Wilayah Paser Menurut Catatan Hindia Belanda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
AnangPaser (bicara | kontrib)
AnangPaser (bicara | kontrib)
 
(6 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 28:
 
==== Asal Usul Nama Pasir. ====
Penyebutan wilayah Pasir ini sepertinya diambil dari nama sebuah sungai yaitu sungai Pasir, yaitu sebuah sungai yang merupakan pertemuan antara sungai Kuaro (Kwaro)Seratei dan [[sungai Kendilo]] (Kandilo) yang keduanya berhulu di [[Gunung Lumut]] (Loemoet) di daerah [[Swan Slutung, Muara Komam, Paser|Swan Slutung]] dan bermuara di [[Selat Makassar]]. Nama Pasir ini juga dikenal sebagai nama [[Kesultanan Paser|kerajaan dan/atau kesultanan]].
 
== Paser Dalam Rentang Waktu. ==
Baris 50:
 
==== Tahun 1686. ====
Pangeran Aroe Teko membawa para penguasa Passir dan Koetei (Pangeran Adipati Modjo Koesoema Ing Martapoera<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=10|url-status=live}}</ref>) menemui Raja Boni ([[Kesultanan Bone|Kerajaan Bone]], Radja Pelaka/[[Arung Palakka]]), dan mereka juga diterima dalam persekutuan tersebut (persekutuan antara Cornelis Janszoon Speelman, [[Kapitan Jonker|Kapiten Jonker]] dari Ambon dan Arung Palakka), yang diakui oleh presiden VOC [https://www.openarchieven.nl/ghn:5ec90887-7bab-47e5-864d-d15a149bb202/en Willem Hartsink] (1683-1690) dengan bukti tertulis (Akta) kepada Raja Passir. Meskipun kesultanan Banjarmasin tetap mengklaim supremasi atas wilayah yang telah menjadi milik mereka sejak awal abad ke-16.<ref>{{Cite book|last=Blok|first=Roelof|year=1848|url=https://books.googleusercontent.com/books/content?req=AKW5Qad4gz-zACLDbM_4TwIK1PZK9y9RoQem9dXKbPWvnchH5D99jJjD5fYgmUH1bPvac_vhS6GOkE1Rf7_jEA788Vyiwg6BqGKNWpLMSKYJUAEz386XlK9NrD_sAE9LefwbHJ_gfnXXV89HhS8JIsUjIdtd2MLEqz0T8iD5iWkJ1BI05I_Mphp21BCymLEue-j7riuUxFetrcmDTcUWBECXvVbskQvQTNWAew_jV1uUf9T5vxCmn3DmMPbJzeaIAtisZ3uNwt6ARdl6XbN5uJdGgvdE3DHqj5PDsN4BnhsdnwaPk-64Q7w|title=Beknopte geschiedenis van het Makassaarsche Celebes en onderhoorigheden (Tijdschrift Voor Nederlandsch Indie Jaargang X, 1848)|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Ter Drukkerij Van Het Bataviaasch Genootschap|pages=68-69|url-status=live}}</ref> <ref>{{Cite book|last=Veth|first=Pieter Johannes|year=1854|url=https://books.google.co.id/books?id=2VoCAAAAMAAJ&printsec=frontcover&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false|title=Borneo's Wester-Afdeeling|location=Zaltbommel (Bommel)|publisher=Joh. Noman En Zoon|isbn=978-1145411753|pages=238|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1696. ====
Baris 125:
 
==== Tahun 1849, tanggal 27 Agustus. ====
PembagianBerdasarkan PulauBesluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, van den 27sten Augustus 1849, No. 8 (Staatsblad van Nederlandsch-Indie No. 40), daerah Borneo yang dikuasai oleh Hindia Belanda dibagi menjadi dua(2) bagiankaresidenan yaitu karesidenan Wester afdeelingAfdeeling (sebelumnya disebut Westkust van Borneo) dan karesidenan Zuid en Ooster afdeelingAfdeeling (sebelumnya disebut Zuid Oostkust van Borneo). Wilayah Passir ditetapkantermasuk menjadikedalam bagian darikaresidenan Zuid-Ooster Afdeelingen vanOoster BorneoAfdeeling.<ref>{{Cite book|year=1849|url=https://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&hl=id&lr=|title=Staatsblad Van Nederlandsch-Indie Voor Het Jaar 1849 (Verdeeling van het Eiland Borneo in twee afdeelingen, onder de benaming van Wester afdeeling en Zuid en Ooster afdeeling, Besluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, van den 27sten Augustus 1849, No. 8)|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Ter Lands-Drukkerij|pages=Lijst No. 40|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1850, tanggal 18 November. ====
Baris 158:
==== Tahun 1875. ====
Pengesahan Pangeran Mangkoe sebagai Sultan Pasir bergelar Sultan Sepoeh Adil Chalifatoel Moeminin Sebagai Raja/Sultan Pasir ke-7, pada tanggal 18 November. Disebutkan dalam ''Nota Van Toelichting'' bahwa setelah meninggalnya Sultan Machmoed Ilhan meninggal dunia pada tahun 1866, Sultan Sepoeh Adil ditunjuk untuk mengelola pemerintahan di Pasir, dan secara resmi dikukuhkan dalam pemerintahan tahun 1870 karena sebelumnya Residen tidak berkesempatan hadir di Pasir, namun dokumen perjanjian dan pengukuhan yang dibuat pada tahun 1870 itu tidak lengkap dan oleh karena itu tidak dapat disetujui oleh Pemerintah Hindia, sehingga baru pada tanggal 18 November 1875 dibuat ulang dokumennya dan disetujui dan disahkan oleh Gubjen Hindia Belanda Van Lansberge pada tanggal 14 Mei 1876. Nama-nama pihak yang menandatangani dokumen kontrak politik ini antara lain: Gerrit Jan Gersen (Resident der Zuider- en Ooster-afdeeling van Borneo), Mohamad Saleh (Mantrie), Raden Mohamad Taher (Mantrie), Pangeran Kapitan Riouw Abdul Karim (Mantrie), Pangeran Bandahara Adjie Noepiah (Mantri Polisi), dan Etah Imam Maas Moeda (Kepala Pemuka Agama).<ref>{{Cite book|year=1878|title=Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. ZITTING 1877 – 1878. - 1OO.5. Pasir. (Nota van Toelichting.)|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|pages=3|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1877 ====
Berdasarkan Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1877 No. 31, Karesidenan Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo dibagi menjadi 6 (enam) afdeeling, yaitu Bandjermasin en Ommelanden, Amoentai, Martapoera, Doeson en Dajaklanden, Sampit dan Koetei en de Oostkust van Borneo. Wilayah Pasir menjadi bagian dari Afdeeling Koetei en de Oostkust van Borneo.
 
==== Tahun 1884. ====
PembagianAfdeeling wilayah Zuider-Koetei en Oosterafdeelingde Oostkust van Borneo dipecah menjadi dua bagian wilayahafdeeling, yaitu de Afdeeling Koetei en de Noordoostkust van Borneo dibawah pengawasan seorang Assistent-Resident berkedudukan di Samarinda dan de Afdeeling Pasir en de Tanah-Boemboelanden dibawah pengawasan seorang Controleur yang berkedudukan di Kotta-Bahroe (Poeloe-Laoet).<ref>{{Cite book|year=1885|title=Staatsblad van Nederlandsch-Indie over Het Jaar 1884 (Staatsblad No. 35)|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Landsdrukkerij|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1886. ====
Baris 175 ⟶ 178:
 
==== Tahun 1898. ====
Pada tanggal 19 Mei, Raja Muda (Sultan Abdoerahman) meninggal dunia, kemudian pada bulan September, Pangeran Mangkoe Djaja Kesoema Adiningrat diangkat sementara untuk menjalankan pemerintahan. Pada bulan Oktober, sultan Pasir ke-8, Sultan Mohamad Alie Adil Chalifatoel Moeminin meninggal dunia.<ref>{{Cite book|year=1909|url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB18A:026711000:pdf|title=Politiek Beleid En Bestuurszorg in de Buitenbezittingen (Tweede Gedeelte A. Hoofdstuk III : Historisch Overzicht 1899-1908)|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Landsdrukkerij|pages=94|url-status=live}}</ref>
 
Berdasarkan Besluit van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van 30 Mei 1898 No. 3 (Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1898, No. 178) yang mengatur tentang pembagian baru dari karesidenan Zuider- en Oosterafdeeling terkait reorganisasi pemerintahan dan peradilannya, yang salah satunya isinya adalah Afdeeling Pasir en Tanah Boemboe terdiri dari Pasir, Pegatan, dan Koesan serta Tanah Boemboe, dan akan dipimpin oleh seorang Controleur dari Binnenlandsch Bestuur yang berkedudukan di Kota Baroe (Poeloe Laoet).
 
==== Tahun 1899. ====
Baris 189 ⟶ 194:
 
==== Tahun 1904. ====
Sikap keras Sultan Pasir terhadap kelompok anak radja (keturunan kerajaan/bangsawan) di bawah Pangeran Pandji, putra Sultan Abdoerachman, yang tidak mengakui dirinya sebagai sultan, menimbulkan kerusuhan di Tanah Grogot pada bulan Juli, namun berhasil dicegah oleh kehadiran pasukan keamanan (pradjoerits).<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=84|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1905. ====
Berdasarkan Besluit van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van 9 Februari 1905 No. 22 (Staatsblad van Nederlandsch-Indie No. 132) wilayah Pasir yang semula merupakan bagian dari Afdeeling Pasir en Tanah Boemboe menjadi afdeeling tersendiri bernama Afdeeling Pasir yang akan dipimpin oleh seorang Controleur. Controleur tersebut akan dibantu oleh seorang juru tulis pribumi, satu korps polisi bersenjata terdiri dari seorang instruktur Ambon, seorang sersan pribumi, dua kopral pribumi, dan tujuh polisi kelas 1 dan sepuluh polisi kelas 2.
 
Karena kurang kuatnya pengaruh Sultan Pasir, ketegangan kembali muncul, di antaranya Panglima Sentik, salah satu pemimpin kelompok/faksi anak radja (keluarga kerajaan), yang tidak ingin menyerahkan wilayah Pasir kepada Pemerintah Hindia Belanda. Dan sebuah pasukan dikirim ke Pasir untuk melakukan patroli untuk meredakan ketegangan (Juli).<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=86|url-status=live}}</ref>
 
Baris 197 ⟶ 204:
 
==== Tahun 1906. ====
Pada tanggal 28 Juli terdapat Perjanjian antara Kesultanan Pasir yang diwakili oleh Sultan Ibrahim Chalil Оedin dan beberapa pembesar kesultanan (Pangeran Kesoema Djaja Ningrat, Sultan Moeda, Pangeran Mantri, Pangeran Pandji, Pangeran Mas, dan Pangeran Depati) yang berisi kesepakatan pengalihan kekuasaan atas wilayah Pasir beserta semua hak yang timbul darinya kepada Pemerintah Hindia Belanda yang diwakili oleh Majoor Henri Nicolas Alfred Swart (Civiel en militair resident der Zuider-en Oosterafdeeling van Borneo), sehingga wilayah Pasir diakui berada di bawah pemerintahan langsung Pemerintah Hindia Belanda. Sebagai ganti rugi Pemerintah Hindia Belanda akan memberikan kompensasi sebesar f 327.267 sekaligus (tunai). Kontrak ini disetujui dan disahkan pada tanggal 22 Maret 1908, dengan ketentuan bahwa akan mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1908.<ref>{{Cite book|year=1909|title=Gedrukte stukken der Tweede Kamer, ZITTING 1908 1909. 311.Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. No 44-45|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|url-status=live}}</ref> <ref>{{Cite book|year=1909|title=Handelingen der Staten-Generaal, Bijlagen Tweede Kamer, 1908-1909-311, No. 1|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1907. ====
Baris 228 ⟶ 235:
 
==== Tahun 1912. ====
Berdasarkan Besluit van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van 11 Mei 1912 No. 1 (Staatsblad No. 312) afdeeling Pasir dan afdeeling Tanah Boemboe digabung menjadi satu afdeeling baru yaitu Afdeeling Zuid-Oostkust van Borneo, dipimpin oleh Asisten-Residen berkedudukan di Kota Baroe dan dibagi menjadi tiga (3) onderafdeeling yaitu onderafdeeling Poeloe Laoet, onderafdeeling Tanah Boemboe, dan onderafdeeling Pasir. Onderafdeeling Pasir sendiri terdiri dari tiga (3) distrik yaitu Beneden Pasir, Boven Pasir dan Adang & Telakei, dipimpin oleh seorang Controleur dari Binnenlandsch Bestuur.
 
Pangeran Pandji, salah satu mantan penguasa wilayah di Pasir, berhasil mengkonversi lebih dari 3000 orang Dayak ke Islam dengan ancaman kedatangan orang Turki yang akan membunuh semua orang yang tidak beriman. Konversi massal ini berdampak pada daerah-daerah sekitarnya. Pangeran Pandji berusaha untuk mengangkat dirinya menjadi sultan Pasir dengan bantuan para mualaf baru; penangkapannya yang tepat waktu dan penahanannya di Bandjermasin mencegah terjadinya kerusuhan serius.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=93|url-status=live}}</ref>