Kristologi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jonoo27 (bicara | kontrib)
 
Baris 101:
=== Kemanusiaan Yesus ===
[[Berkas:Kristologi.jpg|130px|jmpl|bottom|Yesus manusia dari Buku Imanuel karya Tom Jacobs]]
Pada abad-abad pertama dan kedua, para [[Bapa Gereja]] dianggap lebih memikirkan hakikat keilahian Kristus, tidak terlalu dijelaskan tentang kemanusiaan-Nya.<ref name="Lohse" /> Seperti yang diyakini oleh [[Athanasius]] yang mengakui jiwa Kristus, tetapi tidak menekankan kemanusiaan Kristus, dia berpusat pada soteriologi melalui logos itu.<ref name="Jacobs">Tom Jacobs, SJ., Imanuel: Perubahan Dlm. Perumusan Iman Akan Yesus Kristus, Yogyakarta: Kanisius 2000</ref> Namun pembicaraan dalam masyarakat sangatlah kuat akan hakikat, yaitu "se-hakikat" ([[homo-usios]]), atau serupa hakekatnya ([[homoi usios]]), atau serupa saja ([[homoios]])<ref name="Jacobs" /> Pernyataan pertama oleh Konstantinopel, dengan filsafat Yunani, bahwa Kristus tidak akan bisa menyelamatkan manusia sebagai Allah, kalau dia tidak juga menjadi manusia.<ref name="Jonge">{{id}}Christian De Jonge., Gereja Mencari Jawab, Jakarta: BPK Gunung Mulia 2003</ref> Hal ini bertolak dari Injil-Injil yang menceritakan Yesus sebagai manusia.<ref name="Jonge" /> Jadi manusia sebenarnya dapat diilahikan melalui persatuan dengan Kristus melaui Perjamuan Kudus.<ref name="Jonge" /> Namun paham ini ditolak oleh seseorang bernama [[Apollinaris dari Laodicea]] yang menyatakan bahwa dalam kemanusiaan Kristus Logos ilahi menggantikan [[akal budi]] manusiawi, dan mengurangi kemanusiaan dalam Kristus.<ref name="Jonge" /> Ia segera menyadari bahaya yang memporak-porandakan kesatuan keilahian dan kemanusiaan Kristus. Sebagai seorang yang teguh mempertahankan konfesi Nicea dan teman seperjuangannya Athanasius. Dia menolak hakikat Kristus sebagai manusia.<ref name="Lohse" /> Namun kayakinan ini nanti akan mengalami penentangan oleh Konsili-konsili (Efesus dan Khalsedon)yang mengutuknya, sehingga pengikutnya kembali ke gerjagereja resmi dan sebagian mengikuti dalil monofisitisme.<ref name="Lohse" /><ref name="Wellem" /> Ajarannya disebut oleh Gereja Roma dekat dengan [[doketisme]].<ref name="Wellem" /> Ajaran ini dikuatirkan oleh Konsili Khalsedon dengan alasan jika Kristus tidak sepenuh-penuhnya manusia, maka mustahil manusia dipersatukan dengan Allah. Sejarah gereja Oleh <ref name="Berkhof & Enklaar">{{id}}H. Berkhof,I.H. Enklaar., Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, Cetakan-9 2009</ref>
[[Nestorius]] dari [[Cyrillus]] juga tidak mengakui hakikat kemanusiaan Kristus, apalagi ada sebutan [[Theotokos|Bunda Allah]] bagi Maria, hal ini tidak masuk akal banginya.<ref name="Berkhof & Enklaar" /> Jika Yesus melakukan tindakan yang penuh kuasa (mujizat) maka sebenarnya yang bertindak adalah Allah, jika Yesus sengsara dan mengalami mati, maka dia adalah manusia.<ref name="Berkhof & Enklaar" /> Namun hal ini bukanlah merupakan keesaan, melainkan keduaan, sebab hakikat mereka tidaklah sama.<ref name="Berkhof & Enklaar" /> Yang sama antar Yesus dan Allah adalah kehendaknya, sebab Merek berkasih-kasihan, katanya.<ref name="Berkhof & Enklaar" />