Teuku Umar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
dalam islam di haram kan kawin dengan saudara.. |
k Mengembalikan suntingan 26424933 oleh 114.124.211.234 (bicara) Tag: Pembatalan |
||
(97 revisi perantara oleh 60 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Officeholder
|name = {{PAGENAME}}
|image = Teuku Umar.
|imagesize = 200px
|caption = Teuku Umar
Baris 12:
|successor =
|birth_date = [[1854]]
|birth_place = {{negara|Kesultanan Aceh}} [[Kota Meulaboh|Meulaboh]], [[Kesultanan Aceh Darussalam]]
|death_date = {{death
|death_place = {{negara|Kesultanan Aceh}} [[Kota Meulaboh|Meulaboh]], [[Kesultanan Aceh Darussalam]]
|death_cause = Gugur saat berperang melawan tentara Belanda
|nationality =
|party =
|spouse = Cut Nyak Sofiah <br /> Cut Meuligou/Nyak Malighai <br /> [[Cut Nyak Dhien]]
|relations =[[Hasan Tiro]] (cicit)
|children = '''Dari Cut Meuligou''': <br />Teuku Sapeh <br /> Teuku Raja Sulaiman <br /> Cut Mariyam <br /> Cut Sjak <br /> Cut Teungoh <br /> Teuku Bidin <br />'''Dari Cut Nyak Dhien''' <br /> Cut Gambang
|alma_mater =
|occupation =
|profession = [[Ulèë Balang|Uleebalang]] / tangan kanan raja
|religion = [[Islam]]
|signature =
Baris 29 ⟶ 30:
}}
[[Teuku]] '''
== Masa Muda ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret met Teuku Umar en gevolg TMnr 10001809.jpg|
Teuku Umar yang dilahirkan di [[Meulaboh]] [[Aceh Barat]] pada tahun [[1854]], adalah anak seorang [[Ulèë Balang|Uleebalang]] bernama ''Teuku Achmad Mahmud'' dari perkawinan dengan adik perempuan Raja Meulaboh. Umar mempunyai dua orang saudara perempuan dan tiga saudara laki-laki.
Nenek moyang Umar adalah [[Datuk Makhudum Sati]] berasal dari [[Minangkabau]]. Dia merupakan keturunan dari Laksamana Muda Nanta yang merupakan perwakilan Kesultanan Aceh pada zaman pemerintahan [[Sultan Iskandar Muda]] di [[Pariaman]].<ref>[http://acehbooks.org/pdf/ACEH_03647.pdf Riwajat hidup (singkat) beberapa orang pahlawan Atjeh, zaman pra-kemerdekaan]</ref> Salah seorang keturunan Datuk Makhudum Sati pernah berjasa terhadap [[Sultan Aceh]], yang pada waktu itu terancam oleh seorang [[Panglima]] Sagi yang ingin merebut kekuasaannya. Berkat jasanya tersebut, orang itu diangkat menjadi Uleebalang VI [[Mukim (Aceh)|Mukim]] dengan gelar ''Teuku Nan Ranceh''. Teuku Nan Ranceh mempunyai dua orang putra yaitu Teuku Nanta Setia dan Teuku Ahmad Mahmud. Sepeninggal Teuku Nan Ranceh, Teuku Nanta Setia menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Uleebalang VI Mukim. la mempunyai anak perempuan bernama [[Cut Nyak Dhien]].<ref name=acehbooks>http://www.acehbooks.org/pdf/ACEH_02014.pdf</ref>
Teuku Umar adalah berayahkan Teuku Mahmud saudara ipar Teuku Nanta Setia yang merupakan uleebalang VI Mukim, Teuku Umar dari kecil dikenal sebagai anak yang cerdas, pemberani, dan kadang suka berkelahi dengan teman-teman sebayanya. Ia juga memiliki sifat yang keras dan pantang menyerah dalam menghadapi segala persoalan. Teuku Umar tidak pernah mendapakan [[pendidikan formal]]. Meski demikian, ia mampu menjadi seorang pemimpin yang kuat, cerdas , dan pemberani.▼
▲
== Perang Aceh ==
Ketika [[perang Aceh]] meletus pada [[1873]] Teuku Umar ikut serta berjuang bersama pejuang-pejuang Aceh lainnya, umurnya baru menginjak 19 tahun. Mulanya ia berjuang di kampungnya sendiri, kemudian dilanjutkan ke [[Aceh Barat]]. Pada umur yang masih muda ini, Teuku Umar sudah diangkat sebagai keuchik [[gampong]] ([[kepala desa]]) di daerah Daya [[Meulaboh]].<ref
Pada usia 20 tahun, Teuku Umar menikah dengan Nyak Sofiah, anak Uleebalang Glumpang. Untuk meningkatkan derajat dirinya, Teuku Umar kemudian menikah lagi dengan Nyak Malighai, puteri dari Panglima Sagi XXV Mukim.
Pada tahun [[1880]], Teuku Umar menikahi janda [[Cut Nyak Dhien]], puteri pamannya Teuku Nanta Setia. Suami [[Cut
== Taktik Penyerahan Diri ==
[[Berkas:Huis van Toekoe Oemar te Lampisang.jpg|
Teuku Umar kemudian mencari [[strategi]] untuk mendapatkan [[senjata]] dari pihak Belanda. Akhirnya, Teuku Umar berpura-pura menjadi antek
Ketika bergabung dengan Belanda, Teuku Umar menundukkan pos-pos pertahanan Aceh, hal tersebut dilakukan Teuku Umar secara pura-pura untuk
== Insiden Kapal Nicero ==
Tahun [[1884]] [[Kapal]] [[Inggris]] "Nicero" terdampar. [[Kapten]] dan awak kapalnya disandera oleh raja [[Teunom, Aceh Jaya|Teunom]]. Raja Teunom menuntut tebusan senilai 10 ribu [[dolar]] tunai. Oleh [[Hindia
Teuku Umar menyatakan bahwa merebut kembali Kapal "Nicero" merupakan pekerjaan yang berat sebab tentara Raja [[Teunom, Aceh Jaya|Teunom]] sangat kuat, sehingga Inggris sendiri tidak dapat merebutnya kembali. Namun ia sanggup merebut kembali asal diberi [[logistik]] dan senjata yang banyak sehingga dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama.
Dengan perbekalan perang yang cukup banyak, Teuku Umar berangkat dengan kapal "[[Bengkulu|Bengkulen]]" ke [[Aceh Barat]] membawa 32 orang [[Koninklijk Nederlands-Indische Leger|tentara Belanda]] dan beberapa panglimanya. Tidak lama, Belanda dikejutkan berita yang menyatakan bahwa semua tentara Belanda yang ikut, dibunuh di tengah laut. Seluruh senjata dan perlengkapan perang lainnya dirampas. Sejak itu Teuku Umar kembali memihak pejuang Aceh untuk melawan Belanda. Teuku Umar juga menyarankan Raja Teunom agar tidak mengurangi tuntutannya.<ref
== Melanjutkan Perlawanan ==
[[Berkas:Toekoe Oemar en zijn volgelingen.jpg|
Teuku Umar membagikan senjata hasil rampasan kepada tentara Aceh, dan memimpin kembali perlawanan rakyat. dan Teuku Umar berhasil merebut kembali daerah ''6 Mukim'' dari tangan Belanda. Nanta Setia, Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar kembali ke daerah 6 Mukim dan tinggal di [[Lampisang, Peukan Bada, Aceh Besar|Lampisang]], [[Aceh Besar]], yang juga menjadi [[markas]] tentara Aceh.
2 tahun setelah insiden Nicero, pada [[15 Juni]] [[1886]] merapatlah ke bandar [[Setia Bakti, Aceh Jaya|Rigaih]] kapal "Hok Canton" yang dinahkodai [[pelaut]] [[Denmark]] bernama Kapten Hansen, dengan maksud menukarkan senjata dengan [[lada]]. Hansen bermaksud menjebak Umar untuk naik ke kapalnya, menculiknya dan membawa lari lada yang bakal dimuat, ke pelabuhan [[Ulee Lheu]], dan diserahkan kepada Belanda yang telah menjanjikan
Umar curiga dengan syarat yang diajukan Hansen, dan mengirim utusan. Hansen berkeras Umar harus datang sendiri. Teuku Umar lalu mengatur siasat. Pagi dini hari salah seorang Panglima bersama 40 orang prajuritnya menyusup ke kapal. Hansen tidak tahu kalau dirinya sudah dikepung.
Paginya Teuku Umar datang dan menuntut pelunasan lada sebanyak $ 5 ribu. Namun
Hansen ingkar janji, dan memerintahkan anak buahnya menangkap Umar. Teuku Umar sudah siap, dan
Perang pun berlanjut, pada tahun [[1891]] [[Teungku Chik Di Tiro]] dan Teuku Panglima Polem VIII Raja Kuala (ayah dari [[Panglima Polem|Teuku Panglima Polem IX Muhammad Daud]])
== Penyerahan Diri Kembali ==
[[Berkas:Vermeestering van de woning van Toekoe Oemar te Lampisang.jpg|
Teuku Umar sendiri merasa perang ini sangat menyengsarakan rakyat. Rakyat tidak bisa bekerja sebagaimana biasanya, petani tidak dapat lagi mengerjakan sawah ladangnya. Teuku Umar pun mengubah taktik dengan cara menyerahkan diri kembali kepada Belanda.
[[September]] [[1893]], Teuku Umar menyerahkan diri kepada [[Gubernur]] Deykerhooff di [[Kutaraja]] bersama 13 orang Panglima bawahannya, setelah mendapat jaminan keselamatan dan pengampunan. Teuku Umar dihadiahi gelar ''Teuku Johan Pahlawan Panglima Besar Nederland''.
Istrinya, Cut Nyak Dien sempat bingung, malu, dan marah atas keputusan suaminya itu. Umar suka menghindar apabila terjadi percekcokan.<ref
Teuku Umar menunjukkan kesetiaannya kepada Belanda dengan sangat meyakinkan. Setiap pejabat yang datang ke rumahnya selalu disambut dengan menyenangkan. Ia selalu memenuhi setiap panggilan dari Gubernur Belanda di Kutaraja, dan memberikan laporan yang memuaskan, sehingga ia mendapat kepercayaan yang besar dari Gubernur Belanda.
Kepercayaan itu dimanfaatkan dengan baik
[[Berkas:Jeurat Teuku Umar.JPG|jmpl|
Pada suatu hari di [[Lampisang]], Teuku Umar mengadakan Pertemuan rahasia yang dihadiri para pemimpin pejuang Aceh, membicarakan rencana Teuku Umar untuk kembali memihak Aceh dengan membawa lari semua senjata dan perlengkapan perang milik Belanda yang dikuasainya. Cut Nyak Dhien pun sadar bahwa selama ini suaminya telah bersandiwara
Pada tanggal [[30 Maret]] [[1896]], Teuku Umar keluar dari dinas militer Belanda dengan membawa pasukannya beserta 800 pucuk senjata, 25.000 butir [[peluru]], 500
Berita larinya Teuku Umar menggemparkan Pemerintah Kolonial Belanda. Gubernur Deykerhooff dipecat dan digantikan oleh Jenderal [[Vetter]]. Tentara baru segera didatangkan dari [[Pulau Jawa]]. Vetter mengajukan ultimatum kepada Umar, untuk menyerahkan kembali semua senjata kepada Belanda. Umar tidak mau memenuhi tuntutan itu.
Teuku Umar mengajak uleebalang-uleebalang yang lain untuk memerangi Belanda. Seluruh komando perang Aceh mulai tahun 1896 berada di bawah
Pada bulan [[Februari]] [[1898]], Teuku Umar tiba di wilayah VII Mukim [[Pidie]] bersama seluruh kekuatan pasukannya lalu bergabung dengan Panglima Polem. Pada tanggal [[1 April]] [[1898]], Teuku Panglima Polem bersama Teuku Umar dan para Uleebalang serta para ulama terkemuka lainnya menyatakan sumpah setianya kepada raja Aceh [[Sultan Muhammad Daud Syah]].
== Kontroversi ==
Kisah Teuku Umar yang paling mengejutkan dan terjadi pada 30 September 1893. Bersama 13 panglima bawahan dan 250 orang pasukannya, ia menyerahkan diri kepada Belanda. Teuku Umar bersumpah akan setia kepada Belanda dan menjadi sekutunya. Sumpah itu diucapkan di hadapan Gubernur Militer Hindia Belanda di Aceh, Jenderal Deijckerhoff.<ref name="atjehwatch.com">https://atjehwatch.com/2019/08/26/kontroversi-teuku-umar-dan-taktik-dua-wajahnya/</ref> Teuku Umar terlihat menaati sumpahnya pada Belanda. Atas kesetiaannya itu, pada 1 Januari 1894, dia diberi gelar Panglima Perang Besar oleh Gubernur Van Teijn. Juga, nama kebesaran Teuku Johan Pahlawan. Bahkan, dia diizinkan membentuk legium pasukan sendiri yang berjumlah 250 tentara.<ref name="atjehwatch.com"/> Pembelokkan yang dilakukan Umar seperti sebuah keuntungan besar bagi Belanda untuk memudahkan misi-misi mereka di Aceh.<ref>https://acehkita.com/dua-rupa-wajah-teuku-umar/</ref>
== Gugur ==
[[Berkas:Gedenknaald Meulaboh.jpg|
[[Februari]] [[1899]], Jenderal [[Van Heutsz]] mendapat laporan dari mata-matanya mengenai kedatangan Teuku Umar di Meulaboh, dan segera menempatkan sejumlah pasukan yang cukup kuat
Dalam pertempuran itu Teuku Umar gugur terkena peluru musuh yang menembus dadanya.
Baris 103 ⟶ 109:
Mendengar berita kematian suaminya, Cut Nyak Dhien sangat bersedih, namun bukan
berarti perjuangan telah berakhir. Dengan gugurnya suaminya tersebut, Cut Nyak
Dhien bertekad untuk meneruskan perjuangan rakyat Aceh melawan Belanda. Ia pun mengambil alih pimpinan perlawanan pejuang Aceh.<ref
== Penghargaan ==
Atas pengabdian dan perjuangan serta semangat juang rela berkorban melawan penjajah Belanda, Teuku Umar dianugerahi gelar [[Pahlawan Nasional]]. Nama Teuku Umar juga diabadikan sebagai nama [[jalan]] di sejumlah daerah di tanah air. Salah satu [[KRI|kapal perang]] [[TNI AL]] dinamakan [[KRI Teuku Umar (385)]]. Selain itu [[Universitas Teuku Umar]] di Meulaboh diberi nama berdasarkan namanya.
== Dalam budaya populer ==
* Dalam film ''[[Tjoet Nja' Dhien (film)|Tjoet Nja' Dhien]]'' (1988), Teuku Umar diperankan oleh [[Slamet Rahardjo]].
== Galeri ==
<gallery>
Collectie NMvWereldculturen, TM-1552-17, Hoofddeksel- Katoenen hoofddeksel, voor 1899.jpg|Songkok milik Teuku Umar, sebelum 1899.
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Armband van zeewortel afkomstig toebehoord aan Teuku Umar TMnr 687-5.jpg|Gelang Akarbahar milik Teuku Umar (koleksi Tropen Museum)▼
Collectie NMvWereldculturen, TM-674-723, Wandelstok- Ebbenhout wandelstok met zilveren handvat van wijlen Teuku Umar, voor 1899.jpg|Tongkat milik Teuku Umar, sebelum 1899.
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Laken staatsiejas toebehoord aan Teuku Umar Djohan TMnr 674-722.jpg|Jas Teuku Umar (koleksi Tropen Museum)▼
Collectie NMvWereldculturen, TM-2790-1, Glas- Kristallen drinkglas toebehoord aan Teuku Umar, voor 1899.jpg|Gelas milik Teuku Umar, sebelum 1899.
Collectie NMvWereldculturen, TM-1819-1, Glas- Kristallen wijnglas op ronde voet met inscriptie, toebehoord aan Teuku Umar, voor 1899.jpg|Gelas milik Teuku Umar, sebelum 1899.
▲
▲
Plôk_Daweuët_Teuku_Uma.jpg|Tempat tinta milik Teuku Umar.
</gallery>
== Referensi ==
{{reflist}}
== Bacaan lanjutan ==
* {{nl}} G. Kepper (1900) ''Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger; 1816-1900'', Den Haag: M.M. Cuvee
* {{id}} Sagimun Mulus Dumadi (1983) ''Teuku Umar'', Jakarta
* {{en}} {{Cite book|
* {{en}} {{cite journal |last1=Barnard |first1=Timothy P.|year=1997 |title=Local Heroes and National Consciousness: The Politics of Historiography in Riau |journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, Riau in transition |volume= |issue= |pages=509–526 |publisher= |doi= |url=http://www.kitlv-journals.nl/index.php/btlv/article/view/1704/2465 |accessdate= |ref=harv}}
{{Pahlawan Indonesia}}{{Authority control}}
[[Kategori:
[[Kategori:Kematian 1899]]
[[Kategori:Bangsawan Aceh]]
[[Kategori:
[[Kategori:Tokoh Aceh]]
[[Kategori:Tokoh dari Aceh Barat]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
|