Kesultanan Pajang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Inayubhagya (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
→Berdirinya Pajang: #1Lib1Ref #1Lib1RefID |
||
(28 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name = Kesultanan Pajang
| common_name = Kerajaan Pajang
| native_name =
كسلطانن ڤاجڠ
| image_map = Nicolaes_Visscher_Indiae_Orientalis.jpg
| image_map_alt =
|
|
|
|
|
| flag_s1 = Flag of the Sultanate of Mataram.svg
|
|
| life_span = 1554{{ref|est|1}}–1587
| event_start = Adiwijaya naik takhta
|
| capital = [[Pajang, Laweyan, Surakarta|Pajang]]
| common_languages = [[Bahasa Jawa|Jawa]]
| government_type = Kerajaan
|
| leader1 = [[Hadiwijaya dari Pajang|Hadiwijaya]]
| year_leader1 = 1554-1583{{ref|est|1}}
| leader2 = [[Awantipura dari Pajang|Awantipura]]
| year_leader2 = 1583-1586
| leader3 = [[Prabuwijaya dari Pajang|Prabuwijaya]]
|
| leader4 =
| year_leader4 =
| footnotes = {{note|est|1}} (1548-1568 adalah masa perebutan kekuasaan antara kerabat kerajaan setelah wafatnya penguasa terakhir Demak, [[Trenggana]]) | flag_p1 = Id-siak1.GIF
| event1 = [[Sunan Prapen]] menjadi mediator pertemuan antara [[Adiwijaya]] dengan para Adipati Jawa Timur
| date_event1 = 1568
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Islam}}
'''Kesultanan Pajang''' atau '''Kerajaan Pajang''' [[Aksara Jawa]] :ꦏꦱꦸꦭ꧀ꦠꦤꦤ꧀ꦥꦗꦁ (كسلطانن ڤاجڠ) adalah sebuah kesultanan yang berpusat di [[Jawa Tengah]] sebagai kelanjutan [[Kesultanan Demak]]. Kompleks [[keraton]]
==Berita kuno tentang Pajang==
Pada zaman Jawa kuno, kawasan antara [[Gunung Lawu]] dan [[Gunung Merapi|Merapi]] di daerah pedalaman [[Bengawan Solo]] yang bermuara ke [[Laut Jawa]] di dekat [[Gresik]], merupakan wilayah yang kurang berpotensi untuk bidang ekonomi dan politik dibandingkan dengan daerah [[Medang|Mataram]] di sebelah baratnya. Raja-raja Jawa-Hindu khususnya, yang selama berabad-abad sebelum dan sesudah tahun 1000 masehi memerintahkan pembangunan [[candi]]-candi di [[Jawa Tengah]] bagian selatan, lebih memilih tempat singgasana mereka di daerah aliran [[sungai Opak]] dan [[Kali Progo|Progo]] yang bermuara di [[Lautan Hindia]] daripada di daerah aliran Bengawan Solo.{{Sfn|de Graaf|2019|p=350}}
Sebagian besar [[prasasti]] raja-raja yang masih tersimpan (berupa batu atau lembaran tembaga) memberitakan tempat-tempat bersejarah di Jawa Tengah bagian selatan. kebanyakan wilayah tersebut terletak di daerah Mataram dan Kedu atau sekitarnya. Satu catatan yang berhasil diketahui ialah pada Prasasti Panumbangan dari tahun 903 M. Prasasti tersebut menerangkan mengenai penyeberangan sungai dengan perahu tambang, karena terdapat jalur perdagangan yang bersilangan dengan bagian pedalaman Bengawan Solo di [[Wonogiri]] saat ini. Berdasarkan prasasti tersebut dapat disimpulkan bahwa pada abad kesepuluh daerah kekuasaan raja-raja Jawa Hindu di Mataram lama juga meliputi daerah hulu Bengawan Solo. Diperkirakan jalur perdagangan lama di dekat daerah Panumbangan yang memotong sungai Bengawan Solo tersebut merupakan salah satu jalan penghubung antara Jawa Tengah bagian selatan dan daerah di sebelah timur yang terletak di daerah [[Kota Madiun|Madiun]] saat ini. Jalan penghubung antara daerah sepanjang pantai selatan Jawa, yang melewati lereng selatan gunung-gunung besar seperti Lawu, [[Gunung Wilis|Wilis]] dan [[Gunung Semeru|Semeru]], memiliki peran penting dalam sejarah politik-ekonomi di Jawa.{{Sfn|de Graaf|2019|p=351}}
== Berdirinya Pajang ==
Kesultanan Pajang menjadi [[kesultanan]] pertama di [[Jawa|Pulau Jawa]] yang pusat pemerintahannya terletak di kawasan pedalaman, yakni di Pajang.<ref>{{Cite book|last=Sidiq, R., Najuah, dan Lukitoyo, P. S.|date=2020|url=http://digilib.unimed.ac.id/48966/1/Book.pdf|title=Sejarah Indonesia Periode Islam|publisher=Yayasan Kita Menulis|isbn=978-623-6761-12-0|editor-last=Rikki, A., dan Simarmata, J.|pages=44|url-status=live}}</ref> Pada masa pembentukan Kesultanan Pajang, kerajaan Islam di daerah pesisir Pulau Jawa mengalami keruntuhan.
Menurut naskah ''babad'', Andayaningrat gugur di tangan [[Sunan Ngudung]] saat terjadinya perang antara [[Majapahit]] dan [[Kesultanan Demak|Demak]]. Ia kemudian digantikan oleh putranya, yang bernama Raden Kebo Kenanga, bergelar [[Ki Ageng Pengging]]. Sejak saat itu Pengging menjadi daerah bawahan [[Kerajaan Demak]].
Beberapa tahun kemudian [[Ki Ageng Pengging]] dihukum mati karena dituduh hendak memberontak terhadap [[Demak]]. Putranya yang bergelar [[Jaka Tingkir]] setelah dewasa justru mengabdi ke [[Demak]].
Baris 54 ⟶ 52:
Prestasi [[Jaka Tingkir]] yang cemerlang dalam ketentaraan membuat ia diangkat sebagai menantu [[Trenggana]], dan menjadi bupati Pajang bergelar [[Adiwijaya]]. Wilayah Pajang saat itu meliputi daerah Pengging (sekarang kira-kira mencakup [[Boyolali]] dan [[Klaten]]), Tingkir (daerah [[Salatiga]]), Butuh, dan sekitarnya.
Diceritakan ''Serat Kandha'', Jaka Tingkir adalah menantu Sultan Trenggana karena menikahi ''Ratu Mas Cempaka''. Jaka Tingkir sebagai Adipati Pajang bergelar Adipati Adiwijaya (kelak Sultan Adiwijaya). Secara keturunan jelas ia tidak memiliki hak apapun atas Demak. Tetapi tidak lama setelah pemakaman Sultan Trenggana, Jaka Tingkir mengumumkan kekuasaannya di Demak. Pengangkatan mendadak Jaka Tingkir itu dilakukan berdasarkan pilihan rakyat Demak Bintara dan persetujuan seluruh Adipati bawahan Demak. Ia lalu memerintahkan agar pemerintahan [[Demak]] dipindah ke Pajang. Seluruh benda-benda pusaka di Demak juga tak luput dari perpindahan tersebut.
Baris 88 ⟶ 86:
== Keruntuhan ==
Sepeninggal Adiwijaya, terjadilah persaingan antara putra dan menantunya, yaitu [[Pangeran Benawa]] dan [[Arya Pangiri]] sebagai raja selanjutnya. [[Arya Pangiri]] didukung Panembahan Kudus berhasil naik takhta tahun 1583. Pemerintahan [[Arya Pangiri]] disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap [[Mataram]]. Kehidupan rakyat Pajang terabaikan akibat kemelut tersebut. Hal itu membuat [[Pangeran Benawa]] yang sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin. Pada tahun 1586 [[Pangeran Benawa]] bersekutu dengan [[Sutawijaya]] menyerbu Pajang. Meskipun pada tahun 1582 [[Sutawijaya]] memerangi Adiwijaya, tetapi [[Pangeran Benawa]] tetap menganggapnya sebagai saudara tua.
Perang antara Pajang melawan [[Mataram]] dan Jipang berakhir dengan kekalahan [[Arya Pangiri]]. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu [[Demak]]. [[Pangeran Benawa]] kemudian menjadi raja Pajang yang ketiga. Menurut <nowiki>''</nowiki>''Babad Mataram''<nowiki>''</nowiki>, sebelum ia diangkat menjadi raja, Pangeran Benawa menyerahkan hak atas warisan ayahnya (Adiwijaya) kepada Senopati Mataram (Sutawijaya). Tetapi ia menolaknya dan hanya menginginkan imbalan harta dari Kerajaan Pajang. [[Sutawijaya]] sendiri mendirikan [[Mataram II|Kerajaan Mataram]], di mana ia sebagai raja pertama bergelar [[Panembahan Senopati]].
Kekuasaan [[Pangeran Benawa]] atas Pajang hanya bertahan satu tahun setelah pengangkatannya. Pemerintahannya berakhir pada tahun 1587, yang menurut salah satu sumber ia meninggalkan Pajang untuk membaktikan diri pada agama di [[Parakan, Temanggung|Parakan]] (bagian utara daerah Kedu). Tidak ada [[putra mahkota]] yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai negeri bawahan [[Mataram]]. Pada saat itu oleh Senopati Mataram, kekuasaan atas Pajang telah dipercayakan kepada salah seorang pangeran muda dari Mataram bernama Pangeran Gagak Baning atau adik [[Sutawijaya]] dengan mengangkatnya sebagai [[bupati]] di sana.{{Sfn|de Graaf|2019|p=374}}
Di bawah kekuasaan raja baru, Kerajaan Pajang telah melakukan pemberontakan besar dan perluasan istana kerajaan. Namun pemerintahannya tidak bertahan lama. Sekitar tahun 1591, tiga tahun kemudian ia meninggal. Sebagai penggantinya, raja Mataram yang saat itu telah diakui kekuasaannya oleh banyak raja di [[Jawa Tengah]], menunjuk putra Pangeran Benawa, cucu almarhum Sultan Adiwijaya untuk memerintah Pajang sebagai [[vasal]] (wilayah asosiasi) Mataram. Sesudah Senopati Mataram meninggal pada tahun 1601 dan selama pemerintahan penggantinya, [[Anyakrawati|Panembahan Seda-Ing Krapyak]] (1601-1613), Pangeran Benawa II memerintah Pajang tanpa kesulitan besar meskipun dengan usianya yang masih muda.{{Sfn|de Graaf|2019|p=374}}
Pada tahun 1617 hingga 1618 timbul pemberontakan besar di Pajang melawan kekuasaan [[Sultan Agung dari Mataram|Sultan Agung]]. Pemberontakan tersebut dibantu oleh sekelompok masyarakat yang tidak puas di Mataram. Penindasan pasukan Mataram terhadap gerakan pemberontakan di daerah Pajang tersebut disertai penghancuran besar-besaran, dan penduduk desa setempat diangkut secara paksa untuk membantu pembangunan kota kerajaan yang baru. Setelah bencana tersebut, sisa-sisa daerah Pajang selama sebagian besar abad ketujuh belas menjadi lemah terhadap perkembangan [[ekonomi]] dan [[politik]], sampai ketika cucu Sultan Agung, [[Mangkurat II]], terpaksa meninggalkan tanah warisannya, Mataram. Ia kemudian memerintahkan membangun istana kerajaan yang baru, [[Kartasura, Mataram|Kartasura]], di Pajang.{{Sfn|de Graaf|2019|p=375}}
Pada tahun 1618 raja terakhir dari keluarga raja Pajang, setelah menderita kekalahan dalam pertempuran melawan Mataram, melarikan diri ke Giri dan [[Kota Surabaya|Surabaya]]. selama masih memegang kekuasaan, keluarga raja Pajang masih memiliki hubungan yang baik dengan keluarga raja-raja di Jawa Timur. Pada dasawarsa ketiga abad ketujuh belas, perlawanan terhadap ekspansi Sultan Agung terpusat di sepanjang pantai utara Jawa. Yang Dipertuan di Tambak Baya (sekarang [[Kota Madiun|Madiun]]), sebagai seorang vasal Pajang yang terakhir juga ikut melarikan diri ke Surabaya.{{Sfn|de Graaf|2019|p=375}}
== Daftar Pejabat ==
=== Daftar Sultan ===
{| class="wikitable" style="text-align:center;"
|-
! No.
! Sultan
! Mulai Jabatan
! Akhir Jabatan
! Jabatan <br> Sebelumnya
! Termuat Dalam
|-
|1.
|[[Jaka Tingkir]]
| 1554
| 1583
|Adipati Pajang
|*[[Babad Tanah Jawi]]
|-
|2.
|[[Arya Pangiri]]
|1583
|1586
|Adipati Demak
|*[[Babad Tanah Jawi]]
|-
|3.
| [[Pangeran Benawa]]
| 1586
| 1587
|Adipati Jipang
|*[[Babad Tanah Jawi]]
|}
=== Daftar Menteri dan Staf ===
{| class="wikitable"
|-
! Nama !! Jabatan !!
|-
|[[Sunan Kalijaga]] ||Penasihat
|-
|[[Sunan Prapen]] ||Mufti ( Pemimpin Fatwa )
|}
=== Daftar Kepala Daerah ===
{| class="wikitable"
|-
! Nama !! Jabatan !! Termuat Dalam
|-
|[[Ki Panjawi]]||Adipati Pati ( [[Kabupaten Pati]] )
||[[Babad Tanah Jawi]]
|-
|[[Ki Ageng Pemanahan]]||Adipati Mataram ( [[Kota Yogyakarta]] )
||[[Babad Tanah Jawi]]
|-
|[[Arya Pangiri]]||Adipati Demak ([[Kabupaten Demak]] )
||[[Babad Tanah Jawi]]
|-
|[[Panji Wiryakrama]]||Adipati Surabaya ( [[Kota Surabaya]] )
||[[Babad Tanah Jawi]]
|-
|[[Raden Pratanu]]||Adipati Madura ([[Kabupaten Sumenep]] )
||[[Babad Tanah Jawi]]
|-
|[[Arya Pamalad]]||Adipati Tuban ([[Kabupaten Tuban]] )
||[[Babad Tanah Jawi]]
|-
|[[Pangeran Benawa]]||Adipati Jipang ([[Kabupaten Blora]] )
||[[Babad Tanah Jawi]]
|}
== Saat Menjadi bawahan Majapahit ==
Pajang menjadi negeri bawahan [[Majapahit]] yang paling utama. Raja yang memimpin bergelar '''Bhre Pajang'''<ref>{{Cite web|title=Kitab Pararaton (terjemahan)|url=http://majapahitprana.blogspot.com/p/kitab-pararaton-terjemahan.html?m=1|website=majapahitprana.blogspot.com|language=id|access-date=19 Desember 2021}}</ref><ref>{{Cite web|title=Terjemahan Lengkap Naskah Manuskrip Nagarakretagama|url=http://www.historynote.wordpress.com/2011/04/28/negarakertagama/amp/|website=historynote.wordpress.com|pages=Pupuh 5 dan 6|language=id|access-date=19 Desember 2021}}</ref><ref>{{Cite web|title=Silsilah Lengkap Pararaja Majapahit Versi Siwi Sang|url=https://siwisang.wordpress.com/2016/06/10/silsilah-lengkap-pararaja-majapahit-versi-siwi-sang/|website=siwisang.wordpress.com|language=id|access-date=17 Juli 2022}}</ref>
Bhre Pajang yang pernah menjabat ialah :
1. Rajasaduhita Iswari Dyah Nirtaja 1350-1388
2. Suhita 1389-1415
3. Sureswari 1429-1450<ref>{{Cite web|title=Tokoh Majapahit Paling Berpengaruh dalam Prasasti Waringin Pitu 1447 M|url=https://www.kompasiana.com/amp/siwisang/tokoh-majapahit-paling-berpengaruh-dalam-prasasti-waringin-pitu-1447m_54f6a8d4a33311e15b8b456f|website=kompasiana.com|language=id|access-date=17 Juli 2022}}</ref>
== Saat menjadi bawahan Kesultanan Mataram ==
Setelah terjadi Perpindahan kekuasaan ke [[Kesultanan Mataram|Mataram]] (1587) status Pajang berubah kembali menjadi Kadipaten.
# Pangeran Gagak Baning (1587-1591), adik dari [[Panembahan Senapati]]
# Pangeran Sidawini (1591-1617)<ref>{{Cite web|title=Kesultanan Pajang|url=https://m.wiki-indonesia.club/wiki/Kesultanan_Pajang|website=wiki-indonesia.club|language=id|access-date=17 Juli 2022}}</ref>
== Referensi ==
Baris 112 ⟶ 193:
== Daftar pustaka ==
{{refbegin|1}}
* {{Cite book|last=Any|first=Andjar|date=1980|title=Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang Terjadi|location=Semarang|publisher=Aneka Ilmu|isbn=|pages=|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Any|first=Andjar|date=1979|title=Rahasia Ramalan Jayabaya, Ranggawarsita & Sabdopalon|location=Semarang|publisher=Aneka Ilmu|isbn=|pages=|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Prawirayuda|first=Prawirayuda|last2=Sastradiwirya|first2=Sastradiwirya|date=1989|title=Babad Majapahit dan Para Wali Jilid 3|location=Jakarta|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah|isbn=|pages=|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Olthof|first=W. L.|date=2007|title=Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647|location=Yogyakarta|publisher=Narasi|isbn=9789791681629|pages=|url-status=live}}
* {{Cite book|last=de Graff|first=H.J.|last2=Pigeaud|first2=TH. G. TH.|date=2019|title=Kerajaan Islam Pertama di Jawa: Tinjauan Sejarah Politik Abad XV dan XVI, cetakan V edisi revisi|location=Yogyakarta|publisher=MataBangsa|isbn=9789799471239|pages=|url-status=live}}
* {{cite book|title=Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI|last=hayati|first=Chusnul|publisher=Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/13721/1/Peranan%20ratu%20kalinyamat%20di%20jepara%20pada%20abad%20xvi.PDF|year=2000|isbn=|location=Jakarta|ref={{sfnref|Hayati|2000}}|url-status=live}}
* {{cite book|title=Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram|last=Moedjianto|first=G.|publisher=Kanisius|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=518699|year=1987|isbn=9780230546868|location=Yogyakarta|ref={{sfnref|Moedjianto|1987}}|url-status=live}}
* {{cite book|title=Sejarah Raja-Raja Jawa|last=Purwadi|first=Purwadi|publisher=Media Ilmu|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=626904|year=2007|isbn=|location=Yogyakarta|ref={{sfnref|Purwadi|2007}}|url-status=live}}
* {{cite book|title=A History of Modern Indonesia since c. 1200|last=Ricklefs|first=M.C.|publisher=Palgrave MacMillan|url=https://www.google.co.id/books/edition/A_History_of_Modern_Indonesia_since_c_12/HPEnBQAAQBAJ?hl=en&gbpv=0|year=2008|isbn=9780230546868|location=New York|ref={{sfnref|Ricklefs|2008}}|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Muljana|first=Slamet|date=1979|title=Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya|location=Jakarta|publisher=Bhratara|isbn=|pages=|url-status=live}}
{{Kerajaan di Jawa|Kerajaan DJIPANG = Jawa tengah|P. Arya Penangsang = }}
|