Buhun (agama asli Sunda): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi ''''''Buhun'''diduga sebagaiJati Sunda'' atau agama sunda murni yang belum tercampur oleh agama lain seperti Hindu, buda,islam dan agama kepercayaan lain. Dari etimolo...' |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(53 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Buhun''' adalah [[agama|ajaran kuno]] para leluhur [[suku Sunda|Sunda]] pra-Hindu dan sudah ada jauh sebelum agama-agama dari daratan Asia masuk ke [[kepulauan Nusantara]], sehingga ajaran Buhun yang murni tidak mengenal [[reinkarnasi]], [[surga]], [[neraka]] ataupun [[moksa]], tetapi mereka mengenal tiga jenis kematian, yaitu ''Paéh Kasarad'' atau mati dengan sukma (ruh) menjadi tumbal siluman, ''Paéh Kakungkung'' atau mati tetapi sukmanya terperangkap didalam waruga (raga) dan Sukmanya tersebut akan punah seiring membusuknya Waruga atau mati dalam kepunahan, dan ''Paéh Sawilujeungna'' atau sukmanya keluar dari waruga dengan selamat menuju alam kahyangan yang dipercaya sebagai alam keabadian.
Ajaran Buhun murni atau biasa disebut ''[[Kepercayaan Jati Buhun]]''<nowiki/>, memiliki ajaran yang terdiri dari Pikukuh-pikukuh atau ketetapan-ketetapan yang disampaikan secara turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya.
== Aliran dalam Buhun ==
Kepercayaan Buhun terdiri dari beberapa aliran, berbeda dengan [[Sunda Wiwitan]] sebagai aliran kepercayaan terbesar di Indonesia yang tersebar di beberapa wilayah selatan [[Banten]] dan [[Jawa Barat]] mulai dari [[Kanekes, Leuwidamar, Lebak|Kanekes]] di [[Banten]] yang penduduknya dikenal sebagai [[suku Baduy]], kemudian [[Kampung Adat Ciptagelar|Ciptagelar]] di [[Kabupaten Sukabumi]] yang didiami oleh [[orang Ciptagelar]], [[Kampung Naga]] di [[Kabupaten Tasikmalaya]], [[Kampung Budaya Sindang Barang|Kampung Sindang Barang]] di [[Kabupaten Bogor]] dan [[Cigugur]] di [[Kabupaten Kuningan]]. Sedangkan untuk aliran kepercayaan Buhun pada saat ini hanya dianut oleh beberapa orang saja yang tersebar di beberapa wilayah kecil di wilayah utara Jawa Barat. Akan tetapi menurut Abdul Rozak, seorang peneliti kepercayaan Sunda, menyebutkan bahwa ''<u>agama Sunda Wiwitan adalah bagian dari agama Buhun</u>''.<ref>{{Cite web|date=2016-03-04|title=Agama Sunda Wiwitan|url=http://www.tabloidpodium.com/berita-agama-sunda-wiwitan.html|website=web.archive.org|access-date=2022-05-02|archive-date=2016-03-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20160304125751/http://www.tabloidpodium.com/berita-agama-sunda-wiwitan.html|dead-url=unfit}}</ref>
*[[Kepercayaan Jati Buhun]] dianut oleh beberapa orang di [[Babakan Cikao]], [[Kabupaten Purwakarta]], Jati Buhun dianggap sebagai aliran Buhun murni dan dimurnikan dan dipercaya pernah tersebar mulai dari [[Semenanjung Malaya]], [[Pulau Sumatra]], [[Pulau Jawa]], dan Pulau-pulau kecil disekitarnya, merujuk dari ditemukannya konsep Sang Hyang milik kepercayaan Buhun di wilayah-wilayah tersebut.
*Kepercayaan Buhun di [[Kampung Salapan]], [[Kabupaten Karawang]] masyarakatnya sangat unik dimana kampung tersebut hanya ditempati oleh sembilan rumah yang dihuni oleh sembilan kepala keluarga (''salapan'' berasal dari [[bahasa Sunda]] yang artinya ''salapan''), bila ada yang menikah atau bertambahnya keluarga baru, maka harus ada yang pindah dari kampung tersebut, sehingga kampung tersebut hanya ditempati oleh sembilan rumah dan sembilan kepala keluarga saja. Kepercayaan Buhun di kampung Salapan sudah sangat terpengaruh oleh ajaran Islam yang semakin berkembang disekitarnya.
*[[Aliran Kepercayaan Buhun Kranggan]] di [[Kranggan, Jatisampurna, Bekasi|Kranggan]], [[Kota Bekasi]], [[Jawa Barat]] sudah mulai terpengaruh oleh [[ajaran Hindu]], [[Buddha]], dan [[Islam]] sejak masa kejayaan kerajaan Pajajaran. Menurut keyakinan masyarakat setempat, tradisi Buhun mengandung arti ilmu kesaktian dan upacara sakral yang diwariskan secara turun-temurun oleh [[Prabu Siliwangi]] kepada orang-orang Kranggan. Ritual ini antara lain berupa upacara [[sedekah bumi]] yang diadakan setiap bulan Apit, atau dalam [[kalender Hijriah]] disebut [[Dzulkaidah]].<ref>
[http://www.tabloidpodium.com/berita-agama-sunda-wiwitan.html "Agama Sunda Wiwitan"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160304125751/http://www.tabloidpodium.com/berita-agama-sunda-wiwitan.html |date=2016-03-04 }}, Podium.com, diakses [[8 Oktober]] [[2015]].</ref><ref>[http://puslitbang1.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=218:agama-lokal-kontributif-dalam-memelihara-lingkungan&catid=8:religiousstream&Itemid=202 "Agama Lokal Kontributif dalam Memelihara Lingkungan"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160306060310/http://puslitbang1.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=218:agama-lokal-kontributif-dalam-memelihara-lingkungan&catid=8:religiousstream&Itemid=202 |date=2016-03-06 }}, Situs [[Kementerian Agama Republik Indonesia]], diakses [[8 Oktober]] [[2015]]</ref>
== Referensi ==
{{reflist}}
{{Agama di Indonesia}}
[[Kategori:Sunda Wiwitan]]
[[Kategori:Kepercayaan tradisional Indonesia]]
{{agama-stub}}
|