Medang: Perbedaan antara revisi

[revisi terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Gunkarta (bicara | kontrib)
→‎Penakluk agung: rapikan caption
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(10 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name = Kerajaan Medang
| common_name = Kerajaan Medang
| native_name = kaḍatwan mḍaŋ
| religion = [[Hindu]] dan [[Buddhisme|Buddha]]
| p1 = Kerajaan Kalingga
Baris 48:
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Hindu-Buddha}}
'''Kerajaan Medang''' ([[bahasa Jawa Kuno]]: [[Berkas:Kaḍatuan Mḍaŋ in the kawi script.png|75px]]; ''kaḍatwan mḍaŋ'') atau sering disebut '''Kerajaan Mataram''' atau '''Mataram Kuno''' adalah kerajaan agraris sekaligus [[talasokrasi]] yang berdiri di [[Jawa Tengah]] pada abad ke-8 MMasehi, kemudian berpindah ke [[Jawa Timur]] pada abad ke-10 MMasehi, yang didirikan oleh [[Ratu Sanjaya|Sanjaya]]. Kerajaan ini dipimpin dan diperintah oleh [[wangsa Syailendra]] dan [[wangsa Isyana]].
 
DalamSepanjang sejarahnya, penduduk kerajaan ini sangat mengandalkan sektor pertanian, terutama budidaya padi, namunlahan basah (sawah). Akan tetapi, kemudian merekakerajaan ini juga merasakan manfaatmengembangkan darisektor perdaganganniaga maritim. Menurut sumber-sumber asing dan temuan arkeologis, kerajaan ini tampaknya berpenduduk cukup baikbanyak dan cukupmemiliki ekonomi yang makmur. Kerajaan ini mengembangkan struktur masyarakat yang kompleks, memiliki budaya yang berkembang dengan baik, danserta mencapai tingkat kemajuan teknologi dan tingkat peradaban yang luhur dan halus.<ref name="Peradaban35">{{cite book| author=Rahardjo, Supratikno |title= Peradaban Jawa, Dinamika Pranata Politik, Agama, dan Ekonomi Jawa Kuno | date=2002 | publisher=Komuntas Bambu, Jakarta | language=Indonesia |page=35 | ISBN=979-96201-1-2}}</ref>
 
Pada periode antara akhir abad ke-8 dan pertengahan abad ke-9, terlihatkerajaan mekarnyaini mengalami masa kejayaan yang ditandai dengan mekar berseminya seni dan arsitektur Jawa klasik. Hal ini tercermin dalamdari pesatnya pertumbuhan pesatbudaya dan maraknya pembangunan aneka candi, yang menghiasi lanskapbentang kerajaan di tanah Mataram. Candi yang terkenal dibangun pada eramasa kerajaan Medang adalah [[Candi Kalasan|Kalasan]], [[Candi Sewu|Sewu]], [[Candi Borobudur|Borobudur]] dan [[Candi Prambanan|Prambanan]]. Kerajaan MedangMataram dikenal sebagai negeri pembangun candi.<ref>{{Cite news|url=https://nasional.kompas.com/read/2012/02/18/04155621/Kisah.Mataram.di.Poros.Kedu-Prambanan|title=Kisah Mataram di Poros Kedu-Prambanan|date=2012-02-18|work=[[Kompas.com]]|language=id}}</ref>
 
Kemudian wangsa yang memerintah Kerajaankerajaan Medang terbagi menjadi dua kubu yang diidentifikasi sebagai Syailendra pemuja [[Siwa]] dan Syailendra penganut [[Buddha Mahayana]]. Indikasi perang saudara terjadi, hasilnya adalah [[wangsa Syailendra]] dibagi menjadi dua kerajaan yang kuat, wangsa Syailendra (pemuja Siwa) berkuasa di [[Jawa]] dipimpin oleh [[Rakai Pikatan]] dan wangsa Syailendra (penganut Buddha) berkuasa di [[Sumatera]] dipimpin oleh [[Balaputradewa]]. Perselisahan di antara mereka berakhir sampai 938 Saka, atau sekitar 1016 Masehi, ketika raja wangsa Syailendra yang berbasisberkedudukan di Sumatera menghasut ''[[Haji (gelar)|Haji Wurawari]]'', seorang vasalraja kerajaan Medangbawahan, dari Lwaram dengan mendapat dukungan kuat [[Sriwijaya]] untuk memberontak kepada kekuasaan [[Dharmawangsa Teguh]]. Dengan dukungan Sriwijaya, danRaja Wurawari dari arah Lwaram menyerbu ibu kota Wwatan di [[Jawa Timur]]. Serangan tersebut dilancarkan secara mendadak dan tak terduga. Akibatnya, kerajaan runtuh, luluh lantak dan taktanpa menyisakan apapun, kecuali sedikit saja penyintas yang selamatberhasil menyelamatkan diri.
 
Seorang penyintas, bangsawan Jawa-Bali keturunan [[wangsa Isyana]] yangtetap bertahan, dan akhirnya berhasil merebut kembali kekuasaan di Jawa Timur. Selanjutnya, dan selanjutnya pada tahun 1019 dia mendirikan [[Kerajaan Kahuripan|Medang Kahuripan]], sebagai kelanjutan dari kerajaan Medang yaituMataram. Tokoh ini adalah [[Airlangga]], putra [[Udayana]] raja kedelapan dari [[kerajaan Bedahulu]] di [[Bali]]. Ibunya bernama [[Mahendradatta]], seorang putri dari raja Medang, [[Makutawangsawardhana]]. Peristiwa tersebut disebutkan dalam [[prasasti Pucangan]] yang dikeluarkan oleh Airlangga pada 1041. Selanjutnya kerajaan Airlangga tersebut terbagi menjadi dua, [[kerajaan Panjalu]] dan [[kerajaan Janggala]].<ref name="lacak">{{cite book|author=Boechari|title=Melacak Sejarah Kuno Indonesia lewat Prasasti|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|date=2012|location=Jakarta|url=|doi=|pages=|id= ISBN 978-979-91-0520-2}}</ref>
 
== Etimologi ==
[[Berkas:Yogyakarta Indonesia Prambanan-temple-complex-02.jpg|jmpl|ka|Kompleks candi [[Prambanan]] awalnya terdiri dari ratusan candi, dibangun dan diperluas pada periode antara pemerintahan [[Rakai Pikatan]] dan [[Dyah Balitung]]]]
Awalnya, kerajaan atau kedatuan ini diidentifikasi melalui lokasinya di [[Yawadwipa]] (Pulau Jawa) sebagaimana disebutkan dalam [[prasasti Canggal]] (732 M). Prasasti itu mendokumentasikan dekrit [[Sanjaya, Rakai Mataram|Sanjaya]], di mana ia menyatakan dirinya sebagai penguasa universal MedangMataram. Para sejarawan sebelumnya seperti Soekmono, mengidentifikasi nama kedatuan ini sebagai ''Mataram'', nama geografis bersejarah untuk menyatakanmenyebut kawasan [[dataran Kewu]], yang kini berada dalam wilayah administratif provinsi [[Jawa Tengah]] dan [[Daerah Istimewa Yogyakarta]]. Ini didasarkan pada lokasi di mana sebagian besar peninggalan candi ditemukan. Etimologi nama "Mātaram" berasal dari istilah [[bahasa Sanskerta]] yang memiliki arti "ibu".<ref>{{cite web | title = Mataram | work = Sanskrit dictionary | url = http://spokensanskrit.de/index.php?beginning=0+&tinput=mataram&trans=Translate}}</ref>
 
Nama Medang muncul kemudian dalam [[prasasti Anjuk Ladang]], [[prasasti Sangguran]], [[prasasti Paradah]] dan beberapa prasasti yang ditemukan di [[Jawa Timur]]. Sebagai akibatnya, para sejarawan cenderung mengidentifikasi periode [[Jawa Timur]] (929–1016 M) dari kedatuan ini sebagai Medang untuk membedakannya dengan periode [[Jawa Tengah]] (732–929 M).
Baris 76:
Frasa ini mengungkapkan bahwa Sanjaya sebagai Rakai (penguasa) di tanah Mataram. Ini menunjukkan bahwa nama "Medang" sudah digunakan pada periode [[Jawa Tengah]]. Ungkapan ''rahyaŋta rumuhun. ri mḍaŋ. ri poh pitu'' berarti "leluhur dahulu ada di Medang, di Poh Pitu", yang berarti Mataram adalah sebagai nama wilayah administratif setingkat provinsi atau daerah khusus bagi kerajaan Medang. Asal usul nama ''mdaŋ'' mungkin berasal dari nama lokal pohon "Medang", tumbuhan berbunga yang merujuk pada genus [[Medang (tumbuhan)|Phoebe]].<ref>{{cite web | work = KBBI | title = Medang | url = http://kbbi.web.id/medang}}</ref>
 
[[Sanjaya, Rakai Mataram|Sanjaya]] mulanya mendirikan kadaton Medang di Bhumi Mataram kemudian dipindah istananya oleh [[Rakai Pikatan]] ke Mamrati. Kemudian pada era [[Dyah Balitung]] (Rakai Watukura) istana Medang dipindahkan ke Poh Pitu. Kembali lagi ke Bhumi Mataram pada era [[Dyah Wawa]] (Rakai Sumba). Kemudian [[Mpu Sindok]] yang mendirikan [[wangsa Isyana]] memindahkan pusat kedatuan dari [[Jawa Tengah]] ke [[Jawa Timur]], tanpa memutus hubungan dengan leluhur terdahulu ia menyebut leluhurnya dengan kalimat ''rahyaŋta i mḍaŋ i bhūmi mātaram'' pada [[prasasti Anjuk Ladang]] dan [[prasasti Paradah]].<ref name="medang.id">{{cite news|url=http://medang.id/index.php/2018/09/12/prasasti-canggal-prasasti-tertua-di-jawa-yang-berangka-tahun/|title=Prasasti Canggal : Prasasti Tertua Di Jawa Yang Berangka Tahun|date=12 September 2018|accessdate=4 Januari 2020|work=medang.id|language=Indonesia|author=Redaksi Medang}}</ref> Letusan [[Gunung Merapi]] yang parah mungkin telah menyebabkan pemindahan pusat kedatuan, dari [[Jawa Tengah]] ke [[Jawa Timur]]. Sejarawan menyatakan bahwa, beberapa waktu pada masa pemerintahan [[Dyah Wawa]] dari Bhumi Mataram (924–929), Gunung Merapi meletus dan menghancurkan ibu kota Medang di Mataram. Letusan Gunung Merapi ini dikenal dengan sebutan "Pralaya Mataram" (bencana Mataram). Di Jawa Timur ibu kota baru Medang berada di Tamwlang. Beberapa tahun kemudian ibu kota dipindahkan lagi ke Watugaluh, dan terakhir ke Wwatan pada masa [[Dharmawangsa Teguh]].
 
Penyebutan bersejarah nama kerajaan Mataram tidak dapat disamakan dengan [[kota Mataram]] yang terletak di [[Pulau Lombok]], ibu kota provinsi [[Nusa Tenggara Barat]]. Dahulu sebelum menjadidi [[Kota Mataram]] pernah berdiri sebuah monarkikerajaan bernama kerajaanpuri Cakranegara yang ditaklukandidirikan oleh bangsawan dari [[Kerajaan Karangasem]] daridi [[Bali]] pada awal abad ke-19. MemangSesungguhnya, nama [[Kota Mataram]] dinamaimemang setelahdiambil berdasarkan nama kerajaan historis Mataram yamg ada di [[Jawa]],. karenaIni itudalah adalahpraktik praktikyang umumlazim bagi orang Bali untuk memberi nama pemukiman mereka yang sama setelahdengan peninggalannama tempat di Jawa, sesuai dengan warisan budaya [[Majapahit]] mereka.
 
== Sejarah ==
Baris 97:
=== Kejayaan Medang ===
[[Berkas:Wonoboyo Hoard.jpg|thumb|Replika [[temuan Wonoboyo]], temuan artefak emas dan perak, dipamerkan di [[Candi Prambanan#Museum Prambanan|Museum Prambanan]]. Temuan Wonoboyo asli disimpan di [[Museum Nasional Indonesia]]]]
Periode pemerintahan [[Rakai Panangkaran]] ke [[Dyah Balitung]] (rentang antara 760–910) yang berlangsung selama 150 tahun, ditandai sebagai penandaera puncak kejayaan dari peradaban Jawa kuno. DiPada periode ini marak mekarnya seni, budaya, dan arsitektur Jawa kuno, ketikatumbuh mekar bersemi. Ditandai dengan pembangunan sejumlah candi dan monumen nan megah, didirikanmarak membentang menghiasi cakrawala [[dataran Kedu]] dan [[dataran Kewu]]. Candi yang paling terkenal adalah [[candi Sewu]], [[Borobudur]] dan [[Prambanan]]. [[Wangsa Syailendra]] dikenal sebagai pembangun candi yang hebat.<ref name="indianised" />{{rp|89–90}}
 
==== Negeri pembangun candi ====
Baris 118:
| image2 = Avalokiteshvara Bingin Jungut Srivijaya.JPG
| caption2 = Awalokiteshwara dari Bingin Jungut, [[Kabupaten Musi Rawas|Musi Rawas]], Sumatera Selatan. Langgam Sriwijaya, abad ke-8 sampai ke-9 M, mirip langam seni Sailendra Jawa Tengah.
| width2 = 127118
| height2 =
<!-- Image 2 -->
| image3 = 小川晴暘撮影《ムンドゥット寺院釈迦三尊像のうち観音菩薩像》インドネシア、1944年.jpg
| image3 = Candi_Mendut_2013-05-28_(1).JPG
| caption3 = Rupang Awalokiteshwara dalam [[Candi Mendut]] contoh langgam seni Sailendra. Pembangunan candi Mendutini dimulai dan diselesaikan pada masa pemerintahan Raja Indra (memerintah 780–800).
| width3 = 136150
| height3 =
<!-- Image 3 -->