Sukarni: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
memindahkan ke Soekarni
 
(23 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
#ALIH[[Soekarni]]
[[Berkas:Sukarni.jpg|150px|thumbnail|right|Sukarni]]
 
'''Sukarni''' adalah tokoh pejuang kemerdekaan [[Indonesia]].
 
== Kelahiran dan Masa Kecil ==
 
Nama lengkapnya adalah Sukarni Kartodiwirjo. Sukarni lahir hari [[Kamis]] Wage, [[14 Juli]] [[1916]] di desa [[Sumberdiran, Garum, Blitar|Sumberdiran]], [[Kecamatan]] [[Garum, Blitar|Garum]], [[Kabupaten]] [[Kabupaten Blitar|Blitar]], [[Jawa Timur]].
''Su'' artinya '''lebih''', ''Karni'' artinya '''banyak memperhatikan'''. Sukarni diharapkan orangtuanya supaya lebih memperhatikan nasib bangsanya yang kala itu masih dijajah [[Belanda]].
Sukarni merupakan anak keempat dari sembilan bersaudara.
 
===Urutan saudara===
 
#[[Hono]]
#[[Sukarmilah]]
#[[Sukardi]]
#Sukarni
#[[Suparti]] (Ny. Suparto)
#[[Endang Sarti]] (Ny. Muslimin)
#[[Endi Sukarto]]
#[[Sukarjo]]
#[[Nama]] tidak diketahui (meninggal ketika masih kecil)
 
Ayahnya adalah [[Kartodiwirjo]], keturunan dari [[Eyang Onggo]], juru masak [[Pangeran Diponegoro]]. Ibunya bernama [[Supiah]], gadis [[Kediri]]. Keluarga Sukarni cukup kaya dibanding penduduk yang lain. Mereka membuka toko [[daging]] di pasar Garum dan usahanya sangat laris.
 
Sukarni masuk [[sekolah]] di [[Mardisiswo]] di [[Blitar]] (semacam [[Taman Siswa]]-nya [[Ki Hajar Dewantara]]). Di sekolah ini Sukarni diajari [[nasionalisme]] oleh [[Moh. Anwar]] yang berasal dari [[Banyumas]], pendiri Mardidiswo sekaligus tokoh pergerakan Indonesia.
 
Sebagai anak muda, Sukarni terkenal sebagai tukang onar. Dia sering berkelahi dan hobinya menantang orang Belanda. Dia pernah mengumpulkan 30-50 orang teman-temannya dan mengirim surat tantangan ke anak muda Belanda untuk berkelahi. Lokasinya di kebun raya Blitar, dekat sebuah kolam. Anak-anak Belanda menerima tantangan itu dan terjadilah tawuran. Kelompok Sukarni memenangkan perkelahian itu dan anak Belanda yang kalah dicemplungkan ke kolam.
 
== Menjadi Aktivis Pergerakan ==
 
Perkenalan Sukarni dengan dunia [[pergerakan nasional]] yang memperjuangkan [[kemerdekaan]] Indonesia dimulai ketika usia masih remaja, 14 tahun, saat dia masuk menjadi anggota perhimpunan [[Indonesia Muda]] tahun [[1930]]. Semenjak itu dia berkembang menjadi pemuda [[militan]] dan [[revolusioner]]. Malah dia sempat mendirikan organisasi [[Persatuan Pemuda Kita]].
 
Waktu di [[MULO]], Sukarni dikeluarkan dari sekolah karena cari gara-gara dengan Belanda. Bukannya padam, semangat belajarnya malah makin membara. Dia sekolah ke [[Yogyakarta]], kemudian ke [[Jakarta]] di sekolah guru. Malah atas bantuan Ibu [[Wardoyo]] (kakak Bung Karno) Sukarni disekolahkan di [[Bandung]] jurusan [[jurnalistik]].
 
Pada masa-masa di Bandung inilah, konon Sukarni pernah mengikuti kursus pengkaderan [[politik]] pimpinan [[Soekarno]]. Disinilah dia bertemu dan mengikat sahabat dengan [[Wikana]], [[Asmara Hadi]], dan [[Trimurti]].
 
Tahun [[1934]] Sukarni berhasil menjadi [[Ketua]] Pengurus Besar [[Indonesia Muda]], sementara itu Belanda mulai mencurigainya sebagai anak muda militan. Tahun [[1936]] pemerintah kolonial melakukan penggerebekan terhadap para pengurus Indonesia Muda, tapi Sukarni sendiri berhasil kabur dan hidup dalam pelarian selama beberapa tahun.
 
== Masa Jepang ==
 
Tidak lama sebelum [[Jepang]] masuk, Sukarni tertangkap di [[Balikpapan]] dan kemudian dibawa ke [[Samarinda]]. Namun, setelah Jepang masuk, Sukarni berserta beberapa tokoh pergerakan lain seperti [[Adam Malik]] dan Wikana malah dibebaskan oleh Jepang. Awal-awal pendudukan Jepang, Sukarni sempat bekerja di kantor berita [[Antara]] yang didirikan oleh Adam Malik (yang kemudian berubah jadi [[Domei]]). Di masa Jepang ini, Sukarni juga bertemu dengan [[Tan Malaka]]. Tan Malaka-lah otak pembentukan partai [[Murba]] dan dia juga lah yang menyarankan kepada anggota Murba lainnya agar Sukarni yang menjadi Ketua Umum.
 
Tahun [[1943]], bersama [[Chairul Saleh]], dia memimpin [[Asrama Pemuda]] di [[Menteng 31]]. Di situ Sukarni makin giat menggembleng para pemuda untuk berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Seperti diketahui, pada kurun selanjutnya, Menteng 31 dikenal sebagai salah satu pusat penting yang melahirkan tokoh [[angkatan 45]].
 
== Peristiwa Rengasdengklok ==
 
Mendengar berita kekalahan Jepang, kelompok pemuda dengan kelompok bawah tanah pimpinan [[Sutan Syahrir]], bersepakat bahwa inilah saat yang tepat untuk memproklamirkan kemerdekaan. Sukarni, Wikana dan kelompok pemuda lainnya mendesak Soekarno dan [[Hatta]], tapi mereka berdua menolak. Terjadi perdebatan sengit. Akhirnya, dengan tujuan menjauhkan Soekarno-Hatta dari "pengaruh" Jepang, kedua pemimpin itu "diculik" ke [[Rengasdengklok]] oleh kelompok pemuda dengan pimpinan Sukarni.
 
== Seputar Proklamasi ==
 
Untunglah semua pihak kemudian bersepakat bahwa [[proklamasi]] [[kemerdekaan]] dilakukan pada [[17 Agustus]] [[1945]] dan itulah yang terjadi. Selanjutnya, Sukarni bekerja mengemban amanat kemerdekaan, bahu-membahu bersama kelompok pemuda lainnya. Sukarni membentuk [[Comite Van Aksi]] (semacam panitia gerak cepat) pada [[18 Agustus]] 1945 yang tugasnya menyebarkan kabar kemerdekaan ke seluruh Indonesia. Khusus untuk para pemudanya dibentuk API ([[Angkatan Pemuda Indonesia]]) dan untuk buruh dibentuk BBI ([[Barisan Buruh Indonesia]]) yang kemudian melahirkan laskar buruh dan laskar buruh wanita.
 
Di zaman RI Yogya, Sukarni menjabat [[sekretaris Jenderal]] [[Persatuan Perjuangan]] (PP) di bawah ketua Tan Malaka. PP beroposisi dengan pemerintah dan menolak perundingan pemerintah terhadap Belanda. Aksi PP ini membuat Sukarni dijebloskan ke penjara tahun 1946. Selanjutnya Sukarni juga mengalami penahanan di [[Solo]], [[Madiun]], [[Ponorogo]] (daerah komunis [[Muso]]) di masa pemerintahan [[Amir Syarifudin]] ([[1947]]/[[1948]])
 
== Menjadi Ketua Partai Murba ==
 
Semenjak partai Murba terbentuk [[November]] [[1948]], sampai wafatnya Sukarni menjabat sebagai ketua umumnya. Dia juga duduk sebagai anggota Badan pekerja [[KNI]] Pusat. Dalam pemilihan Umum yang pertama ([[1955]]) Sukarni terpilih sebagai anggota [[Konstituante]].
 
Sejak tahun [[1961]] Sukarni ditunjuk sebagai [[Duta Besar]] Indonesia di [[Peking]], ibukota RRT ([[Republik Rakyat Tiongkok]]) dan kembali ke [[tanah air]] [[Maret]] [[1964]]. Konon dalam pertemuan di [[Istana Bogor]] [[Desember]] [[1964]], Sukarni sempat memperingatkan Bung Karno atas sepak terjang [[PKI]]. Tapi berlawanan dengan harapan, partai Murba malah dibekukan tahun [[1965]] dan Sukarni beserta pemimpin Murba lainnya di penjara.
 
Di masa [[Orde Baru]], Sukarni dibebaskan dan larangan Murba dicabut (direhabilitasikan [[17 Oktober]] [[1966]]). Kemudian Sukarni ditunjuk sebagai anggota [[Dewan Pertimbangan Agung]] (DPA, [[1967]]) yang merupakan jabatan resmi terakhir. Tokoh yang mendapat [[Bintang Mahaputra]] [[Bintang Mahaputra Pratama|kelas empat]] ini wafat [[7 Mei]] [[1971]] dan dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]] dengan upacara kenegaraan.
 
== Sumber ==
 
* {{id}}Mustoffa, Sumono. "''Sukarni Dalam Kenangan Teman-Temannya''"
 
{{DEFAULTSORT:Sukarni}}
[[Kategori:Kelahiran 1916]]
[[Kategori:Kematian 1971]]
[[Kategori:Duta Besar Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Indonesia]]