Kaligrafi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Syamsul111 (bicara | kontrib)
Sonjo 01 (bicara | kontrib)
 
(59 revisi perantara oleh 32 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{noref}}
[[Berkas:Calligraphy.malmesbury.bible.arp.jpg|thumb|200px|Kaligrafi tulisan latin]]
'''Kaligrafi''', dari [[bahasa Yunani]]; ''καλλι'' "keindahan" + ''γραφος'' "menulis" ) [[Bahasa Jepang]] ''Nihongo'' 日本語) adalah [[seni]] menulis dengan indah dengan [[pena]] sebagai hiasan. Tulisan dalam bentuk kaligrafi biasanya tidak untuk dibaca dengan konsentrasi tinggi dalam waktu lama, karena sifatnya yang membuat mata cepat lelah. Karena itulah sangat sulit menemukan contoh kaligrafi sebagai [[tipografi]] [[buku|buku-buku]] masa kini.
 
[[Berkas:Calligraphy.malmesbury.bible.arp.jpg|jmpl|200px|Kaligrafi tulisan latin]]'''Kaligrafi''', (berasal dari [[bahasa Yunani]] ''καλλιγραφία'' (''kalligraphía'') yang merupakan kombinasi dari dua kata dalam bahasa Yunani: ''κάλλος'' (kállos) yang artinya "keindahan", dan ''γράφω'' (gráfo) yang artinya "tulisan") yang berarti tulisan yang indah.<ref>{{Cite web|title=It's Greek to Me: CALLIGRAPHY {{!}} Bible & Archaeology - The University of Iowa|url=https://bam.sites.uiowa.edu/its-greek-me/calligraphy?utm_source=perplexity|website=bam.sites.uiowa.edu|language=en|access-date=2024-08-17}}</ref> Kaligrafi adalah [[seni]] dan [[teknik]] menata huruf untuk membuat sebuah bahasa telihat dan menarik perhatian orang yang membacanya. Pengaturan jenis huruf melibatkan pemilihan jenis huruf, ukuran titik, panjang garis, ''leading'' (jarak baris), mengatur jarak antar kelompok huruf (''tracking'') dan menyesuaikan ruang antara pasangan huruf. Praktik kaligrafi kontemporer dapat didefinisikan sebagai "seni memberikan bentuk pada huruf atau tanda-tanda dengan cara yang ekspresif, harmonis, dan terampil". Kaligrafi merupakan sebuah gaya penulisan yang digambarkan melalui sebuah aksara, tulisan tangan atau alfabet.<ref>Noha A., Mohamed (2014). ''[https://core.ac.uk/download/pdf/234685876.pdf Utilization of Arabic Calligraphy to Promote the Arabic Identity in Packaging Designs]'' (PDF). ISSN 2224-6061 Vol 19. Mesir </ref>
Meskipun kaligrafi dalam [[tulisan arab]] lebih dikenal, tetapi banyak pula penerapan aplikasi ke dalam tulisan latin. [[Berkas:Koku Saitcho shounin.jpg|thumb|right| ({{lang|ja|哭最澄上人}}), abad ke 9]]
 
== Kaligrafi Islam ==
[[Berkas:Qur'an folio 11th century kufic.jpg|thumb|150px|Contoh kaligrafi Islam dari abad 11 dari Persia]]Di dalam seni rupa Islam, tulisan arab seringkali dibuat kaligrafi. Biasanya isinya disadur ayat-ayat [[Al-Quran]]. Bentuknya bermacam-macam, tidak selalu pena diatas kertas, tetapi seringkali juga ditatahkan di atas logam atau kulit.
 
Salah satu bentuk penerapan kaligrafi Islam sebagai seni hias adalah di Istana [[Alhambra|Al Hamra]], Spanyol.
 
Meskipun kaligrafi dalam [[tulisanAbjad Arab|huruf arab]] lebih dikenal, tetapi banyak pula penerapan aplikasi ke dalam tulisan latin. [[Berkas:Koku Saitcho shounin.jpg|thumbjmpl|rightka| ({{lang|ja|哭最澄上人}}), abad ke 9]]
== Dinamika Perkembangan Seni Kaligrafi           ==
 Berbeda dengan belahan dunia Islam pada periode-periode yang disebut terdahulu, Indonesia tidak melahirkan corak, gaya atau aliran kaligrafi yang khas. Pertumbuhan yang ada hanyalah pertumbuhan pemakaian kaligrafi yang ada untuk kebutuhan-kebutuhan primer yang bersifat fungsional seperti untuk menyalin Alquran atau teks-teks keagamaan yang berkembang ke aneka lukisan di pelbagai media.
 
== Sejarah Kaligrafi ==
Dilihat dari dinamika perkembangannya, masa-masa penggunaan dan para seniman kaligrafi di Indonesia dapat dibagi kepada beberapa angkatan:
Kaligrafi adalah sebuah bentuk ekspresi visual tertua yang telah dipraktikkan selama berabad-abad di berbagai budaya di dunia. Awal mula kaligrafi dapat ditelusuri kembali ke peradaban awal seperti [[Mesir Kuno|Mesir kuno]], [[Mesopotamia]], dan [[Tiongkok|Cina]]. Ketiga peradaban ini telah mengenal kekuatan baca tulis dan berusaha untuk meningkatkannya melalui penggunaan keindahan dan naskah yang rumit. <ref name=":02">{{Cite web|title=A history of calligraphy|url=https://fineartcalligraphy.co.uk/history-of-calligraphy.html|website=fineartcalligraphy.co.uk|access-date=2024-08-17}}</ref>
 
Di peradaban Mesir kuno, [[hieroglif]] diukir dengan cermat pada batu dan digunakan untuk menggambarkan teks-teks keagamaan dan peristiwa bersejarah. Sifat rumit dari [[aksara]] ini membutuhkan pengrajin terampil yang mendedikasikan hidupnya untuk menguasai seni kaligrafi.<ref name=":0">{{Cite web|last=artqart.com|date=2023-12-17|title=The Evolution of Calligraphy: From Traditional to Contemporary Forms|url=https://artqart.com/blog/the-evolution-of-calligraphy-from-traditional-to-contemporary-forms/|language=en-US|access-date=2024-08-17}}</ref>
=== '''''Angkatan kaligrafi Perintis''''' ===
kedatangan Islam di Indonesia. Bukti kaligrafi paling tua terdapat pada nisan-nisan kuno yang sebahagiannya dibawa dari luar . Sedangkan bukti yang lebih mutakhir diperoleh dari sumber-sumber media seperti kitab, mushaf Alquran tua atau naskah perjanjian (''qaulul haq).''.
 
Demikian pula, di Mesopotamia, [[aksara paku]] muncul sebagai bentuk tulisan sekitar tahun 3000 SM. Sistem ini melibatkan penggunaan tanda berbentuk [[baji]] yang dibuat di atas tablet tanah liat, menciptakan aksara yang mencolok dan rumit secara visual. Kaligrafi paku memainkan peran penting dalam mencatat transaksi hukum dan ekonomi, serta melestarikan mitos dan cerita.<ref name=":1">{{Cite web|title=A history of calligraphy|url=https://fineartcalligraphy.co.uk/history-of-calligraphy.html|website=fineartcalligraphy.co.uk|access-date=2024-08-17}}</ref>
Aksara Arab pada angkatan ini, digunakan pula untuk naskah-naskah berbahasa Melayu atau  yang disebut ''Pegon'', huruf Jawi atau huruf Melayu. Kaligrafi lafal ''La ilaha illallah, Muhammadun Rasulullah'' dikibarkan pula di panji-panji peperangan terbuka antara pasukan Islam dan non-Islam di Nusantara.
 
Di [[Tiongkok]], kaligrafi berkebang seiring dengan evolusi aksara Tiongkok. Contoh kaligrafi Tiongkok yang paling awal diketahui berasal dari [[Dinasti Shang]] (1600-1046 SM). Bentuk seni ini menjadi sangat dihormati dan dianggap sebagai salah satu "Empat Seni" dari kelas cendekiawan-pejabat Tiongkok. Kaligrafi dipandang sebagai sarana untuk mengekspresikan diri dan cara untuk menumbuhkan kebajikan peribadi. Kaligrafi di Tiongkok berkembang pesat selama periode Han Barat (206 SM - 9 M) dan periode Han Timur (25-220 M). Selamat periode ini, kaligrafi dianggap sebagai bagian integral dari ajaran Konghucu dan karenanya diajarkan di sekolah-sekolah.<ref name=":1" />
Pada abad ke-18 sampai abad ke-20, kaligrafi tidak lagi bersumber pada makam, tetapi beralih kepada kegiatan kreasi seniman Indonesia yang diwujudkan dalam aneka media seperti kertas, kayu, logam, dan medium lainnya. Banyak Alquran tua yang ditulis pada waktu ini seiring hadirnya kertas impor pada abad ke-17.  Sejak abad ke-17 dan sesudahnya, ada kecenderungan seniman muslim untuk menggambar makhluk bernyawa dengan lafal ayat-ayat Alquran, kaul ulama atau simbol kepahlawanan Ali ibn Abi Thalib (kaligrafi ''Macan Ali'') dan Fatimah. Karya seperti ini biasanya merupakan produk keraton Cirebon, Yogyakarta, Surakarta atau Palembang. Sampai tahun 1960-an, lukisan kaligrafi berwujud binatang burak atau wayang banyak ditemukan di pelosok Sumatera dan Jawa.
 
Ketika kaligrafi menyebar ke berbagai wilayah, setiap budaya mengembangkan gaya dan teknik uniknya sendiri. Di dunia [[Islam]], kaligrafi menjadi bentuk seni yang penting karena adanya larangan representasi figuratif dalam teks-teks keagamaan. Kaligrafi Arab, dengan garis-garisnya yang mengalir dan desainnya yang rumit, menjadi bentuk ekspresi artistik yang melampaui batasan bahasa dan menyatukan komunitas-komunitas Islam.<ref name=":0" />
Sampai akhir periode ini, tidak ada ''khattat'' atau seniman kaligrafi yang dikenal namanya. Sementara tipe-tipe huruf yang digunakan mengacu ke gaya-gaya ''Kufi, Naskhi, Sulus, Muhaqqaq, Raihani, Tauqi,'' dan ''Riqa’'' yang dikenal di Timur Tengah. ''Kufi'' dan ''Naskhi'' paling banyak digunakan pada makam dan naskah kuno.
 
Selama masa [[Renaisans]] di [[Eropa]], kaligrafi mengalami kebangkitan. Penemuan [[mesin cetak]] oleh [[Johannes Gutenberg|Johannes Gutemberg]] pada abat ke-15 membawa era baru dalam produksi massal materi tertulis. Namun, kaligrafi terus dihargai karena kualitas estetikanya dan sering digunakan dalam desain buku dan huruf hias.<ref name=":0" />
=== '''''Angkatan kaligrafi Orang Pesantren''''' ===
Kaligrafi mengalami pertumbuhan seiring pertumbuhan pesantren yang dirintis oleh para wali. Pesantren perintis dikenal antara lain Giri Kedaton, Pesantren Ampel Denta di Gresik, dan Pesantren Syeikh Qura di Karawang. Pelajaran kaligrafi diberikan mengiringi pelajaran Alquran, fikih, tauhid, tasawuf, dan lain-lain. Tulisan yang diajarkan mula-mula sangat sederhana dan belum bernilai estetis, namun masih mempertimbangkan gaya-gaya ''Kufi, Naskhi,'' dan ''Farisi'' yang asal condong ke kanan.
 
Di era modern, kaligrafi telah berevolusi untuk merangkul gaya dan teknik baru. Dengan munculnya alat digital, para kaligrafer sekarang dapat membuat dan membagikan karya mereka dengan lebih mudah daripada sebelumnya. Namun, seni kaligrafi tradisional tetap sangat dihormati dan dihargai, karena seni ini memiliki hubungan yang mendalam dengan sejarah dan budaya.
Kesederhanaan tulisan nampak pada anatomi huruf yang kurang harmoni dengan kaidah, digunakannya peralatan tulis yang bersahaja seperti tinta dari arang kuali atau asap lampu (''blendok''), dan penggunaan media yang hanya terbatas pada kertas. Pelajaran khat ini umumnya tidak secara resmi diajarkan dan masuk kurikulum, kecuali di beberapa pesantren seperti Pondok Moderen Gontor dan cabang-cabangnya. Buku-buku kaligrafi juga belum banyak dikenal. Buku pelajaran khat pertama keluar tahun 1961 berjudul ''Tulisan Indah'' karangan Muhammad Abdul Razzaq Muhili, seorang khattat pertama yang paling aktif menulis khat di buku-buku agama, disusul 10 tahun kemudian (1971) buku ''Khat, Seni Kaligrafi: Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab'' karangan Abdul Karim Husein dari Kendal.
 
== Kaligrafi Islam ==
Pelopor angkatan ini adalah KHM Abdul Razzaq Muhili dari Tangerang, H. Darami Yunus dari Padang Panjang, H. Salim Bakasir, Prof. HM Salim Fachry (penulis Alquran Pusaka atas titah Presiden Soekarno) dari Langkat, dan KH Rofi’i Karim dari Probolinggo.
[[Berkas:Qur'an folio 11th century kufic.jpg|jmpl|150px|Contoh kaligrafi Islam dari abad 11 dari Persia]]
''Artikel utama halaman ini : [[Kaligrafi Islam]]''
 
[[Berkas:Qur'an folio 11th century kufic.jpg|thumb|150px|Contoh kaligrafi Islam dari abad 11 dari Persia]]Di dalam seni rupa Islam, tulisan arab seringkalisering kali dibuat kaligrafi. Biasanya isinya disadur ayat-ayat [[Al-Quran]]. Bentuknya bermacam-macam, tidak selalu pena diatasdi atas kertas, tetapi seringkalisering kali juga ditatahkan di atas logam atau kulit.
Angkatan teraktif yang menyusul kemudian sampai angkatan termuda tahun 1990-an antara lain: Muhammad Sadzali, KHM Faiz Abdul Razzaq dan M. Wasi Abdul Razzaq (ketiganya murid dan anak-anak Abdul Razzaq), K. Mahfuzh Hakim dari Ponorogo, Rahmat Arifin dari Malang, D. Sirojuddin AR (murid Abdul Razzaq dan Salim Fachry) dari Cirebon, Ishak dari Jakarta, Nur Aufa Shiddiq dari Kudus, Ali Akbar dari Purworejo, Chumaidi Ilyas dari Bantul, H. Irhash A. Shamad dari Padang, dan M. Misbahul Munir (murid Rofi’i Karim) dari Gresik. Intensitas pengembangan kaligrafi di Indonesia selanjutnya dipelopori Sirojuddin dengan menulis banyak buku kaligrafi, pelatihan kader di pelbagai wilayah,  dan mendirikan ''Lembaga Kaligrafi Alquran (Lemka)'' di Jakarta tahun 1985 dan ''Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka'' di Sukabumi tahun 1998.
 
Salah satu bentuk penerapan kaligrafi Islam sebagai seni hias adalah di Istana [[Alhambra|Al Hamra]], [[Spanyol]].
Sejak tahun 1960 hingga 2000-an, pesantren juga memunculkan para khattat yang sering mengkhususkan diri pada penulisan mushaf, buku agama, dan dekorasi masjid dengan mengkombinasi gaya-gaya ''Sulus, Naskhi, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi,'' dan ''Riq’ah.'' Di antara pelopor dalam bidang ini adalah H. Azhari Noor (dekorator Masjid Agung Al-Azhar Jakarta), H. Amir Hamzah Zaman, dan H. Basyiroen Hasan, disusul angkatan muda seperti Abdul Azis Asmuni, Iskandar Syatiri, Eddy Syakroli, Mahmud Arham, Momon Abdurrahman Syarif, Ujang Badrussalam, Isep Misbah, Edi Amin, Muksin Sudirja, Syaharuddin, dan lain-lain.
 
== Kaligrafi Masjid ==
Tradisi menghiaskan kaligrafi di bangunan masjid ini tergolong ke masa moderen, sebab dari data sejarah perkembangan masjid kuno di Indonesia, jarang atau tidak ada karya kaligrafi Islam di masjid kuno hingga abad XVI yang asli dibuat di zamannya, kecuali sekedar penggunaan huruf Jawi seperti di Masjid Mantingan, Jepara dan Masjid Sendangduwur di Paciran, Jawa Timur.
Selain istana, penerapan kaligrafi juga kerap kita jumpai dalam bentuk kaligrafi indah yang terdapat dalam masjid. Sehingga penerapan kaligrafi pada media masjid ini sering kali disebut sebagai kaligrafi masjid. Sebagai tempat ibadah yang disucikan umat islam dan sering dikunjungi, masjid ditampilkan dalam penggambaran yang indah dan religius. Penggambaran masjid yg indah sekaligus religius itu mampu diwujudkan oleh umat islam dalam bentuk kaligrafi indah bertulis ayat Al-Qur'an, lafadz Allah, Lafadz Muhammad, dll dilengkapi berbagai assesoris pemanis berupa ornamen khas yang bernuansa arab, [[Ornamen (arsitektur)|ornamen]] bernuansa etnik, ornamen geometris berrak warna warni nan indah. Sehingga memunculkan kesan tempat ibadah yang teduh, indah, dan damai di hadapan ayat ayat Tuhan Allah Swt.
[[Berkas:Kaligrafi Masjid.jpg|al=Kaligrafi Masjid pada salah satu kubah|pus|jmpl|Kaligrafi Masjid pada salah satu kubah]]
 
Kaligrafi Masjid dimasa modern ini, mulai diwujudkan dalam bentuk dan bahan yang kian beraneka ragam. Contohnya kita bisa lihat banyak kaligrafi yang dibuat dengan menggunakan bahan yang memiliki daya tahan yang tinggi, bahkan tahan hingga bertahun-tahun lamanya. Seperti pembuatan kaligrafi berbahan emas, stainlestel, kaligrafi kuningna, kaligrafi pahat ukir kayu, kaligrafi kayu besi, kaligrafi berbahan besi, kaligrafi berbahan GRC, dll.
=== '''''Angkatan kaligrafi Pendobrak dan Pelukis'''''      ===
[[Berkas:Kaligrafi stainlestel.jpg|al=kaligrafi stainlestel|jmpl|kaligrafi stainlestel]]
Pada saat masyarakat semakin sadar akan arti dan pentingnya seni kaligrafi, muncullah suatu gerakan untuk “lebih menyadarkan” para khattat/kaligrafer dan seniman, khususnya kalangan muda, untuk lebih meningkatkan apresiasi dan teknik mengolah kaligrafi di aneka media yang tak terbatas. Gerakan ini muncul di tahun 1970-an seiring kemunculan para pelukis yang mempopulerkan apa yang kemudian disebut “lukisan kaligrafi” atau “kaligrafi lukis”, untuk membedakannya dari “kaligrafi murni” atau “kaligrafi tradisional” yang dikenal selama ini.
 
Dalam pembuatannya, kaligrafi masjid dibuat dengan sangat hati-hati. Mengingat penulisan firman suci Allah dalam bentuk kaligrafi harus jauh dari kesalahan tulis. Baik kesalahan huruf, kesalahan titik, kesalahan gigi huruf, dan kesalahan kaidah penulisan ''khattiyah''-nya. Oleh karena itu pengurus masjid selalu memilih ahli kaligrafi yang sudah benar-benar mahir dalam membuat kaligrafi masjid. Terutama akan dipilih orang yang sudah lama bergerak di bidang pembuatan
Pembawa gerakan ini adalah para seniman kampus seni rupa yang dipelopori oleh Ahmad Sadali (ITB Bandung, asal Garut), diiringi kemudian oleh A.D. Pirous (ITB Bandung, asal Aceh), Amri Yahya (ASRI Yogyakarta, asal Palembang), dan Amang Rahman (AKSERA Surabaya, asal Madura). Para tokoh seni rupa ini memanfaatkan keluwesan aksara Arab di mana sosok kaligrafi sangat tegas ditonjolkan dengan penyerasian unsur-unsur rupa lainnya yang telah lebur dalam gaya pribadi masing-masing seniman dengan memandang “kaligrafi sebagai bagian integral” dari ide dasar lukisan yang bermakna religius. Para seniman rupa ini memandang kaligrafi benar-benar mengandung unsur-unsur ideoplastis yang tidak hanya selesai pada huruf.
 
== Kaligrafi Islam Kontemporer ==
Popularitas angkatan dan “mazhab kaligrafi lukis” ini mulai muncul dalam Pameran Lukisan Kaligrafi Islam Nasional saat MTQ Nasional XI di Semarang (1979) dan pameran pada Muktamar Pertama Media Massa Islam se-Dunia di Balai Sidang Jakarta (1980) yang diikuti oleh pameran-pameran selanjutnya.
Kaligrafi Islam kontemporer merupakan karya “pemberontakan” atas kaedah-kaedah murni kaligrafi klasik. Perkembangannya sangat pesat menjejali aneka media dalam bentuk-bentuk kategori. Mazhab tersebut berusaha lepas dari kelaziman khat atau kaligrafi murni yang banyak dipegang para khattat di banyak pesantren dan perguruan-perguruan Islam seperti Naskhi, Tsulutsi, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi, dan Riq’ah.
 
Corak-corak kaligrafi Islam kontemporer dibagi kepada kategori-kategori tradisional, figural, ekspresionis, simbolik, dan abstraksionis mutlak. Namun, ada masih banyak lagi coraknya yang dapat kita temukan apabila kita melihat lukisan kontemporer pelukir luar negeri.
Cara menggarap “lukisan” kaligrafi yang sangat mementingkan latarbelakang pewarnaan yang diperoleh dari kepekaan rasa, bersifat spontan dan bebas sehingga kerap mengabaikan ''grammar'' kaligrafi tradisional ini segera saja diikuti secara luas oleh kaula muda di Tanah Air. Pelukis generasi kedua yang muncul kemudian, dapat disebut di antaranya, Syaiful Adnan, Hatta Hambali, dan Abay D. Subarna, disusul kemudian oleh Firdaus Alamhudi, Hendra Buana, Yetmon Amier, Said Akram, Agoes Noegroho, Abdul Aziz Ahmad, dan lain-lain. Teknik baru ini segera menarik dan diikuti para khattat bahkan kalangan yang “sekedar senang” terhadap kaligrafi karena memungkinkan digarap dalam teknik yang bermacam-macam seperti teknik batik dan tekstil, teknik grafis, teknik bulu, teknik ukir kayu, dan bermacam teknik pengerjaan logam, selain tampilan aneka bentuk ekspresi tiga dimensional yang menawarkan citra kaligrafi dalam seni rupa Islam moderen.
 
Meskipun tidak melahirkan gaya khas Indonesia, kecuali Syaiful Adnan dengan gaya ''Syaifuli''nya, beberapa goresan bebas para pelukis kaligrafi Indonesia kerap mendekati pola kaligrafi kontemporer yang lahir bersama kelahiran seni rupa kontemporer tahun 1970-an. Gaya-gaya kaligrafi ini adalah: ''Kontemporer Tradisional, Kontemporer Figural, Kontemporer Simbolik, Kontemporer Ekspresionis,'' dan ''Kontemporer Abstrak.''
 
=== <br> '''''Angkatan kaligrafi Kader MTQ''''' ===
Perkembangan kaligrafi semakin semarak sejak dijadikan salahsatu cabang yang dilombakan dalam Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) dari tingkat nasional sampai daerah di seluruh . Cabang yang diberi nama Musabaqah Khattil Qur’an (MKQ) ini selain menarik peminat, juga berhasil membibitkan kader-kader penulis dan pelukis kaligrafi dari sekolah, pesantren, dan perguruan tinggi. Dari sejumlah peserta MKQ yang menyebar di pelbagai daerah, muncul para ahli bidang penulisan ''naskah, hiasan mushaf,'' dan ''dekorasi'' yang dikompetisikan.
 
MKQ berpengaruh luas dan menjadi proyek percontohan lomba-lomba kaligrafi di pelbagai instansi dan pada peringatan hari-hari besar Islam. Kemunculan lomba-lomba kaligrafi ini memicu minat di pelbagai kalangan dan ikut mendorong produksi karya di galeri-galeri dan pasar-pasar seni.
 
Gerakan pembinaan via MTQ yang melahirkan banyak kader dan juara kaligrafi berbuntut pada ramainya keikutsertaan para ''khattat/khattatah'' dan seniman kaligrafi Indonesia dalam Peraduan Menulis Khat Asean di Brunei Darussalam dua tahun sekali yang selalu dimenangkan (70 %) oleh peserta dari Indonesia. Beberapa di antara mereka juga tekun mengikuti International Calligraphy Competition di Turki empat tahun sekali. Para pelomba ini sangat menguasai gaya-gaya ''Naskhi, Sulus, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi,'' dan ''Riq’ah'' dan umumnya lihai menentukan kombinasi warna-warna dan ornamen yang menjadi komponen lomba.
 
Dari lomba kaligrafi yang dimulai pada MTQ Nasional XI (1981) di Banda Aceh muncul nama-nama juara yang selanjutnya aktif berkarya di percetakan, pendekorasian masjid, penulisan mushaf, produksi lukisan atau mengajar kaligrafi, dapat disebut di antaranya Darami Yunus, Muhammad Wasi, Mahmud Arham, Humaidi Ilyas, M. Noor Syukron, Ahmad Hawi Hasan, Isep Misbah, Ery Khaeriyah, Yayat Suryati, Ernawati, Nurkholis, Toni Salaf, Moh. Midhar Achsan, Hasanuddin, dan lain-lain.
 
juara aktif MKQ, selain diikuti kader-kader pelomba, telah pula membakar semangat juara-juara lain untuk mengikuti aktifitas mereka
 
== Kaligrafi Arab Kayu ==
Kaligrafi Arab dari Kayu ini diukir di kayu, bisa dari kayu jati, kayu mahoni dan lainnya. Kaligrafi Arab Kayu ini di ukir oleh masyarakat Jepara. isi kaligrafi disadur dari ayat-ayat [[Al-Quran]] yang mempunyai khat turki atau yang lainnya. Kaligrafi arab Kayu terbagi menjadi beberapa kategori, kaligrafi Allah Muhammad, Kaligrafi ayat Kursi, Kaligrafi Ayat seribu dinar, kaligrafi asmaul husna, dan kaligrafi surah-surah [[Al-Quran]].
 
==References Bacaan Lanjut ==
* {{cite book
| last =Akbar | first =Ali | authorlink = | coauthors = | title =KALIGRAFI ISLAM | publisher =Pustaka Firdaus Jakarta | year =1995 | location =Indonesia | pages = }}
*[[http://kaligrafi.kaligrafer.com/2011/02/dinamika-perkembangan-seni-kaligrafi.html|Dinamika Perkembangan Seni Kaligrafi]]
 
==Pranala luarLihat pula ==
* [[Kaligrafi Dunia Barat]]
 
== Pranala luar ==
<references />
[[Kategori:Kaligrafi| ]]
[[Kategori:Seni rupa]]
[[Kategori:Seni rupa Islam]]
[[Kategori:Kaligrafi]]
 
 
{{seni-stub}}