Pondok Pesantren Al-Qodiri 1 Jember: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Perubahan kecil |
k clean up, added orphan, uncategorised, deadend tags |
||
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Dead end|date=Januari 2025}}
{{Orphan|date=Januari 2025}}
'''Al-Qodiri''', adalah sebuah nama yang diberikan oleh Pendiri (Abuya KH Achmad Muzakki Syah / Kiai Muzakki) pada tanggal 19 Robi'us Tsani 1397 yang bertepatan dengan tanggal 16 Mei 1976 M (lokasi lama) dan lokasi baru (tahun 1987) untuk sebuah Pondok Pesantren yang bertujuan menjadi sebuah lembaga yang dibangun atas dasar komitmen yang kokoh sebagai sentral pencerahan aqidah, penguatan syari'ah dan pemantapan akhlaqul karimah. Pada tahun yang sama pula, Pondok Pesantren Al-Qodiri resmi berbadan Hukum dengan dibentuknya Yayasan Pondok Pesantren Al-Qodiri.<ref>{{Cite web|title=PROFIL PESANTREN AL-QODIRI - SMK Al-Qodiri Jember|url=https://smkalqodirijember.sch.id/Informasi/pengumuman/profil-pesantren-al-qodiri|website=smkalqodirijember.sch.id|access-date=2025-01-09}}</ref>
Baris 11 ⟶ 14:
Sebagai upaya memakmurkan musholla yang telah didirikannya itu, kyai Muzakki mulai istiqomah memimpin sholat maktubah secara berjama'ah dengan anggota keluarganya, sanak famili dan tetangga dekatnya, dan bersama mereka pula, setiap ba'da maghrib Kyai Muzakki mengajar anak-anak kecil membaca al-Qur'an, setiap ba'da isya' membaca dzikir manaqib syaikh Abdul Qodir Jailani, dan setiap ba'da subuh membaca tafsir surat yasin.
Semakin hari, masyarakat yang berjamaah di musholla tersebut terus bertambah, bahkan ada dua orang santri yang menetap di musholla itu sebagai muadzzin yang kemudian dibuatkan gubuk oleh Kyai Muzakki sebagai tempat menginap mereka, menurut keterangan KH. Ridlwan, sejak berdirinya musholla itu, nuansa keagamaan di Gebang Poreng sedikit demi sedikit mulai menggeliat, gema adzan dan dzikir puji-pujian mulai membahana di setiap waktu menjelang sholat maktubah.
Sekitar tahun 1976 berawal dari pertemuannya dengan Ust. Abdullah Jailani sahabat karibnya yang terkenal pandai baca kitab kuning ketika masih nyantri di Al-Fatah dulu, keinginan Kyai Muzakki untuk mendirikan pondok pesantren semakin mantap, diajaklah temannya itu untuk tinggal bersamanya di Gebang guna bersama-sama membina dan membesarkan pesantren yang hendak dibangunnya itu. Selang beberapa hari setelah Ust. Abdullah Jailani menyetujui ajakan Kyai Muzakki, maka pada tanggal 19 Robi'us Tsani 1397 H. bertepatan dengan tanggal 16 Mei 1976 didirikanlah bangunan pesantren di atas tanah seluas 5000 M. yang kemudian diberi nama "Pondok Pesantren Al-Qodiri" Jember.
Baris 19 ⟶ 22:
'''''Kedua''''', nama Al-Qodiri disandarkan pada nama besar Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, sebab sejak Kiai Muzakki masih dalam kandungan, abahnya (Kiai Syaha) telah mengistiqomahkan dzikir manaqib Syaikh Abdul Qodir Jailani untuknya, juga Kiai Muzakki sejak usia kelas 2 Sd sudah mengamalkan dzikir manaqib yang sama, penyandaran kepada nama Syaikh Abdul Qodir Jailani, dimaksudkan agar lembaga ini kelak mendapat siraman karomah sebesar karomahnya Syaikh Abdul Qodir Jailani.
'''''Ketiga''''', penamaan tersebut didasarkan pada hasil intikharah dan petunjuk ghaib yang diterima jauh sebelumnya oleh KH. Achmad Muzakki Syah sendiri. Menurut cerita H. Nurul Yaqin, suatu sore di tahun 1974, ketika selesai memimpin sholat asyar, Kiai Muzakki memanggil salah seorang jama'ahnya yang bernama Pusakah (asal Tempurejo) untuk memijatnya, sambil dipijat beliau bilang pada Pusakah ''"toraeh yah, sengkok pagik maddiggah pesantren se bakal ekennenggih ebuan santri lake' bini' dari mandimman, bi' senkok pesantren jariyah enyamaannah al-Qodiri'' (perhatikan ya, saya nanti akan mendirikan pesantren yang akan dihuni ribuan santri putra-putri yang berasal dari berbagai tempat, pesantren itu akan saya beri nama "al-Qodiri").
[[Berkas:Logo al-qodiri.png|al=Logo|jmpl|''Logo Resmi Pondok Pesantren Al-Qodiri 1 Jember'']]
== '''<small>Biografi Pendiri</small>''' ==
Baris 32 ⟶ 34:
Soal keistiqamahan Kiai Muzakki, memang laik diacungi jempol. Setiap Kamis (malam jumat) ia dipastikan memimpin dzikir manaqiban di pesantrennya. Kalaupun kebetulan dia melakasanakan umrah atau haji, maka tetap memimpin dzikir manaqiban dan memberikan tausiyah via sambungan telepon seluler. “Saya percaya bahwa amalan yang dilakukan secara istiqamah akan memberikan keistimewaan pada pelakunya. Apapun jika isitiqamah diamalkan, atau dilakukan, pasti membuahkan hasil,” tambahnya. Saat ini Pondok Pesantren Al-Qodiri memiliki santri sekitar 3.500 orang. Selain menyelenggarakan pengajian kitab kuning dengan model sorogan, pesantren ini juga mendirikan lembaga formal, yaitu TK, SD, SMP, MTs, MA, SMK, dan STAIQOD (Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Qodiri).
{{Uncategorized|date=Januari 2025}}
|