Insiden Bawean 2003: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Insiden: Penambahan info
Keterangan sebelumnya menjelaskan bahwa Pesawat TNI sudah mengetahui terlebih dahulu dan diutus spesifik untuk mencegat USNV Aircraft F/A 18 Hornet, padahal menurut keterangan Marsekal pertama Fajar Adriyanto yang merupakan pilot F-16 TNI AU yang bertugas mencegat dalam Aksiden Bawean, mereka tidak mengetahui apa yang mereka cegat, mereka baru mengetahui bahwa yang mereka cegat setelah berpapasan langsung dengan Pesawat jenis F/A-18 Hornet USNV. Keterangan tersebut disampaikan pada Kompas.com
Tag: Penambahan gelar ( ? ) [ * ] VisualEditor Edit Check (references) activated Edit Check (references) declined (irrelevant) Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(2 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 18:
|caption=Lokasi Bawean
}}
'''Insiden Bawean 2003''' adalah sebuah insiden di mana dua unit [[General Dynamics F-16 Fighting Falcon|F-16 Fighting Falcon]] milik [[TNI Angkatan Udara]] yang dilengkapi dengan [[AIM-9 Sidewinder|rudal AIM-9]] diutus untuk mencegatmengidentifikasi limapesawat unitasing yang ternyata merupakan pesawat jenis [[US Navy]] [[McDonnell Douglas F/A-18 Hornet|F/A-18 Hornet]] dari [[kapal induk]] {{USS|Carl Vinson}} milik [[Angkatan Laut Amerika Serikat]]. Dalam insiden tersebutini, F-16 dan F/A-18 melakukan [[pertarungan udara]], [[Radar lock-on|penguncian radar]], dan [[peperangan elektronik]] di dekat [[Pulau Bawean]] di [[Laut Jawa]] pada sore hari tanggal 3 Juli 2003.
 
== InsidenKronologi ==
Pada tanggal 3 Juli 2003 sekitar jam 11:38, ''Military-Civil Coordination'' (MCC) di [[Bandara Ngurah Rai]], [[Bali]] mendeteksi pergerakan tanpa izin dari sejumlah pesawat terbang di barat laut [[Pulau Bawean]] atau {{convert|66|nmi|lk=in}} dari [[Surabaya]].<ref name=":1">{{cite news|date=27 March 2023|title=Insiden Bawean, Bukti Ketangguhan TNI AU dalam Menjaga Kedaulatan Udara Indonesia|url=https://indonesiadefense.com/insiden-bawean-bukti-ketangguhan-tni-au-dalam-menjaga-kedaulatan-udara-indonesia/|publisher=Indonesia Defense}}</ref> Dalam pemantauan melalui radar, jumlah dari pesawat terbang tersebut berubah-ubah antara empat hingga sembilan unit. Ketinggian dari pesawat terbang tersebut juga berubah-ubah antara 15.000 kaki hingga 30.500 kaki dengan kecepatan hingga 450 knot. Pesawat terbang tersebut terkadang juga menghilang di radar dan kemudian muncul kembali.
Insiden ini dimulai saat radar milik [[TNI Angkatan Udara]] mendeteksi pergerakan dari lima unit pesawat terbang tidak dikenal yang terbang dalam formasi tempur. Karena pesawat terbang tersebut kemudian menghilang dari radar, [[Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional II|Kosekhanudnas II]] dan [[Kohanudnas]] pun tidak melaporkannya.<ref>{{cite news |title=Menegangkan, Insiden TNI AU Cegat Pesawat AS Di Atas Pulau Bawean Indonesia |url=https://www.riauonline.co.id/kota-pekanbaru/read/2016/12/15/menegangkan-insiden-tni-au-cegat-pesawat-as-di-atas-pulau-bawean-indonesia |publisher=Riau Online |date= 15 December 2016}}</ref>
 
Pada jam 15:00, awak dari satu unit [[Boeing 737-200]] milik [[Bouraq Indonesia Airlines]], yang sedang dalam perjalanan menuju [[Surabaya]], pun melaporkan pergerakan dari pesawat terbang tersebut ke [[pemandu lalu lintas udara]] di [[Bali]] karena dirasa membahayakan. Laporan tersebut kemudian diteruskan ke Panglima [[Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia|Kohanudnas]], [[Wresniwiro]]. TNI Angkatan Udara sebenarnya telah mendeteksi pergerakan tersebut dan juga menganggapnya sebagai pergerakan dari pesawat terbang tidak dikenal, karena tidak tercatat dalam laporan penerbangan manapun.{{Sfn|Bachtiar|2018|p=xix - xx}}{{Sfn|Hakim|2018|p=305 - 311}}<ref>{{Cite news|last=Dudi|first=Sudibyo|date=04 Juli 2003|title=Lima Pesawat F-18 AS Bermanuver di Bawean|work=KOMPAS|access-date=09 April 2021}}</ref><ref>{{Cite news|last=Dudi|first=Sudibyo|date=07 Juli 2003|title=Perang Elektronika di Kawasan Bawean: Beberapa manuver dalam perang elektronika antara F-16 TNI AU dengan F-18 Hornet AL AS|work=KOMPAS|access-date=09 April 2021}}</ref><ref name=":82">{{Cite news|last=Marboen|first=Ade P|date=15 Maret 2017|editor-last=Suryanto|title=F-16 nomor registrasi TS-1603 berjasa pada insiden Pulau Bawean|url=https://www.antaranews.com/berita/618202/f-16-nomor-registrasi-ts-1603-berjasa-pada-insiden-pulau-bawean|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]|access-date=09 Juli 2020}}</ref>
Tiga jam kemudian, radar mendeteksi lebih banyak pergerakan di rute penerbangan Green 63 di dekat [[Pulau Bawean]] atau {{convert|66|nmi|lk=in}} dari [[Surabaya]].<ref name=":1">{{cite news |title=Insiden Bawean, Bukti Ketangguhan TNI AU dalam Menjaga Kedaulatan Udara Indonesia |url=https://indonesiadefense.com/insiden-bawean-bukti-ketangguhan-tni-au-dalam-menjaga-kedaulatan-udara-indonesia/ |publisher=Indonesia Defense |date= 27 March 2023}}</ref>
 
Walaupun sebenarnya Pangkohanudnas berada di bawah kendali [[Panglima TNI]], tetapi karena situasi saat itu membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat, [[KSAU]] [[Chappy Hakim]] akhirnya menyetujui terlebih dahulu usulan dari Pangkohanudnas untuk mencegat pesawat terbang tersebut dan kemudian melaporkannya kepada Panglima TNI. Panglima [[Koopsau II]], [[Teddy Sumarno]] lalu memerintahkan dua unit [[F-16 Fighting Falcon]] yang berada di [[Pangkalan Udara Iswahyudi]], yakni dengan nomor ekor TS-1602 yang diawaki oleh [[Mohamad Tony Harjono]] dan [[M. Satrio Utomo]] dan TS-1603 yang diawaki oleh [[Ian Fuady]] dan [[Fajar Adriyanto]], untuk mengidentifikasi pesawat terbang tersebut sambil menghindari konfrontasi dengan tidak melakukan [[Radar lock-on|penguncian radar]].{{Sfn|Hakim|2018|p=305 - 311}}<ref name=":82" />
Karena tidak berkomunikasi dengan [[pemandu lalu lintas udara]] dan terbang dengan kecepatan tinggi, pesawat terbang tersebut pun dianggap membahayakan penerbangan sipil.<ref name=":8">{{Cite news|last=Marboen|first=Ade P|date=15 Maret 2017|editor-last=Suryanto|title=F-16 nomor registrasi TS-1603 berjasa pada insiden Pulau Bawean|url=https://www.antaranews.com/berita/618202/f-16-nomor-registrasi-ts-1603-berjasa-pada-insiden-pulau-bawean|dead-url=no|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20230621183926/https://www.antaranews.com/berita/618202/f-16-nomor-registrasi-ts-1603-berjasa-pada-insiden-pulau-bawean|archive-date=2023-06-21|access-date=09 Juli 2020}}</ref> Panglima [[Koopsau II]] [[Teddy Sumarno]] kemudian mengutus dua unit jet tempur [[General Dynamics F-16 Fighting Falcon|F-16B Fighting Falcon]] dengan kode registrasi TS-1602 dan TS-1603 untuk mengidentifikasi pesawat terbang tersebut sambil menghindari konfrontasi dengan tidak melakukan [[Radar lock-on|penguncian radar]]. TS-1603 diawaki oleh [[Ian Fuady]] dan [[Fajar Adriyanto]], sementara TS-1602 diawaki oleh [[Mohamad Tonny Harjono]] dan [[M. Satrio Utomo]]. Pada jam 17:04, dua unit F-16 tersebut pun lepas landas dari [[Pangkalan Udara Iswahyudi]].<ref name=":2" /><ref name=":3">{{cite news |title=Hari Ini, 20 Tahun Lalu, F-16 TNI AU Nyaris "Dogfight" Dengan F/A-18 Hornet Di Atas Bawean |url=https://www.indomiliter.com/hari-ini-20-tahun-lalu-f-16-tni-au-nyaris-dogfight-dengan-f-a-18-hornet-di-atas-bawean/ |publisher=INDO MILITER blog |date=3 July 2023}}{{unreliable source?|date=September 2023}}</ref>
 
Setelah berada dalam jarak yang cukup dekat, F-16 berhasil mengidentifikasi pesawat terbang tersebut sebagai [[F/A-18 Hornet]]. Kemudian terjadi [[peperangan elektronik]] antara F-16 dan F/A-18. Dua unit F-16 pun memisahkan diri, sehingga dua unit F/A-18 akhirnya hanya melakukan penguncian radar terhadap satu unit [[F-16]], yang kemudian melawannya dengan mengaktifkan [[penangkal elektronik]]. Dua unit F/A-18 tersebut sebenarnya dapat ditembak oleh satu unit F-16 yang lain, tetapi tembakan tidak dilakukan, sesuai dengan arahan sebelumnya dari Pangkoopsau II. Tiga unit F/A-18 lain lalu lepas landas dari USS Carl Vinson untuk membantu dua unit F/A-18 tersebut. Ketegangan akhirnya mereda setelah satu unit F-16 yang sempat dikunci radar menggoyangkan sayapnya untuk mengisyaratkan bahwa mereka tidak bermaksud mengancam F/A-18.{{Sfn|Hakim|2018|p=305 - 311}}
F-16 lalu mencegat pesawat terbang tersebut yang kemudian diidentifikasi sebagai [[F/A-18 Hornet]] dari [[USS Carl Vinson]] milik [[Angkatan Laut Amerika Serikat]]. Menurut seorang pejabat Indonesia, "sebuah manuver serangan" kemudian dilakukan. Selama pencegatan tersebut, Indonesia mengklaim terjadi penguncian radar dan pengacakan radar.<ref name=":1" /> F-16 kemudian berinisiatif menggoyangkan sayapnya untuk mengisyaratkan bahwa mereka tidak sedang mengancam F/A-18. Insiden tersebut berakhir setelah komunikasi radio dapat dilakukan.<ref name="LA Times 2003" /> F/A-18 mengklaim bahwa mereka terbang di atas perairan internasional.<ref name=":1" />
 
Setelah komunikasi radio berhasil dibuka, F/A-18 mengklaim bahwa mereka masih terbang di atas perairan internasional dan meminta agar F-16 untuk menjauh. F-16 kemudian menanggapi bahwa F/A-18 telah terbang di atas perairan Indonesia dan meminta agar F/A-18 segera menghubungi [[pemandu lalu lintas udara]] di Bali, yang hingga saat itu belum mengetahui keberadaan mereka. F/A-18 kemudian terbang menjauh dan melaporkan pergerakan mereka ke pemandu lalu lintas udara di Bali.{{Sfn|Hakim|2018|p=305 - 311}}<ref name=":82" />
Setelah berkomunikasi, F/A-18 terbang menjauh dan F-16 kembali ke Pangkalan Udara Iswahjudi.<ref name=":2">{{cite news |title=F-16 nomor registrasi TS-1603 berjasa pada insiden Pulau Bawean |url=https://www.antaranews.com/berita/618202/f-16-nomor-registrasi-ts-1603-berjasa-pada-insiden-pulau-bawean |publisher=ANTARA News |date= 15 March 2017 }}</ref>
 
== Investigasi dan dampak  ==
Setelah F-16 mendarattiba kembali di Pangkalan Udara Iswahyudi sekitar jam 18.15, TNI Angkatan Udara mendapat informasi dari pemandu lalu lintas udara di [[Bali]] bahwa F/A-18 tersebut adalah bagian dari pasukan Angkatan Laut Amerika Serikat dan bahwa F/A-18 tersebut baru saja menghubungi pemandu lalu lintas udara di Bali untuk melaporkan pergerakan mereka.
 
Lima unit F/A-18 yang dicegat tersebut ternyata berasal dari kapal induk [[USS Carl Vinson]] yang sedang berlayar dari barat ke timur bersama dua unit [[fregat]] dan satu unit [[kapal perusak]]. Dari hasil pemantauanpantauan TNI Angkatan Udara dengan menggunakan satu unit [[Boeing 737-200]], konvoi Angkatan Laut Amerika Serikat tersebut berlayar di dekat Pulau Bawean dengan kecepatan {{convert|20|kn|lk=in}} serta melintasi [[Pulau Madura]] dan [[Pulau Kangean]] 12 jam kemudian.
 
Karena tidak meratifikasi [[United Nations Convention on the Law of the Sea|UNCLOS 1982]], Amerika Serikat pun tidak mengakui Laut Jawa sebagai perairan Indonesia.{{citation needed|date=September 2023}}
Baris 40:
[[File:TNI AU F-16 (Tail number TS-1602).png|thumb|F-16BM (TS-1602) milik TNI Angkatan Udara yang terlibat dalam insiden ini]]
[[File:TNI-AU Boeing 737-200 Lim.jpg|thumb|737-200 milik TNI Angkatan Udara, dilengkapi dengan radar SLAMMR]]
Pasca insiden ini, [[Dewan Perwakilan Rakyat]] meminta pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan, untuk mengirim nota keberatan kepada pemerintah Amerika Serikat. Dari foto pemantauanpantauan yang berhasil diambil, pemerintah Indonesia memprotes Amerika Serikat yang memasuki perairan Indonesia tanpa izin.<ref name=":1" />
TNI Angkatan Udara kemudian mengutus satu unit pesawat pengintai Boeing 737-200 untuk memantau pergerakan dari konvoi tersebut. Saat 737 menghubungi untuk menanyakan tujuan mereka, F/A-18 menyatakan "Kami berada di perairan internasional."
 
[[Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta]] menyatakan bahwa konvoi tersebut telah meminta izin kepada pemerintah Indonesia, bahwa pesawat terbang tersebut tidak melanggar hukum internasional, dan bahwa mereka telah memberitahu otoritas di Indonesia mengenai latihan yang mereka lakukan. Indonesia kemudian menyatakan bahwa mereka belum menerima pemberitahuan tersebut dan belum mengeluarkan izin untuk konvoi tersebut.<ref>{{cite news |title=Indonesia Blames Indian & US Military Planes For Violating Their Airspace Multiple Times Since January |url=https://www.eurasiantimes.com/indonesia-blames-india-us-military-planes-for-violating-their/ |publisher=The EuraAsian Times}}</ref><ref>{{cite news |title=Indonesia protest US jet incursion |url=https://www.smh.com.au/national/indonesia-protest-us-jet-incursion-20030711-gdh2vh.html |publisher=The Sydney Morning Herald |date= 11 July 2003}}</ref> Panglima KohanudnasPangkohanudnas [[Wresniwiro]] kemudian menyatakan bahwa Angkatan Laut Amerika Serikat sebenarnya memang telah mengajukan izin, "tetapi birokrasi kami terlalu lambat untuk mengeluarkan izin tersebut."<ref name="LA Times 2003">{{cite news |title=Indonesian, U.S. Jets Face Off Near Java |url=https://www.latimes.com/archives/la-xpm-2003-jul-05-fg-indo5-story.html |publisher=The Los Angeles Times |date=5 July 2003}}</ref>
Pasca insiden ini, [[Dewan Perwakilan Rakyat]] meminta pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan, untuk mengirim nota keberatan kepada pemerintah Amerika Serikat. Dari foto pemantauan yang berhasil diambil, pemerintah Indonesia memprotes Amerika Serikat yang memasuki perairan Indonesia tanpa izin.<ref name=":1" />
 
USS Carl Vinson rencananya tiba di [[Perth]] pada tanggal 14 Juli 2003. Kapal tersebut kemudian direncanakan tiba di [[Hong Kong]] pada tanggal 6 Agustus melalui Laut Jawa dengan rute yang sama.<ref>{{cite web | title=USS Carl Vinson (CVN 70) WestPac Cruise Book 2003 - Cruise Route and Ports of Call | website=Unofficial US Navy Site | url=https://www.navysite.de/cruisebooks/cvn70-03/592.htm | access-date=16 September 2023}}</ref><ref>{{cite web | title=USS Carl Vinson (CVN 70) history | website=U.S. Carriers | date=13 March 1982 | url=http://www.uscarriers.net/cvn70history.htm | access-date=16 September 2023}}</ref> Selama tahun 2003, skadron VFA-22, VMFA-314, VFA-146, dan VFA-147 ditugaskan di USS Carl Vinson untuk mengoperasikan F/A-18C/D Hornet.<ref>{{cite web | title=USS Carl Vinson (CVN 70) WestPac Cruise Book 2003 - Table of Contents | website=Unofficial US Navy Site | url=https://www.navysite.de/cruisebooks/cvn70-03/index.html | access-date=17 September 2023}}</ref> Namun, belum jelas skadron mana yang terlibat dalam insiden ini.
[[Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta]] menyatakan bahwa konvoi tersebut telah meminta izin kepada pemerintah Indonesia, bahwa pesawat terbang tersebut tidak melanggar hukum internasional, dan bahwa mereka telah memberitahu otoritas di Indonesia mengenai latihan yang mereka lakukan. Indonesia kemudian menyatakan bahwa mereka belum menerima pemberitahuan tersebut dan belum mengeluarkan izin untuk konvoi tersebut.<ref>{{cite news |title=Indonesia Blames Indian & US Military Planes For Violating Their Airspace Multiple Times Since January |url=https://www.eurasiantimes.com/indonesia-blames-india-us-military-planes-for-violating-their/ |publisher=The EuraAsian Times}}</ref><ref>{{cite news |title=Indonesia protest US jet incursion |url=https://www.smh.com.au/national/indonesia-protest-us-jet-incursion-20030711-gdh2vh.html |publisher=The Sydney Morning Herald |date= 11 July 2003}}</ref> Panglima Kohanudnas [[Wresniwiro]] kemudian menyatakan bahwa Angkatan Laut Amerika Serikat memang telah mengajukan izin, "tetapi birokrasi kami terlalu lambat untuk mengeluarkan izin tersebut."<ref name="LA Times 2003">{{cite news |title=Indonesian, U.S. Jets Face Off Near Java |url=https://www.latimes.com/archives/la-xpm-2003-jul-05-fg-indo5-story.html |publisher=The Los Angeles Times |date=5 July 2003}}</ref>
 
USS Carl Vinson rencananya tiba di [[Perth]] pada tanggal 14 Juli 2003. Kapal tersebut kemudian tiba di [[Hong Kong]] pada tanggal 6 Agustus melalui Laut Jawa dengan rute yang sama.<ref>{{cite web | title=USS Carl Vinson (CVN 70) WestPac Cruise Book 2003 - Cruise Route and Ports of Call | website=Unofficial US Navy Site | url=https://www.navysite.de/cruisebooks/cvn70-03/592.htm | access-date=16 September 2023}}</ref><ref>{{cite web | title=USS Carl Vinson (CVN 70) history | website=U.S. Carriers | date=13 March 1982 | url=http://www.uscarriers.net/cvn70history.htm | access-date=16 September 2023}}</ref> Selama tahun 2003, skadron VFA-22, VMFA-314, VFA-146, dan VFA-147 ditugaskan di USS Carl Vinson untuk mengoperasikan F/A-18C/D Hornet.<ref>{{cite web | title=USS Carl Vinson (CVN 70) WestPac Cruise Book 2003 - Table of Contents | website=Unofficial US Navy Site | url=https://www.navysite.de/cruisebooks/cvn70-03/index.html | access-date=17 September 2023}}</ref> Namun, belum jelas skadron mana yang terlibat dalam insiden ini.
 
== Referensi ==