Konten dihapus Konten ditambahkan
Magal (bicara | kontrib)
A tumiwa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{sd}}
 
{{infolisensigambar|DSC00889.JPG}}
== Kondisi Pendidikan Kota Timika ==
--•• <font color="2B7A2B">[[User:Irwangatot|Irwangatot]]</font> <font size="4">[[User talk:Irwangatot|<span class="Unicode">&#9997;</span>]]</font> 08:21, 7 Februari 2007 (UTC)
 
Halo Magal, saya lihat anda membuat topik tentang Lemasa, tolong kembangkan agar tidak dihapus, dan tolong saat membuat topik jangan pakai huruf besar semua, tetapi hanya huruf pertama, kecuali kasus tertentu. terimakasih --[[User:a_tumiwa|<b><font face="Arial" color = "#FF0000">a</font><font color = "#FB1A00">_</font><font color = "#F73501">t</font><font color = "#F44F01">u</font><font color = "#F06A02">m</font><font color = "#EC8402">i</font><font color = "#E89F03">w</font><font color = "#E5B903">a</font></b>]]([[User_talk:a_tumiwa|bicara]]) 06:55, 8 Februari 2007 (UTC)
Pada tanggal, 21 - 24 September 2006 Tim Ikatan Alumni Ex Kwaki, telah melakukan wawancara dengan sejumlah sekolah di kota Timika dan memantau sarana dan prasarana pendidikan di Timika, sebelum menyumbangkan buku pelajaran ke beberapa sekolah yang benar-benar membutuhkan buku-buku pelajaran.
Dalam wawancara dengan sejumlah kepala sekolah, IKALEK dapat menemukan banyak masalah yang dihadapi seperti minimnya sarana dan prasarana sebagai alat penunjang belajar. Para kepala sekolah mengharapkan dukungan sarana dan prasarana penunjang belajar dari pihak-pihak terkait terutama pemerintah daerah Kabupaten Mimika. Kendala-kendala yang dihadapi antara lain: kekurangan buku pedoman guru, kekurangan listeratur, kekurangan tenaga guru, ada lab ([[komputer]], [[fisika]], [[biologi]]) tetapi kekurangan alat, kesejahteraan guru sangat minim, supportivitas masyarakat minim, dan perhatian/kontrol pemerintah sangat kurang.
Kondisi yang sedemikian sangat sulit meningkatkan mutuh pendidikan dasar dan menengah di Kabupaten Timika. Sebenarnya untuk meningkatkan mutuh pendidikan di Kabupaten Timika sangat mungkin dan sangat potensial karena dana otsus untuk pendidikan dan berdekatan dengan [[PT Freeport Indonesia]]. [[Pengguna:Magal|Magal]] 02:09, 1 Februari 2007 (UTC)
 
== Keperihatinan Pemerhati Pendidikan Anak Amungme ==
 
Kebodohan dan kemiskinan menjadi kegelapan yang menyelemuti Amungme pedalaman secara khusus masyarakat desa Tsinga, Waa dan Arwanop. Senjata ampuh memberantas kebodohan dan kemiskinan tidak kurang dan tidak lebih adalah ”Pendidikan”. Kebutuhan Pendidikan saat ini sangat mendesak bagi putra/putri Amungme. Apabila hal ini tidak diperioritaskan dalam pembangunan, maka putra/i Amungme masih menunggu 25 tahun lagi untuk mengejar ketertinggalan.
Tidak memperhatikan dan tidak membina putra/i Amungme terutama Desa [[Tsinga]], [[Waa]], dan [[Arwanop]], berarti tidak secara langsung membunuh masa depan anak-anak. Oleh karena itu, pelaku pendidikan sangat penting peranannya di Desa ini untuk mengangkat harkat dan martabat serta jati diri sebagai manusia [[Amungme]] yang siap menghadapi perubahan modernisasi yang tak terkendalikan saat ini.
• Pendidikan merupakan faktor penentu kemajuan di segala bidang. Bangsa Jepang menjadi bangsa yang maju di Asia bukan karena kemajuan teknologi dan ekonomi seperti yang saat ini kita kenal, tetapi kemajuan pendidikanlah yang membawa Jepang menjadi negara maju di Asia. Kondisi pendidikan di Timika secara khusus Desa Tsinga, Waa, dan Arwanop sangat memperihatinkan baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik gedung-gedung sekolah sudah lapuk dan sangat memprihatinkan, kondisi ruangan tidak mendukung proses belajar dan mengajar, kebutuhan buku tidak terpenuhi. Non fisik, guru-guru tidak banyak yang berminat mengajar dan bertahan di pedalaman, perhatian para pengajar lebih kepada bisnis dari pada tanggung jawab sebagai staff pengajar, kebiasaan staff pengajar lebih lama di kota dari pada tempat di mana dia mengajar dan saat ujian, datang dengan soal ujian lalu memberi nilai yang tidak objektif, situasi lingkungan menurunkan semangat belajar anak-anak dan sebagainya. Tentu saja dengan kondisi seperti yang tergambar, tidak akan pernah mengangkat kualitas pendidikan setempat, kalau kualitas pendidikan tidak diangkat, kualitas SDM-nya sangat rendah. Dengan keterbatasan pendidikan dan kualitas SDM yang rendah melahirkan generasi miskin dan bodoh. Ini berarti bahwa putra/i Amungme 10 – 20 tahun mendatang tidak mampu bersaing/tidak mampu mengejar ketertinggalan.
• Transportasi merupakan sarana utama mobilisasi penduduk maupun kegiatan ekonomi, pendidikan, pembangunan dan lain sebagainya. Faktor utama rendahnya kualitas pendidikan Desa Tsinga, Waa, dan Arwanop adalah transportasi. Untuk ke Tsinga dan Arwanop satu-satunya transportasi yang digunakan adalah helikopter. Bagaimana pengadaan fasilitas pendidikan bisa dilakukan tanpa sarana transportasi yang memadai. Sehebat apapun gurunya tanpa sarana pendidikan yang memadai tidak akan pernah terjadi peningkatan kualitas pendidikan. Itu lah yang terjadi di tiga desa dari tahun ke tahun. Bagian ini menjadi perhatian utama dalam perencanaan pengembangan dan pembenahan pendidikan di tiga desa.
• Laju pembangunan, termasuk pembangunan perekonomian tidak cukup dengan politik dan sumber daya alam. Kompetensi dan kejayaan suatu bangsa terdorong oleh semangat dan karakter Sumber Daya Manusianya. Dalam menghadapi kemajuan dan perkembangan saat ini memerlukan Sumberdaya Manusia yang terampil dan siap pakai dimanapun dia berada. Kendala kekurangan [[SDM]] yang siap pakai bisa dihadapi dengan proses dan perencanaan yang matang. Hal ini belum terpikirkan oleh pelaku pendidikan di pedalaman Kota [[Timika]] khususnya di Desa Tsinga, Waa, dan Arwanop.
 
[[Pengguna:Magal|Magal]] 02:38, 1 Februari 2007 (UTC)