalam.html Kisah Berdiri dan Hancurnya Kesultanan Palembang Darussalam] di [https://www.indephedia.com Indephedia]</ref> ini merupakan [[Sultan|Kesultanan]] terbesar di [[Negara SumatraSumatera Selatan|Sumatera Bahagian Selatan]]. Daerah Kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam ini sekarang mencakup [[Sumatera Selatan|Provinsi Sumatera Selatan]], [[Bengkulu|Provinsi Bengkulu]] ''(dulu Bangka Hulu)'', [[Kepulauan Bangka Belitung|Provinsi Kepulauan Bangka Belitung]], [[Jambi|Provinsi Jambi]] dan [[Lampung|Provinsi Lampung]].<ref>[https://www.youtube.com/watch?v=gYdJ9R81hns&t=3179s Bincang-Bincang bersama SMB IV] di [[Radio Republik Indonesia|RRI Net]] [[Kota Palembang|Palembang]]</ref> Diluar [[Sumatra|Sumatera]], Kasultanan ini juga menjalin hubungan diplomatik dengan [[Kesultanan Banten]],<ref>[https://bantenhits.com/2019/12/15/luruskan-tafsir-sejarah-yang-keliru-soal-banten-palembang-di-masa-lalu-guru-sejarah-di-banten-disambut-tradisi-ngobeng-ngidang-kesultanan-palembang/#respond Hubungan Kesultanan Banten dengan Kesultanan Palembang Darussalam]</ref> [[Kesultanan Demak]]<ref>[https://www.republika.co.id/berita/p7r6jm313/peran-demak-dalam-kedaulatan-islam-di-palembang Hubungan Kesultanan Demak dengan Kesultanan Palembang Darussalam]</ref> dan [[Kerajaan Blambangan]]<ref>[[https://ms.m.wiki-indonesia.club/wiki/Kyai_Saleh_Lateng Kyai Saleh Lateng]] Islamkan [[Kerajaan Blambangan]]</ref> di [[Kabupaten Banyuwangi|Banyuwangi]]. Sedangkan dalam [[Kerajaan Kubu|Kesultanan Kubu]], Kesultanan Palembang Darussalam menikah dengan Yang dipertuan Besar Kubu I, '''Sayyid Idrus''' melakukan pernikahan dengan putri [[Mahmud Badaruddin I|Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikrama]].<ref>[[Kerajaan Kubu#RAJA I: Sayyid Idrus bin Sayyid 'Abdu'l Rahman al-Idrus, Tuan Besar Kubu (1772 – 1795)|Hubungan Kesultanan Kubu dengan Kesultanan Palembang Darussalam]]</ref>. Dalam [[Silsilah|Tarsilah]] [[Brunei Darussalam|Kesultanan Brunei Darussalam]], disebutkan bahwa Tumenggung Mancanegara (Pangeran Manchu Negoro) yang merupakan kakek dari [[Susuhunan Abdurrahman|Sultan Abdurrahman]], pendiri kesultanan Palembang Darussalam adalah isteri dari [[Daftar Sultan Brunei|Sultan Brunei]], Sultan Abdul Jalilul Akbar, dengan masa periode pemerintahan 1598-1659.<ref>[https://kanzunqalam.com/2015/02/20/zuriat-kesultanan-palembang-darussalam-dalam-catatan-tarsilah-brunei/ Hubungan Brunei Darussalam dengan Kesultanan Palembang Darussalam]</ref>
 
[[Berkas:Miniature of Palembang palace.JPG|256px|kiri|jmpl|Replika masjid agung kesultanan Palembang]]
Baris 73 ⟶ 71:
== Pendirian ==
[[Berkas:Sultan of Palembang throne.JPG|256px|ka|jmpl|Replika takhta sultan Palembang]]
Berdasarkan kisah ''Kidung Pamacangah'' dan [[Babad Arya Tabanan]]<ref>Darta, A.A. Gde, A.A. Gde Geriya, A.A. Gde Alit Geria, (1996), ''Babad Arya Tabanan dan Ratu Tabanan'', Denpasar: Upada Sastra.</ref> disebutkan seorang tokoh Anak [[Brawijaya (disambiguasi)|brawijaya]] sebagai ''bupati Palembang'' turut serta menaklukan Bali bersama dengan [[Gajah Mada]] Mahapatih [[Majapahit]] pada tahun 1343. Sejarawan Prof. C.C. Berg menganggapnya identik dengan [[Adityawarman]].<ref>Berg, C.C., (1985), ''Penulisan Sejarah Jawa'', (terj.), Jakarta: Bhratara.</ref> Begitu juga dalam [[Nagarakretagama]], nama Palembang telah disebutkan sebagai daerah jajahan Majapahit (meski belum ada bukti tertulis dijajah) serta Gajah Mada dalam sumpahnya yang terdapat dalam [[Pararaton]] juga telah menyebutkan Palembang sebagai sebuah kawasan yang "akan ditaklukannya" (meski pada kenyataanya tidak ada bukti tertulis).
 
Selanjutnya berdasarkan kronik Tiongkok nama ''Pa-lin-fong'' yang terdapat pada buku ''Chu-fan-chi'' yang ditulis pada tahun 1178 oleh ''Chou-Ju-Kua'' dirujuk kepada Palembang, dan kemudian sekitar tahun 1513, [[Tomé Pires]] seorang petualang dari [[Portugis]] menyebutkan Palembang, telah dipimpin oleh seorang patih yang ditunjuk dari Jawa yang kemudian dirujuk kepada [[kesultanan Demak]] serta turut serta menyerang Malaka yang waktu itu telah dikuasai oleh Portugis. Kemudian pada tahun 1596, Palembang juga ditaklukan oleh [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] Seterusnya nama tokoh yang dirujuk memimpin kesultanan Palembang dari awal adalah [[Sri Susuhunan Abdurrahman]] tahun 1659. Walau sejak tahun 1601 telah memiliki hubungan dengan VOC dari yang mengaku Sultan Palembang.<ref name="Poesponegoro">{{cite book|last=Poesponegoro|first=M.D.|title=Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia|page= 46}}</ref>
Baris 84 ⟶ 82:
== Ulama di Masa Kesultanan Palembang ==
 
=== Syekh Abdus Somad Al-Falimbani<ref>[[Abdus Samad al-Palimbani|Abdus Samad Al-Palimbani]] di [https://wiki-indonesia.club/ Wikipedia Bahasa Indonesia]</ref> ===
{{Further|Abdus Samad al-Palimbani}}
'''Syaikh Abdus Shamad al-Palimbani''' adalah seorang tokoh sufi penulis kitab-kitab sufi yang berasal dari Palembang.<ref name="Amin2008">{{cite book|author=Samsul Munir Amin|year=2008|url=https://books.google.com/books?id=7DDriJCv-x4C&pg=PA311|title=Karomah para kiai|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|isbn=978-979-8452-49-9|pages=311–}}</ref> Abdus Shamad lahir pada [[1116 H]] ([[1704]]) M dan wafat pada [[1203 H]] ([[1789]] M) dalam usia 85 tahun,<ref name="Amin2008" /> di Palembang.{{Fact}} Tentang nama lengkap Syeikh Al-Falimbani, yang tercatat dalam sejarah, ada tiga versi nama. Yang pertama, seperti yang diungkapkan dalam Ensiklopedia Islam, dia bernama Abdus Samad Al-Jawi Al-Falembani. Versi kedua, merujuk pada sumber-sumber Melayu, sebagaimana ditulis oleh Azyumardi Azra dalam bukunya Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII (Mizan: 1994), ulama besar ini memiliki nama asli Abdul Samad bin Abdullah Al-Jawi Al-Falembani. Sementara versi terakhir, tulisan Rektor UIN Jakarta itu, bahawa apabila merujuk pada sumber-sumber Arab, nama lengkap Syeikh Al-Falembani ialah Sayyid Abdus Al-Samad bin Abdurrahman Al-Jawi. Dari ketiga nama itu yang diyakini sebagai nama Abdul Samad, Azyumardi berpendapat bahawa nama terakhirlah yang disebut Syeikh Abdul Samad.
Baris 93 ⟶ 91:
 
=== Masagus Abdul Hamid (Kyai Marogan)<ref>[https://www.laduni.id/post/read/80741/biografi-kiai-marogan-palembang# Kyai Marogan] di [https://www.laduni.id/ Laduni.id]</ref> ===
'''Kyai Marogan''' adalah seorang ulama yang berasal dari Palembang. Kyai Marogan lahir pada tahun [[1082]] M dan wafat pada tahun 1091 M dalam usia 89 tahun, di Palembang. Pada usia muda, Kiai Marogan dikenal giat berbisnis di bidang saw-mill atau perkayuan. Beliau memiliki dua buah pabrik penggergajian kayu. Bakat beliau ini diperoleh dari ibunya yang berdarah [[Tionghoa]]. Berkat suksesan dalam bisnis kayu ini membuat Kiai Marogan untuk berangkat ke tanah suci dan dan sepulangnya dari tanah suci beliau menjalankan kegiatan penyebaran dakwah di pedalaman [[Sumatera Selatan|Sumatra Selatan]].
 
Dari hasil bisnis usaha kayunya Kiai Marogan mampu mendirikan sejumlah [[masjid]] yang dipergunakan sebagai pusat kajian dan dakwah. Banyak ajaran Kiai Marogan yang masih dilantunkan oleh sebagian penduduk Palembang, di antaranya adalah sebuah [[Zikir|dzikir]]: “La ilaha Illallahul Malikul Haqqul Mubin Muhammadur Rasulullah Shadiqul Wa’dul Amin”, yang artinya “Tiada Tuhan Selain Allah, Raja Yang Benar dan Nyata, Muhammad adalah Rasulullah Yang Jujur dan Amanah.”
Baris 111 ⟶ 109:
Dari Persegi silsilah, nasab Kyai Marogan berketurunan Arab, dari sebelah ayah. Masagus H. Mahmud Kanang bin Masagus Taruddin , ayah Kyai Marogan, adalah ulama yang merupakan keturunan Sultan Palembang Darussalam yang bernama [[Susuhunan Abdurrahman|Susuhanan Abdurrahman]] yang nasabnya sampai [[Muhammad|Rasululllah]]. Sementara ibunya, Radin Ranti, adalah wanita Keturunan Tionghoa yang bernama Perawati.
 
=== Kiagus Muhammad Saleh (Kyai Saleh Lateng Banyuwangi)<ref>[[:ms:Kyai Saleh Lateng|Kyai Saleh Lateng]] di [https://idms.wiki-indonesia.club/ Wikipedia Bahasa IndonesiaMelayu]</ref> ===
''Informasi lebih lanjut: [https://ms.m.wiki-indonesia.club/wiki/Kyai_Saleh_Lateng Kyai Saleh Lateng]''[[Berkas:Kyai Saleh.png|kiri|jmpl|250x250px|Kyai Saleh Lateng]]
{{Further|Kyai Saleh Lateng}}
[[Berkas:Kyai Saleh.png|kiri|jmpl|250x250px|Kyai Saleh Lateng]]
'''Kyai Saleh Lateng''' adalah seorang ulama yang datuknya (Kiagus Abdurrahman) berasal dari Kesultanan Palembang Darussalam. Kyai Saleh Lateng lahir pada tanggal 7 Maret [[1862]] M di Banyuwangi, Jawa Timur.
Ketika kecil, Kyai Saleh belajar mengaji pada kedua orang tuanya hingga sampai usia 15 tahun. Kemudian, beliau pergi [[Belajar|menimba ilmu]] di beberapa [[Pesantren|Pondok Pesantren]] di Kyai Mas Ahmad, Kebon Dalem, [[Kota Surabaya|Surabaya]]. Tak Lama kemudian, beliau melanjutkan mondok ke [[Kholil al-Bangkalani|Syaikhona Khalil]] [[Kabupaten Bangkalan|Bangkalan]], [[Pulau Madura|Madura]].
Baris 133 ⟶ 130:
Ketika masa awal pendirian [[Nahdlatul Ulama]], yakni pada [[10-an|16]] [[Rajab]] [[1344]] [[Kalender Hijriyah|H/]][[31 Januari]] [[1926]], Kyai Saleh Lateng ditunjuk oleh [[Hasjim Asy'ari|Hadratus Syaikh Kyai Hasyim Asy'ari]] dan [[Abdul Wahab Hasbullah|Kyai Wahab Chasbullah]] menjadi anggota muassis-mukhtasar (formatur) pendirian [[Nahdlatul Ulama]].
 
Pada Muktamar NU ke-9 di [[Banyuwangi]] yang dipimpin oleh Kyai Saleh Lateng, tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau [[24 April]] [[1934]], ANO diterima dan disahkan sebagai bagian (departemen) pemuda NU dengan pengurus antara lain: Ketua H.M. Thohir Bakri; Wakil Ketua Abdullah Oebayd; Sekretaris H. Achmad Barawi dan Abdus Salam (tanggal 24 April itulah yang kemudian dikenal sebagai tanggal kelahiran [[Gerakan Pemuda Ansor|Gerakan Pemuda Ansor)]]).
 
Kyai Saleh Lateng menghembuskan napas terakhir pada malam [[Rabu]], [[20-an|29]] [[Dzulkaidah|Dzulqo'dah]] [[1371]] [[Kalender Hijriyah|H/]] [[20 Agustus]] [[1952]] pada usia 93 tahun. Jenazahnya [[Kubur|dikebumikan]] di sebelah [[Musala|musholla]] ([[Musala|Langgar]]), tempat Kyai Saleh Lateng biasa memberikan pengajian kepada [[Santri|santri-santrinya]]. Pada tahun [[1956]], [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banyuwangi|DPRD Kabupaten Banyuwangi]] memberikan keputusan penggunaan nama Kyai Saleh Lateng untuk sebuah [[ruas jalan]]. Keputusan [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banyuwangi|DPRD Banyuwangi]] ini untuk menghormati perjuangan dan pengabdian Kyai Saleh Lateng dalam mendidik warga sekaligus berjuang untuk negeri.
Baris 139 ⟶ 136:
== Peperangan ==
{{Further|Perang Menteng}}
== Daftar Sultan Palembang ==
==Para Penguasa Palembang (1455-1823)<ref>{{Cite book|title=“Kesultanan Palembang” Perang Palembang Melawan VOC|last=Soetadji|first=Nanang S.|publisher=Pemerintah Kotamadya Palembang|year=1996|isbn=|location=Palembang|pages=27-30|url-status=live}}</ref>==
[[Kategori:=== Kesultanan Palembang| ]]Darussalam (1659–1823) ===
* Sri Susuhunan Abdurrahman (1659–1706), pendiri Kesultanan, saudara Pangeran Sedo ing Rajek, penguasa Palembang sebelumnya
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Palembang]]
* Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago (1706–1718), putra Abdurrahman
[[Kategori:Kerajaan di Sumatra Selatan|Palembang]]
* Sultan Agung Komaruddin Sri Teruno (1718–1724), putra Abdurrahman
* Sultan [[Mahmud Badaruddin I]] Jayo Wikramo (1724–1757), putra Muhammad Mansyur
* Sultan Anom Alimuddin (1724–1727), memerintah bersama saudara tirinya Mahmud Badaruddin I hingga diusir
* Sultan [[Sultan Ahmad Najamuddin I|Ahmad Najamuddin I Adi Kusumo]] (1757–1776), putra Mahmud Badaruddin I
* Sultan [[Sultan Muhammad Bahauddin|Muhammad Bahauddin]] (1776–1803), putra Ahmad Najamuddin I
* Sultan [[Mahmud Badaruddin II]] (1803–1812, 1813, 1817–1821), putra Muhammad Bahauddin
* Sultan Ahmad Najamuddin II (1812–1813, 1813–1817, 1821–1823), putra Muhammad Bahauddin
* Sultan Ahmad Najamuddin III (1819–1821), putra Mahmud Badaruddin II
* Sultan Ahmad Najamuddin IV Prabu Anom (1821–1823), putra Ahmad Najamuddin II
 
=== PeninggalanSultan Saat Ini ===
* [[Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin]] (2006–sekarang)
 
=== Pohon keluarga ===
{{Chart top|width=100%|collapsed=no|Pohon Keluarga Sultan Palembang}}
 
{{Tree chart/start|align=center}}
 
{{Tree chart|border=1| | | | | | | | | | | | | | | | | | |A01 | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
A01='''Abdurrahman'''<br><sup>(1)</sup><br><small>r. 1659–1704</small>|boxstyle_A01=background-color:#98FB98; border-color:#FFD700}}
 
{{Tree chart|border=1| | | | | | | | | | | | | | | | | |,|-|^|-|.| | | | | | | | | | | | | | | | | | |}}
 
{{Tree chart|border=1| | | | | | | | | | | | | | | | |A01 | |A02 | | | | | | | | | | | | | | | | | |
A01='''Muhammad<br>Mansyur'''<br><sup>(2)</sup><br><small>r. 1704-1709</small>|boxstyle_A01=background-color:#98FB98; border-color:#FFD700|
 
A02='''Agung<br>Komaruddin'''<br><sup>(3)</sup><br><small>r. 1714-1724</small>|boxstyle_A02=background-color:#98FB98; border-color:#FFD700}}
 
{{Tree chart|border=1| | | | | | | | | | | | | | | | | |!| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |}}
 
{{Tree chart|border=1| | | | | | | | | | | | | | | | |A01 | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
A01='''[[Mahmud Badaruddin I|Mahmud<br>Badaruddin I]]'''<br><sup>(4)</sup><br><small>r. 1724-1758</small>|boxstyle_A01=background-color:#98FB98; border-color:#FFD700}}
 
{{Tree chart|border=1| | | | | | | | | | | | | | | | | |!| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |}}
 
{{Tree chart|border=1| | | | | | | | | | | | | | | | |A01 | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
A01='''Ahmad<br>Najamuddin I'''<br><sup>(5)</sup><br><small>r. 1758-1776</small>|boxstyle_A01=background-color:#98FB98; border-color:#FFD700}}
 
{{Tree chart|border=1| | | | | | | | | | | | | | | | | |!| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |}}
 
{{Tree chart|border=1| | | | | | | | | | | | | | | | |A01 | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
A01='''Muhammad<br>Bahauddin'''<br><sup>(6)</sup><br><small>r. 1776-1804</small>|boxstyle_A01=background-color:#98FB98; border-color:#FFD700}}
 
{{Tree chart|border=1| | | | | | | | | | | | | | | | | |)|-|-|-|.| | | | | | | | | | | | | | | | | | |}}
 
{{Tree chart|border=1| | | | | | | | | | | | | | | | |A01 | |A02 | | | | | | | | | | | | | | | | | |
A01='''[[Mahmud Badaruddin II|Mahmud<br>Badaruddin II]]'''<br><sup>(7)</sup><br><small>r. 1804-1812,<br>1813,<br>1818-1821</small>|boxstyle_A01=background-color:#98FB98; border-color:#FFD700|
 
A02='''Ahmad<br>Najamuddin II'''<br><sup>(8)</sup><br><small>r. 1813-1818</small>|boxstyle_A02=background-color:#98FB98; border-color:#FFD700}}
 
{{Tree chart|border=1| | | | | | | | | | | | | | | | | |!| | | |!| | | | | | | | | | | | | | | | | | |}}
 
{{Tree chart|border=1| | | | | | | | | | | | | | | | |A01 | |A02 | | | | | | | | | | | | | | | | | |
A01='''Ahmad<br>Najamuddin III'''<br><sup>(9)</sup><br><small>r. 1819-1821</small>|boxstyle_A01=background-color:#98FB98; border-color:#FFD700|
 
A02='''Ahmad<br>Najamuddin IV'''<br><sup>(10)</sup><br><small>r. 1821-1823</small>|boxstyle_A02=background-color:#98FB98; border-color:#FFD700}}
 
{{Tree chart/end}}
 
{{Chart bottom}}
 
== Galeri ==
<gallery>
File:Sultan ISKANDAR lambang2.jpg|Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin (2006-sekarang)
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Hoofdpoort van het fort te Palembang TMnr 10002121.jpg|pra=|Benteng Kuto Besak
Berkas:Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang - Bkt. Kecil, Palembang, SS (18 August 2020).jpg|pra=|Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo
Berkas:Sultan Mahmud Badaruddin II Museum, Palembang.jpg|pra=|Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
Berkas:Masjid Kyai Saleh Lateng.jpg|pra=|Tampak depan masjid KH. Kiagus Muhammad Saleh (Kyai Saleh Lateng Banyuwangi)
Berkas:Gapura Masjid Kyai Saleh Lateng.png|pra=|Gapura menuju pesantren dan masjid bersejarah KH. Kiagus Muhammad Saleh (Kyai Saleh Lateng Banyuwangi)
Berkas:Palembang pitis (4).jpg|pra=|Koin Pitis peninggalan Kesultanan Palembang
</gallery>
 
 
[[Kategori:Kesultanan Palembang| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Palembang]]
[[Kategori:Kerajaan di SumatraSumatera Selatan|Palembang]]
 
== Rujukan ==