Bahu (mitologi): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q4842911
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 29:
Dalam perjalanan menuju asrama Resi Urwa, Raja Bahu menyesali kesalahan yang telah dilakukannya. Seiring dengan penyesalannya, kondisi kesehatan sang raja semakin memburuk. Akhirnya, sang raja wafat setelah tiba di asrama Resi Urwa. Di asrama tersebut, Yadawi melahirkan keturunan Raja Bahu yang bernama [[Sagara]]. Di kemudian hari, Sagara berhasil merebut kerajaan ayahnya dari musuh-musuhnya.
 
== Lihat pula ==
Bahu (mitologi)
Anak:* [[Sagara]]
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Bahu
Tokoh dalam mitologi Hindu
Nama: Bahu
Nama lain: Subahu; Asita
Muncul dalam kitab: Purana
Gelar: Raja Kosala
Asal: Ayodhya, Kerajaan Kosala
Kediaman: Ayodhya
Kasta: Ksatriya
Profesi: Raja
Dinasti: Surya
Pasangan: Yadawi
Anak: Sagara
 
Dalam mitologi Hindu, Bahu alias Subahu adalah seorang raja dari Dinasti Surya, keturunan Manu, yang memerintah Kerajaan Kosala dengan pusat pemerintahan di Ayodhya. Ia merupakan putera Wreka, dan merupakan suami bagi Yadawi. Menurut kitab Purana, Raja Bahu memiliki sifat yang amat baik, berlaku adil dan bijaksana. Resi Wasista adalah gurunya.
 
{{start box}}
Raja Bahu mengikuti segala aturan dharma sehingga kerajaannya aman dan tenteram. Semua raja di bumi tunduk kepadanya. Ia juga menyelenggarakan upacara Ashwamedha di setiap dwipa yang ada di bumi. Rakyatnya senang kepadanya, hasil panen mereka melimpah, dan para resi melakukan meditasi tanpa merasa terganggu. Menurut kitab Naradapurana, tidak ada yang berani berbuat dosa saat Raja Bahu berkuasa. Konon, dalam kitab Naradapurana dikatakan, Raja Bahu memerintah selama 90.000 tahun.
{{succession box|
before=Wreka|
years=[[Ayodhya|Raja Ayodhya]]|
title=[[Dinasti: Surya]]|
after=[[Sagara]]}}
{{end box}}
 
Setelah mengalami masa kejayaannya yang panjang, munculah rasa sombong, takabur dan iri hati dalam hati Raja Bahu. Ia berpikir:
 
{{tokoh mitologi Hindu}}
Aku menguasai semua orang. Aku amat sakti dan telah melakukan berbagai tapa. Mengapa aku tidak membuat mereka memujaku? Aku adalah penguasa dunia. Aku tidak melihat ada orang lain yang lebih unggul dariku.
'''''Teks ini akan dicetak tebal'''''''Teks ini akan dicetak tebal'''''Teks ini akan dicetak tebal'''''''''
Akhirnya, sikap Raja Bahu berubah setelah bercampurnya empat hal dalam dirinya, yaitu: masa muda, kekayaan, kekuasaan, dan tindakan tanpa pertimbangan. Empat hal ini menuntun Raja Bahu menuju kehancuran. Kemudian, Raja Bahu tidak lagi memikirkan nasib kerajaannya sendiri. Ia sibuk memikirkan kesenangan duniawi dan telah menyimpang dari jalan kebenaran. Karena Raja Bahu telah meninggalkan kebenaran, maka lenyaplah segala keberuntungan dan kemakmuran di negerinya.
 
Tokoh[[Kategori:Raja dalam mitologi Hindu]]
Tak lama kemudian, berkobarlah peperangan antara Raja Bahu dan musuh bebuyutannya, yaitu Raja Hehaya dan Raja Talajangha. Dalam peperangan, Raja Hehaya dan Talajangha dibantu oleh Kerajaan Saka, Yawana, Parada, Kamboja, dan Pahlawa. Oleh karena keberuntungan telah menjauh dari dirinya, maka Raja Bahu dapat dikalahkan setelah perang berkobar selama kurang lebih satu bulan. Setelah kalah, rakyatnya tidak menunjukkan simpati, bahkan mereka menghinanya dengan bebas. Raja Bahu terdesak lalu melarikan diri ke hutan. Bersama dengan Yadawi, Raja Bahu memutuskan untuk berlindung di asrama Resi Urwa.
 
Dalam perjalanan menuju asrama Resi Urwa, Raja Bahu menyesali kesalahan yang telah dilakukannya. Seiring dengan penyesalannya, kondisi kesehatan sang raja semakin memburuk. Akhirnya, sang raja wafat setelah tiba di asrama Resi Urwa. Di asrama tersebut, Yadawi melahirkan keturunan Raja Bahu yang bernama Sagara. Di kemudian hari, Sagara berhasil merebut kerajaan ayahnya dari musuh-musuhnya.