Ketuhanan dalam Buddhisme: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Pranala sama dengan teksnya) |
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Hirarki sub-judul) |
||
Baris 260:
Menurut Mahāyāna, di dalam jiwa setiap manusia sesungguhnya terdapat kesadaran yang kekal, yang merupakan percikan-percikan benih Ketuhanan, Tathagatagarba (Alayavijnanam). Akan tetapi, benih Ketuhanan ini tidak akan tumbuh dengan sendirinya tanpa dipelihara dan dirawat. Dalam hal ini adalah tergantung pada kemauan orang tersebut, apakah dia mau merawat, memelihara dengan baik benih-benih Ketuhanan yang ada didalam dirinya sehingga dia dapat manunggal, bersatu dengan kekekalan, atau sebaliknya. Di dalam memelihara dan merawat benih-benih Ketuhanan inilah perlunya manusia beragama dengan melaksanakan jalan Bodhisatta untuk merawat dan memelihara benih-benih Ketuhanan tersebut agar tidak salah dan tidak keliru dalam pelaksanaannya.<ref>2014. Biksu Dutavira Mahasthavira (Koordinator Dewan Sangha Walubi).</ref>
{{Main|Sang Hyang Adi Buddha}}
[[Majelis Buddhayana Indonesia]] menggunakan istilah [[Sang Hyang Adi Buddha]] yang diadaptasi dari konsep [[Adi Buddha]] yang hidup di kalangan [[Buddhisme Esoteris Indonesia]]. Istilah tersebut terdapat dalam beberapa kitab seperti [[Sanghyang Kamahayanikan|Sang Hyang Kamahayanikan]] (kitab Jawa kuno) yang menggunakan [[bahasa Kawi]].<ref>{{cite book|author=R. B. Cribb, Audrey Kahin|date=2004|url=http://books.google.co.uk/books?id=SawyrExg75cC&pg=PA63#v=onepage&q&f=false|title=Historical Dictionary of Indonesia|publisher=Scarecrow Press|isbn=978-0810849358|edition=Second Edition|page=63}} {{en}}</ref><ref>{{cite book|year=2004|url=http://books.google.co.uk/books?id=8g6DhN5FdwMC&pg=PA132#v=onepage&q&f=false|title=Spirited Politics: Religion and Public Life in Contemporary Southeast Asia|publisher=Cornell University Southeast Asia Program|isbn=978-0877277378|editor=Andrew Clinton Willford, Kenneth M. George|page=132}} {{en}}</ref><ref name="siddhi2">Sarjana dan Profesional Buddhis Indonesia. 28 November 2008. [http://www.siddhi-sby.com/index.php/artikel/artikel-dharma/9-konsep-ketuhanan-dalam-agama-buddha Konsep Ketuhanan Dalam Agama Buddha] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131023063757/http://www.siddhi-sby.com/index.php/artikel/artikel-dharma/9-konsep-ketuhanan-dalam-agama-buddha|date=2013-10-23}}.</ref>
Baris 288:
: "''Stupa besar teratas [Borobudur] jang tertutup adalah lambang dari manusia jang telah mentjapai Kebebasan Mutlak (Nibbāna/Nirwana) dan manunggal dengan Sang Adi Buddha. Dalam stupa tersebut dulu terdapat sebuah artja Buddha dalam bentuk kasar dan tak terselesaikan jang menggambarkan Sang Adi Buddha jang tak dapat dibajangkan oleh manusia.''"
Aliran Tiantai, Tendai, Cheontae, dan Nichiren memercayai adanya "Mystic Law" (Hukum Mistik) berdasarkan Lotus Sutra (''Saddharma Puṇḍarīka Sūtra)'' yang merupakan salah satu sutra Mahayana yang paling populer dan berpengaruh, dasar di mana aliran-aliran ajaran Buddha Tiantai, Tendai, Cheontae, dan Nichiren didirikan. Menurut Paul Williams, "Bagi banyak penganut Buddha Asia Timur sejak masa awal ''Saddharma Pundarika Sutra (Lotus Sutra)'' berisi ajaran terakhir Sang Buddha, lengkap dan cukup untuk keselamatan."<ref>Williams 1989, hlm. 149.</ref>
|