Siauw Giok Tjhan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(3 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{noref}}{{Kotak info pemegang jabatan
| office = [[Menteri Negara]] Urusan Peranakan
| office3 = Anggota [[Konstituante]]
| office4 = Anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat]]
| office2 = Anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat]]
| office1 = Anggota [[Dewan Pertimbangan Agung]]
Baris 7 ⟶ 9:
| death_date = 20 November 1981 (umur 67)
| party = [[Berkas:Logo Baperki.svg|30px]] [[Baperki]] (1954-1965)
| otherparty = [[Partai Tionghoa Indonesia]] (1932-1937) <br>
| birth_place = [[Surabaya]], [[Hindia Belanda]]
| death_place = [[Leiden]], [[Belanda]]
Baris 20 ⟶ 22:
| termend2 = 1 April 1966 <br><small>(keanggotaan dibekukan 12 November 1965)<small>
| termstart2 = 16 Agustus 1950
| termend4 = 16 Agustus 1950
| termstart4 = 17 Februari 1950
| termend3 = 5 Juli 1959
| termstart3 = 9 November 1956
| successor2 = <i>Rahardjodikromo<i>
| president4 = [[Sukarno]]
| president3 = [[Sukarno]]
| president2 = [[Sukarno]]
| president1 = [[Sukarno]]
| constituency4 = [[Republik Indonesia]]
| constituency2 = Golongan Minoritas Tionghoa (1950-1956)<br>[[Jawa Tengah]] (1956-1959)
| parliamentarygroup3 = Baperki
| parliamentarygroup2 = Baperki (1956-1966)
| image = Siauw giok tjhan.jpg
| occupation = Wartawan, Politisi
}}
'''Siauw Giok Tjhan''' ({{lahirmati|[[Kapasan, Simokerto, Surabaya]], [[Jawa Timur]]|23|3|1914|[[Leiden]], [[Belanda]]|20|11|1981}}) adalah seorang [[politikus
Salah satu warisan buah karya Siauw ialah [[Universitas Trisakti]] yang
Siauw sejak kecil sudah mempunyai watak perlawanan atas penghinaan dan ketidakadilan yang menimpa diri dan kelompok etnisnya. Saat itu, ejekan "cina loleng" sering sekali dilayangkan oleh kelompok anti-Tionghoa untuk merendahkan orang-orang Tionghoa. Begitulah, dengan kemahiran [[kung-fu]] yang dipelajari dari kakeknya, memungkinkan Siauw Giok Tjhan untuk berkelahi melawan anak-anak [[Belanda]], [[Indo]], dan [[Ambon]] yang mengejek dirinya. Istilah "cina loleng" adalah salah satu penghinaan yang biasa dilontarkan untuk [[etnis]] Tionghoa. Keteguhan dan kekerasan [[jiwa]] dalam memperjuangkan keadilan tumbuh dalam lingkungan hidup yang harus dihadapi. Terutama setelah kedua orang tuanya meninggal dalam usia muda, ia terpaksa melepaskan sekolah begitu selesai [[HBS]], untuk mencari nafkah meneruskan hidupnya bersama adik tunggalnya, Siauw Giok Bie yang masih harus meneruskan sekolah itu.▼
▲Ayahnya bernama Siauw Gwan Swie, seorang [[Tionghoa peranakan|peranakan]] dan ibunya Kwan Tjian Nio, seorang totok. Siauw sejak kecil sudah mempunyai watak perlawanan atas penghinaan dan ketidakadilan yang menimpa diri dan kelompok etnisnya. Saat itu, ejekan "cina loleng" sering sekali dilayangkan oleh kelompok anti-Tionghoa untuk merendahkan orang-orang Tionghoa. Begitulah, dengan kemahiran [[kung-fu]] yang dipelajari dari kakeknya, memungkinkan Siauw Giok Tjhan untuk berkelahi melawan anak-anak [[Belanda]], [[Indo]], dan [[Ambon]] yang mengejek dirinya. Istilah "cina loleng" adalah salah satu penghinaan yang biasa dilontarkan untuk [[etnis]] Tionghoa. Keteguhan dan kekerasan [[jiwa]] dalam memperjuangkan keadilan tumbuh dalam lingkungan hidup yang harus dihadapi. Terutama setelah kedua orang tuanya meninggal dalam usia muda, ia terpaksa melepaskan sekolah begitu selesai [[HBS]], untuk mencari nafkah meneruskan hidupnya bersama adik tunggalnya, Siauw Giok Bie yang masih harus meneruskan sekolah itu.
== Riwayat Hidup ==
Baris 41 ⟶ 54:
Kesederhanaan hidup sehari-hari, sebagaimana biasa ke mana-mana hanya mengenakan baju kemeja-tangan pendek, yang lebih sering terlihat hanya berwarna putih, celana-drill pantalon dan bersepatu sandalet saja itu, ia harus berkali-kali dianggap sebagai orang kere yang tidak perlu dilayani oleh noni-noni pejabat administrasi kenegaraan Indonesian pada saat ia harus menemui Menteri-Menteri atau [[Presiden]]-[[Direktur]] [[Bank]]. Tapi, itulah pembawaan Siauw yang sangat bersahaja, yang dikagumi oleh kawan-kawan maupun lawan-lawan politiknya.
▲Salah satu warisan buah karya Siauw ialah Universitas Trisakti yang dulu didirikan oleh Baperki dengan nama Universitas Res Publika, yang kemudian diubah namanya menjadi Universitas Trisakti.
Pak Siauw mendirikan universitas yang pertama bernama Universitas Baperki, saya tau persis karena setelah saya lulus dari ITB, dicari professor saya untuk memberikan kuliah Differential dan Intergral, profesor itu adalah panitya pembentukan universitas Baperki, kemudian diubah menjadi Universitas Res Publika di mana saya telah tidak mengajar lagi.
== Partai Tionghoa Indonesia ==▼
Siauw Giok Tjhan memasuki kancah politik nasional Indonesia melalui proses pembentukan '''Partai Tionghoa Indonesia''' (PTI) yang dipelopori oleh Liem Koen Hian pada tahun [[1932]]. Berusia 18 tahun, Siauw menjadi salah seorang pendiri PTI termuda. PTI berkembang sebagai aliran terbaru di dalam komunitas Tionghoa di zaman Hindia Belanda. Ia mendorong semua Tionghoa di kawasan [[Hindia Belanda]], terutama yang lahir di sana, untuk menerima Indonesia sebagai tanah airnya. Argumentasinya, menurut perspektif masa kini, sangat masuk di akal. Orang Tionghoa pada umumnya lahir, hidup dan meninggal di Indonesia. Setelah hidup bergenerasi, kaitan dengan [[Tiongkok]] semakin berkurang.▼
PTI mendukung berdirinya '''GERINDO''' (Gerakan Rakyat Indonesia) pada tanggal 18 Mei 1937, yang berdasarkan keputusan [[Kongres]] di [[Palembang]], menerima Oei Gee Hwat (Sekretaris Pengurus Besar PTI) menjadi salah seorang pengurus '''GERINDO'''. Ketika itu, [[GERINDO]] dibawah pimpinan [[A.K. Gani]], [[Amir Sjarifoeddin|Amir Syarifudin]], [[Mohammad Yamin]] dan lain lain melanjutkan usaha perjuangan tokoh-tokoh [[PNI]], [[Partindo]], yang di-[[Digul]]-kan dan masih dalam pembuangan. Jadi, GERINDO menjalankan garis demokrasi yang mengutamakan perlawanan terhadap [[fasisme]] dan tidak mempersoalkan warna-kulit yang berbeda, bisa membuka pintu untuk menerima etnis Tionghoa.▼
== Konsep Integrasi ==
Baris 52 ⟶ 69:
Dalam menghadapi persoalan Tionghoa di Indonesia, Siauw Giok Tjhan menganut konsep '''Integrasi''' yaitu konsep menjadi Warga Negara dan menjadi bagian dari [[masyarakat]] Indonesia yang terdiri dari beragam [[suku]] dan [[budaya]] tanpa menghilangkan identitas budaya dan suku dari masing masing komponen masyarakat termasuk masyarakat Tionghoa. Konsep Integrasi yang diperjuangkan oleh Siauw Giok Tjhan ini sangat identik dengan teori "[[pluralisme]]" atau "[[multikulturalisme]]".
Menurut Siauw Giok Tjhan, ''Indonesian
== Menentang Asimilasi ==
Baris 81 ⟶ 98:
Setelah tragedi [[Gerakan 30 September|Gerakan 30 September 1965]], Baperki dibubarkan oleh pemerintah Orde Baru karena dituduh sebagai onderbouw [[Partai Komunis Indonesia]]. Sejumlah aktivisnya, seperti Siauw Giok Tjhan dan Oei Tjoe Tat dijebloskan ke [[penjara]] tanpa pernah diadili.
▲== Partai Tionghoa Indonesia ==
▲Siauw Giok Tjhan memasuki kancah politik nasional Indonesia melalui proses pembentukan '''Partai Tionghoa Indonesia''' (PTI) yang dipelopori oleh Liem Koen Hian pada tahun [[1932]]. Berusia 18 tahun, Siauw menjadi salah seorang pendiri PTI termuda. PTI berkembang sebagai aliran terbaru di dalam komunitas Tionghoa di zaman Hindia Belanda. Ia mendorong semua Tionghoa di kawasan [[Hindia Belanda]], terutama yang lahir di sana, untuk menerima Indonesia sebagai tanah airnya. Argumentasinya, menurut perspektif masa kini, sangat masuk di akal. Orang Tionghoa pada umumnya lahir, hidup dan meninggal di Indonesia. Setelah hidup bergenerasi, kaitan dengan [[Tiongkok]] semakin berkurang.
▲PTI mendukung berdirinya '''GERINDO''' (Gerakan Rakyat Indonesia) pada tanggal 18 Mei 1937, yang berdasarkan keputusan [[Kongres]] di [[Palembang]], menerima Oei Gee Hwat (Sekretaris Pengurus Besar PTI) menjadi salah seorang pengurus '''GERINDO'''. Ketika itu, [[GERINDO]] dibawah pimpinan [[A.K. Gani]], [[Amir Sjarifoeddin|Amir Syarifudin]], [[Mohammad Yamin]] dan lain lain melanjutkan usaha perjuangan tokoh-tokoh [[PNI]], [[Partindo]], yang di-[[Digul]]-kan dan masih dalam pembuangan. Jadi, GERINDO menjalankan garis demokrasi yang mengutamakan perlawanan terhadap [[fasisme]] dan tidak mempersoalkan warna-kulit yang berbeda, bisa membuka pintu untuk menerima etnis Tionghoa.
== Perkawinan Sosialisme dan Kapitalisme ==
|